Suara.com - Rumah tangga Clara Shinta menjadi sorotan setelah dirinya curhat suaminya, Muhammad Alexander Assad, menerapkan silent treatment atau diam berlarut sebagai bentuk konflik.
"Meskipun letak kesalahan terakhir ada di diriku, namun aku bingung untuk menyelesaikannya dengan cara apalagi karena semuanya silent, silent treatment," curhat Clara Shinta, dilansir pada Rabu, 22 Oktober 2025.
"Sebenarnya masalahnya bisa diselesaikan dengan baik namun beliau memilih untuk pulang ke rumahnya dan tidak berkomunikasi dengan aku. Aku merasa capek kalau setiap masalah diselesaikan dengan pisah rumah terus menerus," lanjutnya.
Viralnya unggahan tersebut membuat topik silent treatment cukup banyak dibahas. Lantas, apa itu silent treatment dan apa bahayanya bagi pernikahan?
Artikel ini membahas pengertian silent treatment, bagaimana ciri-ciri dan bahayanya, serta langkah yang bisa diambil untuk menghadapinya.
Apa Itu Silent Treatment?
Menurut pakar hubungan, silent treatment adalah ketika salah satu pasangan secara sengaja menolak berkomunikasi atau merespons pasangan lainnya selama konflik atau ketegangan, bukan sebagai jeda singkat yang disepakati bersama.
Beberapa ciri-utamanya termasuk:
- Pasangan tiba-tiba berhenti menjawab pesan, panggilan, atau dialog bahkan tanpa alasan jelas.
- Tidak pernah kembali ke pembicaraan atau resolusi konflik meskipun situasi sudah “tinggi”.
- Merasa seolah “diasingkan” atau “diabaikan” oleh pasangan sendiri meskipun masih tinggal bersama.
Perlu digarisbawahi: berbeda dengan meminta waktu tenang sebentar untuk menenangkan diri, silent treatment adalah strategi yang menghindari penyelesaian dan komunikasi.
Bahaya Silent Treatment dalam Pernikahan
Penggunaan silent treatment secara berkepanjangan dapat membawa dampak serius bagi hubungan, antara lain:
Baca Juga: Suami Clara Shinta Bicara soal Takdir saat Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Netizen: Pulang Bang!
- Merasa terluka, rendah diri, dan bingung karena tidak tahu mengapa pasangan diam atau mengabaikan.
- Komunikasi rusak: konflik tidak pernah dibicarakan, sehingga akar masalah terus menumpuk tanpa penyelesaian.
- Hubungan menjadi tidak setara: si penerima diam sering merasa berada di posisi tak berdaya karena pasangan diam tampak “berkuasa”.
- Potensi perubahan menjadi pola kekerasan emosional, ketika diam digunakan sebagai alat kontrol atau manipulasi.
Ciri-Ciri yang Harus Diwaspadai
Berikut tanda-tanda bahwa silent treatment mungkin sudah masuk dalam kategori berbahaya dalam pernikahan:
- Pasangan tidak pernah membahas isu usai diam berhari-hari atau berminggu-minggu.
- Anda merasa harus "mencari izin" untuk berbicara atau beraktivitas agar pasangan tidak diam lebih lama.
- Diamnya pasangan tampak dimaksudkan sebagai hukuman atau alat supaya Anda "mengalah".
- Anda merasa terus menerus stres, cemas, atau menyesal tanpa alasan yang jelas.
Cara Menghadapi Silent Treatment
Jika Anda menduga pasangan menggunakan silent treatment, beberapa langkah berikut bisa dilakukan:
- Ucapkan secara langsung: “Saya merasa kita belum bicara dan saya ingin kita menyelesaikannya.” Gunakan kalimat “saya merasa…” agar tidak terdengar menyalahkan.
- Tanyakan, buka ruang dialog: “Apa yang membuatmu diam? Kalau kamu butuh waktu, mari kita atur kapan kita berbicara.”
- Batasi penerimaan apabila gaya diam menjadi pola: tetapkan batas yang jelas bahwa komunikasi adalah prasyarat dalam hubungan.
- Bila diam terus berlangsung dan Anda merasa terkuras secara emosional, pertimbangkan bantuan dari terapis pasangan atau konselor.
- Jaga kesejahteraan Anda sendiri: jangan biarkan toleransi diam malah membuat Anda kehilangan harga diri atau keseimbangan emosional.
Penerapan silent treatment bukan hanya “sikap dingin” sesaat, melainkan bisa menjadi sinyal serius bahwa komunikasi dalam hubungan sedang bermasalah.
Apabila terus dibiarkan, hubungan pernikahan bisa terkikis kepercayaan, keintiman, serta kebahagiaan bersama.
Bagi pasangan seperti Clara Shinta dan suaminya, wacana ini menjadi pengingat bahwa komunikasi terbuka dan saling menghargai perasaan satu sama lain adalah fondasi rumah tangga yang sehat.
Jika Anda atau pasangan mulai merasakan efek dari diam yang panjang dan tidak jelas, sebaiknya segera berbicara atau mencari bantuan profesional, karena diam yang memang dirancang untuk mengabaikan adalah luka yang tak terlihat namun nyata.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
5 Zodiak Paling Beruntung di Akhir Oktober 2025, Cek di Sini Apakah Kamu Termasuk
-
4 Rekomendasi Sunscreen SPF 50 untuk Pria: Tidak Whitecast, Aktivitas Outdoor Friendly
-
Berapa Tarif Endorse Jule? Kabarnya Ramai Ditinggal Brand usai Geger Isu Selingkuh
-
Geger Isu Raisa Gugat Cerai, Kontroversi Hamish Daud Diungkit Lagi: Open BO sampai Pelecehan
-
Beda Biaya Bariatrik di Indonesia vs Malaysia, Mahal Mana? Nathalie Holscher Pilih Penang
-
Turis di Bali Dilarang Menyentuh Monyet Liar, Ini Alasannya
-
6 Merek Kosmetik Lokal Terbaik Indonesia: Dari Halal hingga Warisan Herbal
-
Menyelam ke Keindahan: Tempat Snorkeling Terbaik di Karimunjawa
-
5 Sarung Terbaik dengan Kualitas Premium untuk Ibadah dan Acara Formal, Mulai Rp100 Ribuan
-
Penerima KIP Kuliah Diduga Tak Layak? Ini Langkah Lapor Resminya ke Kemendikbud