Lifestyle / Komunitas
Selasa, 28 Oktober 2025 | 15:05 WIB
Ilustrasi gas DME dan gas LPG (Google Studio Ai)
Baca 10 detik
  • Pemerintah tengah mempercepat proyek hilirisasi batubara menjadi DME sebagai alternatif LPG, dengan target pengurangan impor LPG mulai tahun 2026.

  • Dari 18 proyek hilirisasi yang telah melalui tahap pra studi kelayakan, DME menjadi salah satu prioritas karena bersumber dari dalam negeri dan lebih ekonomis dibandingkan LPG.

  • DME memiliki karakteristik mirip LPG, ramah lingkungan, dan dapat menggunakan infrastruktur yang sudah ada, sehingga dinilai efisien untuk transisi energi nasional.

Suara.com - Proyek hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai pengganti liquefied petroleum gas (LPG) tengah dikebut pemerintah, mengingat impor LPG bakal dikurangi mulai 2026 mendatang.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa setidaknya ada 18 proyek hilirisasi yang telah selesai, mulai dari konsep hingga pra studi kelayakan (pre feasibility study) oleh Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi.

"Dari pra FS itu dipelajari oleh konsultan untuk finalisasi di Danantara. Dari sekian banyak, 18 project itu salah satunya adalah DME," ujar Bahlil saat Anugerah Subroto di Jakarta yang dikutip Senin (27/10/2025).

Diketahui, konsumsi LPG nasional saat ini mencapai 8,5 juta ton per tahun, sementara kapasitas produksi dalam negeri sekitar 1,3 juta ton. Itulah sebabnya pemerintah memenuhi kebutuhan sisanya melalui impor.

"Nah caranya bagaimana mengurangi impor adalah kita melahirkan substitusi impor melalui hilirisasi batu bara," kata Bahlil.

Kementerian ESDM menargetkan produksi massal gas DME dapat terealisasi pada 2027 mendatang.

Ilustrasi Stok gas atau LPG 3kg  [Dok Pertamina]

Lantas, apa itu dimethyl ether (DME) pengganti gas LPG?

Menurut laman resmi Kementerian ESDM, Dimethyl Ether (DME) dikenal sebagai bentuk lain dari gas batubara. DME memiliki karakteristik kimia dan fisika yang sangat mirip dengan LPG.

DME merupakan senyawa eter paling sederhana yang mengandung oksigen, dengan rumus CHOCH. Karena berbentuk gas, proses pembakaran DME berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG, menjadikannya pilihan yang efisien dan ramah lingkungan.

Baca Juga: Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026

Kesamaan tersebut juga membuat DME dapat memanfaatkan infrastruktur LPG yang sudah tersedia, seperti tabung, sistem penanganan, dan fasilitas penyimpanan.

Jadi, transisi dari LPG ke DME tidak memerlukan pembangunan infrastruktur baru secara besar-besaran.

Dari sisi energi, DME memiliki nilai kalor sebesar 7.749 Kcal/Kg, lebih rendah dibandingkan LPG yang mencapai 12.076 Kcal/Kg. Meski demikian, karena massa jenis DME lebih tinggi, perbandingan energi antara DME dan LPG berada di kisaran 1 banding 1,6.

Pemilihan DME sebagai alternatif energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan.

DME mudah terurai di atmosfer, tidak merusak lapisan ozon, dan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20 persen. Selain itu, nyala api dari DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikel berbahaya seperti PM dan NOx, serta bebas dari kandungan sulfur.

Proyek gasifikasi batubara menjadi sangat penting bagi perekonomian nasional, mengingat sekitar 75 persen kebutuhan LPG dalam negeri masih dipenuhi melalui impor.

Load More