Suara.com - Diaspora pelajar Indonesia di Turki kembali mempersembahkan kekayaan budaya Nusantara melalui Muhteem Endonezya. Festival ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Sakarya, yang digelar di Universitas Sakarya, Jumat (28/11/2025).
Diaspora Indonesia bekerja sama dengan mahasiswa lokal menggelar acara Batik x Ebru, yang mempromosikan acara Muhtesem Endonezya. Batik x Ebru merupakan pertukaran budaya antara Indonesia dan Turki, mahasiswa lokal dan mahasiswa internasional berkesempetan mempelajari teknik batik tradisional Indonesia sekaligus mengenal seni Ebru khas Turki.
Uniknya, Batik dan Ebru memiliki ciri khas yang sama, yaitu sama-sama melukis. Jika batik melukis melalui canting diatas kain, maka Ebru berasal dari teknik melukis diatas air.
Muhteem Endonezya tahun ini mengusung tema “Story Of Dreamland”, narasi simbolis untuk menampilkan keragaman budaya, bahasa, dan agama di Indonesia. Melalui photo booth yang menggambarkan peta Indonesia, pengunjung diajak memahami bahwa meskipun terdiri dari ribuan pulau dan etnis, Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh.
Reisyaff Fiermy Cantando Abiyu, ketua panitia Muhteem Endonezya berharap, melalui acara ini, masyarakat dapat memahami bahwa mengenal budaya baru.
Area acara sudah dipadati pengunjung sejak jam 15.00 TRT, sedangkan registrasi akan dibuka pada jam 16.00 TRT. Sebegitu antusiasnya mereka dalam memeriahkan acara malam puncak Muhteem Endonezya tahun ini.
Para pengunjung akan mendapatkan gantungan kunci berbentuk dompet yang terbuat dari kain batik sebagai hadiah dan mendapatkan uang mainan sebagai alat tukar untuk mengambil snack yang disediakan.
Wakil Rektor Universitas Sakarya, Özer Köeolu, meyampaikan apresiasi atas keseriusan mahasiswa Indonesia dalam menyelenggarakan festival budaya dan menekankan pentingnya budaya dalam suatu bangsa.
Momen pembukaan ditandai dengan bunyi angklung, yang dimainkan oleh Achmad Rizal Purnama, Duta Besar Indonesia untuk Turki, menandai dimulainya rangkaian puncak acara.
Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai negara ini merupakan acara yang ke-4 kali diadakan. Pada 2018, menjadi awal dimana Indonesia dapat lebih dikenal oleh masyarakat Turki, khususnya di kota Sakarya.
Baca Juga: Melestarikan Tradisi Lewat Pastry: Cara Baru Bumi Aki Signature Rayakan Indonesia
Muhteem Endonezya berhasil menggetarkan hati para penonton hingga berdecak kagum, mulai dari cara memasuki area yang terstruktur, disambut dengan pameran setelah pintu gapura, nasi tumpeng yang ditaruh dalam tengah arena, serta aneka kuliner nusantara yang disajikan.
Festival ini mendapatkan perhatian luas, tidak hanya dari mahasiswa internasional tetapi juga dari pejabat Kota Sakarya, seperti Kepala Dinas Migrasi Provinsi Sakarya Ramazan Latifolu, Kepala Distrik Serdivan Ali Candan, Kepala Dinas Olahraga Provinsi Sakarya Cemil Boz Atand, serta Wakil Rektor Universitas Sakarya Özer Köeolu.
Dalam sambutannya, Dubes Rizal menegaskan bahwa budaya adalah jembatan sunyi yang mampu mempertemukan bangsa-bangsa tanpa batasan bahasa maupun wilayah. Ia menyoroti peran strategis diaspora pelajar sebagai motor penggerak diplomasi budaya, yang melalui kreativitas dan inisiatifnya mampu menghadirkan ruang perjumpaan antara Indonesia dan Turki.
Sementara itu, Aygül Alad, mahasiswa asal Turki menyampaikan bahwa keberagaman tarian Indonesia menjadi pengalaman yang sangat memikat baginya. Ia menilai, keramahtamahan para panitia dan penampil menciptakan suasana yang hangat serta membuat ia merasa dekat dengan budaya Indonesia.
Acara yang dihadiri setidaknya 900 pengunjung dari berbagai negara ini ditutup dengan parade seluruh penampil di atas panggung, diiringi musik tabola-bale dan berbagai musik tradisional Indonesia. ***
Berita Terkait
-
Tanpa Kalkun pun Bisa, Ini 5 Cara Kamu Merayakan Thanksgiving Versi Lokal
-
Dari Toraja hingga Ethiopia: Tradisi-Tradisi Unik yang Masih Dilestarikan
-
1159 Tahun Merti Ngupit, Warga Klaten Menjawab Krisis Air dengan Tradisi
-
Tradisi Bertemu Inovasi: Ritual Kecantikan Modern dari Filosofi Teh Bangsawan
-
Laundry Majapahit: Tradisi Jadi Modal Ekonomi Kreatif Baru
Terpopuler
- 6 HP 5G Paling Murah di Bawah Rp 4 Juta, Investasi Terbaik untuk Gaming dan Streaming
- Bercak Darah di Pohon Jadi Saksi Bisu, Ini Kronologi Aktor Gary Iskak Tewas dalam Kecelakaan Maut
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 29 November: Ada Rivaldo, Ribuan Gems, dan Kartu 110-115
- 5 Shio Paling Beruntung Hari Ini Minggu 30 November 2025, Banjir Hoki di Akhir Bulan!
- Tewas Menabrak Pohon, Gary Iskak Diduga Tak Pakai Helm Saat Kecelakaan Tunggal
Pilihan
-
Jeritan Ojol di Uji Coba Malioboro: Jalan Kaki Demi Sesuap Nasi, Motor Terancam Hilang
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
Terkini
-
11 Zodiak dengan Kutukannya Masing-masing Sejak Lahir, Cek Kutukanmu!
-
Gaya Hidup Ramah Bumi: Perpanjang Umur Barang, Kurangi Sampah, Hidup Lebih Sustainable
-
Nadya Arina Ungkap Tantangan Jadi Korban 'Love Bombing' Jerome Polin di Film Penerbangan Terakhir
-
Konser Dewa 19 dan Rekor MURI Berangkatkan Umrah 1.171 Karyawan Jadi Highlight di GBK
-
Gabung Pertaruhan Season 3, Maudy Effrosina Sebut Karakter Laras Punya Banyak 'Lapisan' Misterius
-
Mengenal Museum Tjong A Fie Mansion, Tempat Unik dan Bersejarah yang Terendam Banjir Medan
-
Demi Film 'Suka Duka Tawa', Rachel Amanda Akui Stres Parah Diceburkan ke Panggung Open Mic
-
6 Hybrid Sunscreen yang Ampuh Melindungi Kulit dari Sinar UVA, UVB, dan Blue Light
-
Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
-
5 Sepatu Lokal Selevel Adidas Samba, Model Trendy Kualitas Juara Berani Diadu