Suara.com - Seiring dengan peringatan ulang tahun ke-80 TNI, seragam Pakaian Dinas Lapangan (PDL) dengan corak baru resmi diperkenalkan. Pemakaian motif baru ini sebenarnya mulai diberlakukan sejak 27 September 2025, sesuai Keputusan Panglima (Keppang).
Alasan utama penggantian adalah bahwa motif loreng lama, yang dikenal sebagai Loreng Malvinas dan telah digunakan sejak 1982 dinilai sudah “terlalu tua” dalam konteks taktik penyamaran modern.
Wakil Panglima TNI, Jenderal Tandyo Budi Revita, menyebut bahwa dengan corak dan warna baru ini, prajurit dapat berkamuflase lebih efektif, terutama ketika bertugas di hutan atau medan vegetasi lebat.
Seragam baru ini tidak hanya soal estetika, tetapi merupakan upaya modernisasi fungsi tempur.
Perbedaan Seragam Loreng TNI Lama dan Baru
Pada seragam lama (Loreng Malvinas), pola loreng menggunakan blok yang relatif besar dengan desain “memanjang” dan garis lurus yang tegas. Sementara loreng baru memakai blok-blok lebih kecil, pola lebih abstrak dan berpola digital modifikasi, sehingga detailnya rapat dan transisinya lebih halus.
Kapuspen TNI Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah. (Suara.com/Fakhri Fuadi)
Motivasi perubahan ini adalah agar pola loreng baru tidak mudah “terdeteksi” oleh musuh ketika berada di kawasan vegetasi atau medan operasi sulit.
Loreng lama menggunakan warna dominan hijau tua (army green), cokelat tua, dan krem pucat sebagai kombinasi dasar. Ini cocok untuk era vegetasi dan medan operasi ketika desain tersebut dipilih. Loreng baru memperkenalkan kombinasi warna yang lebih muda dan variatif:
• Dua nuansa hijau: hijau terang dan hijau zaitun (olive)
• Dua nuansa cokelat: cokelat tua dan cokelat muda.
• Krem terang kontur, dipadukan untuk menghadirkan gradasi lembut.
Baca Juga: Viral! Gadis Cilik Masuk ke Acara HUT TNI dan Minta-minta, Warganet Ini Malah Bicara 'Pesan Tuhan'
Warna hijau baru cenderung lebih cerah daripada hijau tua pada seragam lama, sehingga memberi kesan “sage green” (hijau muda/abu-hijau).
Fungsi & Efektivitas Kamuflase
Dengan pola loreng yang lebih kecil dan motif digital, seragam baru diharapkan dapat menyatu lebih baik ke latar belakang vegetasi dan medan alam (hutan, semak, lereng). Pola lama cenderung mudah “kelihatan” jika dari jarak tertentu karena blok-blok besar.
Potret Prabowo Subianto Berseragam TNI. (Instagram/@prabowo)
Perubahan ke pola rapat bertujuan supaya gerakan prajurit tidak cepat terdeteksi. Warna yang lebih cerah juga menyesuaikan kondisi vegetasi modern dan pencahayaan alam, misalnya area hutan dengan intensitas cahaya yang bervariasi.
Penerapan motif baru ini disahkan melalui Keputusan Panglima TNI tertanggal 27 September 2025 dan dipakai secara bertahap. Secara resmi, semua prajurit dari tiga matra (AD, AL, AU) akan memakai PDL baru secara serentak pada puncak HUT TNI ke-80, yaitu 5 Oktober 2025.
Dalam pengumuman resmi, Wakil Panglima serta pejabat tinggi sudah tampil dengan seragam baru sebagai simbol transisi. Meski desain dan loreng baru diperkenalkan, potongan seragam (kemeja, celana, struktur PDL) tidak banyak berubah dari model lama. Perubahan utama terletak pada motif dan warna.
Perubahan corak loreng pada seragam PDL TNI adalah langkah strategis dan fungsional daripada perubahan estetika semata. Dengan berpindah dari Loreng Malvinas yang sudah berumur lebih dari empat dekade ke motif baru dengan harapan prajurit TNI bisa lebih tersamar di medan operasi.
Berita Terkait
-
Cerita Warga Depok Raih Keberuntungan di HUT ke-80 TNI: Berangkat Naik KRL, Pulang Bawa Motor!
-
Kondisi Kesehatan jadi Sebab Jokowi Absen HUT ke-80 TNI: Masih Pemulihan, Dianjurkan Tak Kena Panas
-
Viral! Gadis Cilik Masuk ke Acara HUT TNI dan Minta-minta, Warganet Ini Malah Bicara 'Pesan Tuhan'
-
HUT TNI 2025: Debut Seragam Baru Bikin Prajurit Lebih "Gaib" di Medan Perang?
-
9 Potret Gala Sky Pakai Seragam TNI, Jadi Prajurit dari Langit!
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Elegansi Waktu: Jam Tangan Perhiasan 2025 dengan Horologi Tinggi dan Seni
-
5 Pilihan Merek Bedak Padat yang Tahan Lama untuk Guru Usia 40 Tahun ke Atas
-
4 Jam dari Jakarta, Pesona Air Terjun Citambur Setinggi 100 Meter yang Bikin Terpana
-
5 Serum Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun, Kulit Jadi Kencang dan Awet Muda
-
4 Zodiak Paling Beruntung Besok 22 November 2025: Dompet Tebal, Asmara Anti Gagal
-
5 Contoh Amanat Pembina Upacara Hari Guru Nasional 2025, Sarat Makna dan Menggugah Jiwa
-
5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
-
7 Rekomendasi Parfum Wangi Ringan yang Fresh di Indomaret untuk Guru
-
5 Serum Vitamin C untuk Ibu Rumah Tangga, Bye-bye Kusam dan Tanda Penuaan Kulit
-
Lompatan Baru Wisata Jakarta: Destinasi Terintegrasi dari Pantai, Mangrove, hingga Outbound