Lifestyle / Komunitas
Senin, 27 Oktober 2025 | 18:42 WIB
Ilustrasi sentuhan manusia di era digital. (Freepik)
Baca 10 detik
  • CODHES 2025 mempertemukan akademisi dan praktisi internasional untuk membahas humaniora digital dan keberlanjutan di era teknologi modern.
  • Intinya, teknologi boleh canggih, tapi nilai kemanusiaan dan keberagaman budaya harus tetap jadi prioritas.
  • Mulai dari etika AI sampai tantangan sosial di era Industri 5.0, semua dibahas supaya inovasi digital bisa berguna dan tetap manusiawi.
     
     

Suara.com - Di era digital yang terus berkembang pesat, tantangan terbesar pendidikan humaniora adalah menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Di sinilah humaniora digital berperan penting dalam memastikan kemajuan teknologi tidak hanya efisien, tetapi juga berpihak pada masyarakat, budaya, dan keberlanjutan lingkungan. Dengan kata lain, teknologi harus menjadi alat untuk memperkuat identitas manusia, bukan menghapusnya.

Humaniora digital sendiri adalah bidang yang menggabungkan ilmu humaniora seperti sastra, linguistik, dan kajian media dengan teknologi komputer untuk memahami berbagai fenomena budaya dan sosial di era digital.

Bidang ini tak hanya memanfaatkan alat digital untuk riset humaniora, tetapi juga menelaah bagaimana nilai-nilai kemanusiaan dapat membentuk arah perkembangan teknologi.

Menanggapi hal ini, Faculty of Humanities BINUS University bersama Universitas Brawijaya sukses menyelenggarakan International Conference on Digital Humanities and Environmental Sustainability (CODHES-2025) dengan tema “Sustainability in the Digital Age: Rethinking Humanities, Digitalization, and the Environment.”

Konferensi dua hari ini digelar di Auditorium BINUS @Kemanggisan Anggrek Campus, Jakarta, dan menghadirkan akademisi serta praktisi dari Indonesia, Taiwan, Belanda, dan Amerika Serikat.

CODHES 2025 menjadi panggung bagi diskusi lintas disiplin untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi digital bisa dimanfaatkan tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Dr. Jureynolds, Chairman CODHES 2025, menekankan bahwa inovasi teknologi harus selaras dengan aspek kemanusiaan agar pembangunan masa depan tetap berkelanjutan.

“Teknologi digital memberi kita kecepatan dan efisiensi luar biasa, tapi tanpa nilai kemanusiaan, inovasi bisa kehilangan arah. Humaniora digital hadir untuk menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan keberlanjutan,” ujar Dr. Jureynolds.

Baca Juga: Grand Final Piala by.U 2025: Ajang Bergengsi yang Satukan Ambisi dan Teknologi Anak Muda Indonesia

Pembicara internasional, Prof. Bart Barendregt dari Leiden University, menambahkan bahwa dunia digital harus menghormati keberagaman budaya. Menurutnya, teknologi tidak boleh menghapus identitas dan ekspresi manusia, melainkan memperkuat inklusi budaya di era digital.

Selain itu, konferensi juga membahas isu penting lainnya seperti etika kecerdasan buatan, keberlanjutan digital, serta tantangan hukum dan sosial dalam menghadapi Industri 5.0.

Prof. E. Leigh Bonds dari The Ohio State University dan Prof. Dr. Shidarta dari BINUS University turut menyampaikan materi mereka untuk menekankan pentingnya pendidikan humaniora digital yang seimbang antara teknologi dan nilai kemanusiaan.

Dr. Elisa Carolina Marion, Dekan Faculty of Humanities BINUS University, mengatakan CODHES 2025 bukan sekadar konferensi, tapi juga wujud komitmen BINUS University untuk mendorong kolaborasi internasional dan memperluas riset humaniora digital.

“Melalui CODHES, kami ingin menunjukkan bahwa teknologi dan humaniora bisa berjalan beriringan. Dengan humaniora digital, mahasiswa dan peneliti belajar memanfaatkan inovasi tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan. Ini adalah langkah nyata untuk membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan,” jelas Dr. Elisa.

Dengan dukungan berbagai institusi internasional dan partisipasi luas akademisi global, CODHES 2025 menegaskan peran BINUS University dan Universitas Brawijaya dalam membangun riset humaniora digital yang tidak hanya canggih, tapi juga berpihak pada kemanusiaan.

Load More