Bola / Bola Indonesia
Sabtu, 06 Desember 2025 | 14:31 WIB
Eks pemain asing Persija Jakarta, Hanno Behrens ketika masih membela klub divisi dua Liga Jerman (2. Bundesliga), Hansa Rostock. [Instagram/@hannobehrens18]
Baca 10 detik
  • Hanno Behrens, mantan pemain Persija Jakarta musim 2022/2023, menyatakan keengganannya kembali ke Indonesia.
  • Faktor utama ketidaknyamanan pemain Jerman ini adalah cuaca ekstrem dan kelembapan tinggi Indonesia.
  • Selain iklim, Behrens juga merasa tidak nyaman dengan kepadatan lalu lintas dan kondisi jalanan kota Jakarta.

Suara.com - Pemain asal Jerman, Hanno Behrens yang sempat memperkuat Persija Jakarta memberi isyarat menyerah alias ogah kembali bermain di Indonesia. Faktor cuaca hingga situasi di Tanah Air membuat sang pemain tidak betah.

Hanno Behrens sempat memperkuat Persija Jakarta pada Thomas Doll 2022/2023. Ketika itu, skuad Macan Kemayoran diperkuat pemain-pemain Eropa termasuk Behrens.

Penampilan Behrens cukup baik dengan mencetak lima gol dalam 18 pertandingan.

Sayang, sang pemain tidak berlama-lama bersama Persija meski kontraknya selama tiga musim.

Ia memutuskan tidak kembali ke Jakarta selepas musim 2022/2023.

Lama tidak terdengar, Hanno Behrens akhirnya buka suara. Ia mengaku berat tampil di Indonesia terutama masalah cuaca ekstream.

“Tentu saja, itu sangat berat dalam kondisi iklim seperti ini. Tidak hanya panas, tetapi kelembapannya juga luar biasa."

"Kamu selalu berkeringat saat berada di luar, dan pada siang hari suhunya 45°C, jadi kamu tidak tahan terkena sinar matahari,” kata Hanno Behrens dikutip dari KronnectTV.

Bukan cuaca, Hanno juga tidak nyaman dengan kondisi ramainya jalanan di Tanah Air seperti Jakarta.

Baca Juga: Rapor Pemain Keturunan Indonesia saat Manchester City Menang Drama 9 Gol atas Fulham

"Itu benar-benar tidak mungkin di kota, ada aspal, itu membakar, ada banyak asap knalpot, jadi itu sangat intens," ucapnya.

"Kami selalu berlatih sangat pagi. Saya bahkan tidak tahu apakah jam 7 pagi itu awal, bahkan sebelum matahari terbit, atau jam 8 pagi,” ujarnya.

Sang pemain juga mengeluhkan jadwal pertandingan. Meski tampil malam, di Indonesia masih terasa panas.

"Saya rasa pertandingan paling awal adalah jam 3 sore, begitulah. Itu memang selalu lebih melelahkan, tetapi bahkan pada jam 6 sore, 8 malam, terkadang bahkan jam 9 malam, pertandingan baru dimulai lebih larut."

"Meskipun begitu, cuacanya tidak sejuk, atau masih sangat panas. Udara di sana lembab, dan itu terlalu berat bagi saya,” pungkasnya.

Load More