Lifestyle / Komunitas
Kamis, 11 Desember 2025 | 16:12 WIB
Ilustrasi psikologi digital, soft skill baru di tempat kerja. (Pexels)
Baca 10 detik
  • Psikologi digital menjadi soft skill krusial untuk adaptasi produktivitas dalam lingkungan kerja modern yang didorong teknologi.
  • BINUS University menyelenggarakan Digital Psychology Forum 2025 di Bandung untuk menjembatani psikologi, teknologi, dan industri.
  • Forum ini melibatkan akademisi dan praktisi membahas identitas digital, pola pikir transformasi, serta intervensi psikologis berbasis teknologi.

Suara.com - Di dunia kerja yang makin terdorong teknologi, menjadi tech-savvy saja sudah tak cukup. Perusahaan kini mencari talenta yang bukan hanya bisa menggunakan berbagai tools digital, tetapi juga mampu memahami bagaimana interaksi, emosi, motivasi, dan perilaku manusia berubah di ruang kerja yang serba online. Inilah yang membuat psikologi digital muncul sebagai soft skill baru yang semakin penting.

Psikologi digital membantu kita beradaptasi, tetap sehat secara mental, dan produktif dalam kultur kerja modern yang hybrid dan cepat berubah.

Relevansi itulah yang disorot BINUS University lewat penyelenggaraan Digital Psychology Forum (DPF) 2025—sebuah forum yang menjembatani psikologi, teknologi, dan dunia industri.

Digelar di BINUS @Bandung, Dago Campus, forum bertema “Digital Psychology: Introducing and Exploration in Indonesia” ini mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi industri, dan mitra sekolah untuk mengulas perkembangan psikologi di tengah percepatan teknologi digital.

Forum ini juga memperkuat jejaring internasional Psikologi BINUS University melalui keterlibatan Asia Pacific University (APU) Malaysia, mitra resmi Program Double Degree Digital Psychology. 

Dua keynote membuka acara: Dr. Vinorra Shaker dari APU yang membahas identitas digital dan efek avatar-filter terhadap autentisitas, serta Dr. Teguh Widhi Harsono dari PT PLN Nusantara Power yang menyoroti bagaimana pola pikir, perilaku manusia, dan teknologi harus selaras dalam transformasi organisasi.

Rangkaian berikutnya adalah sesi paralel dengan pembahasan seputar Technology-Based Psychological Intervention, Digital Workspace, hingga The Future of Digital Psychology Research.

Pembicara yang hadir berasal dari dunia akademik dan industri, termasuk Dr. Raymond Godwin, M.Si. (BINUS University), Andira Kusdianie, S.Psi., M.Sc. (Assistant Vice President BCA), dan William Junior Herlie, S.Psi. (Product Lead Siloam Hospitals Group).

Dr. Johan M. Kerta (Campus Director, BINUS @Bandung). (Dok. Binus)

Head of Psychology Program BINUS University, Dr. Esther Widhi Andangsari, menyebut forum ini sebagai langkah strategis dalam membangun ekosistem psikologi digital di Indonesia.

Baca Juga: Lupakan IPK! Rekrutmen Berbasis Skill Jadi Tren, Begini Cara Platform Ini Membantu

Ia menegaskan bahwa teknologi bukan sekadar alat, tetapi harus digunakan dengan prinsip psikologi yang etis dan humanis agar dampaknya nyata bagi masyarakat.

Dari sisi industri perbankan, Andira Kusdianie menilai psikologi digital sangat relevan untuk membangun lingkungan kerja modern.

Menurutnya, transformasi digital harus tetap berorientasi pada manusia agar karyawan bisa berkembang tanpa kehilangan kesejahteraan psikologis.

Sementara itu, William Junior Herlie menyoroti pentingnya integrasi psikologi dan teknologi dalam sektor kesehatan, terutama dalam merancang solusi digital yang aman dan fokus pada pengalaman pengguna.

Melalui Digital Psychology Forum 2025, BINUS University menegaskan komitmennya mendorong kolaborasi lintas sektor demi memperkuat posisi Indonesia dalam pengembangan psikologi digital.

Forum ini membuka peluang kerja sama riset, inovasi, serta pengembangan talenta masa depan—membentuk generasi profesional yang lebih siap menghadapi dunia kerja modern yang high-tech namun tetap human-centered.

Load More