- Kondisi kesehatan Bella Hadid kembali menjadi sorotan. Ia tengah menjalani perawatan akibat penyakit lyme.
- Bella Hadid pertama kali terdiagnosis penyakit lyme pada 2013, meski gejala sebenarnya sudah ia rasakan sejak dua tahun sebelumnya.
- Penyakit lyme adalah infeksi bakteri yang ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi.
Cara yang tepat adalah menggunakan pinset ujung halus atau alat khusus penghapus kutu, menjepitnya sedekat mungkin dengan kulit, lalu menarik perlahan ke atas tanpa meremas tubuh kutu.
Setelah berhasil dikeluarkan, bersihkan area gigitan dengan antiseptik atau sabun dan air.
Selain itu, gunakan pakaian yang menutup tubuh, kenakan celana panjang yang dimasukkan ke dalam kaus kaki, serta semprotkan obat antiserangga dengan kandungan DEET pada kulit dan pakaian.
Mengenakan pakaian berwarna terang juga membantu agar kutu lebih mudah terlihat dan segera dibersihkan.
Diagnosis dan Pengobatan
Dokter akan menanyakan gejala, riwayat gigitan, hingga melihat adanya ruam untuk menentukan diagnosis.
Namun, penyakit lyme cukup sulit dipastikan karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Tes darah memang tersedia, tetapi akurasinya tidak selalu tinggi pada tahap awal.
Jika dokter mencurigai adanya penyakit lyme, biasanya akan diberikan antibiotik. Pengobatan akan lebih efektif jika dimulai sejak dini.
Lama penggunaan antibiotik bisa mencapai 28 hari, dan pasien harus tetap menghabiskan obat meskipun merasa lebih baik.
Dalam kasus yang parah, pasien mungkin dirujuk ke rumah sakit agar antibiotik dapat diberikan langsung melalui pembuluh darah.
Baca Juga: Bella Hadid Sakit Apa? Bagikan Foto Sedang Dirawat, Kondisinya Bikin Khawatir
Kebanyakan penderita akan pulih setelah pengobatan, meski pada sebagian orang proses pemulihan bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Gejala Berkepanjangan
Beberapa penderita tetap mengalami gejala seperti rasa lelah, nyeri, dan hilangnya energi meskipun sudah menjalani pengobatan.
Kondisi ini kerap disamakan dengan fibromyalgia atau sindrom kelelahan kronis. Hingga kini, penyebab pasti mengapa hal ini terjadi pada sebagian orang masih belum jelas, dan belum ada terapi yang disepakati.
Jika gejala kembali muncul atau tidak kunjung membaik, penderita disarankan berkonsultasi kembali ke dokter.
Dukungan tambahan bisa diberikan, mulai dari rujukan asesmen perawatan, penyesuaian aktivitas dengan sekolah atau tempat kerja, hingga bantuan komunikasi dengan layanan sosial keluarga.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Ramalan Shio Besok 22 Desember 2025, Siapa yang Paling Hoki di Awal Pekan?
-
5 Ide Kejutan dan Hadiah untuk Hari Ibu meski Merantau: Bermakna serta Penuh Cinta
-
5 Zodiak Diprediksi Banjir Rezeki di Tahun 2026, Keuangan Makin Lancar!
-
Darurat Polusi Udara: Bau Menyengat Rorotan Ancam Kesehatan Anak Sekolah, Apa Solusinya?
-
Cetak Sejarah di SEA Games 2025, Ini Sosok di Balik Prestasi Atlet Triathlon DKI
-
Tren Warna Rambut Terbaru: Gaya Personal Kini Jadi Andalan
-
Bolehkah Niat Puasa Rajab Sekaligus Puasa Senin Kamis Digabung? Cek Dulu Hukumnya
-
5 Pilihan Bedak Padat dengan Kandungan Niacinamide, Waterproof Tahan Lama
-
20 Kata-Kata Hari Ibu yang Menyentuh Hati, Ungkapan Cinta Tak Terbatas untuk Ibu
-
Mengintip Kemewahan Amankila Bali, Berapa Harga Menginap Per Malam?