Suara.com - Pemerintah Indonesia memandang penting stabilitas di kawasan Laut Cina Selatan dan mengharapkan setiap negara yang berkepentingan untuk bisa sama-sama saling menjaga stabilitas kawasan tersebut.
"Yang diinginkan Indonesia dan 'we could not afford not to have that' adalah situasi atau 'maintaining peace and stability' (mempertahankan perdamaian dan stabilitas,red) di kawasan. Kita berharap masing-masing negara untuk 'behave' sehingga kawasan itu tidak tegang, tidak panas dan sebagainya karena sekali lagi 'we could not afford to have region' yang tidak aman untuk kepentingan ekonomi kita. Sekali lagi, connectivity yang akan kita bangun dengan kawasan," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi kepada wartawan di Brisbane, Australia, Sabtu (15/11/2014).
Retno Marsudi mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang mendorong adanya aturan tata perilaku di Laut Cina Selatan sehingga setiap negara memiliki pandangan yang sama untuk menjaga kepentingan masing-masing di kawasan itu tanpa menyakiti negara lainnya.
"Dalam maritim terkait isu Laut Cina Selatan, secara jelas kita sampaikan prinsip-prinsip kita. Indonesia kan 'we were on the forefront' dalam pembuatan 'declaration of conduct' dan sebagainya dan ini akan kita 'pursue' terus," paparnya.
Menlu menambahkan," sekali lagi, connectivity yang akan kita bangun dengan kawasan. Dan ini saya rasa juga disampaikan Presiden dalam semua intervensi beliau pada saat 'all the nine' KTT. Saat beliau menyampaikan intervensi, baik di ASEAN atau ASEAN Plus mengenai kawasan ditonjolkan oleh beliau".
Indonesia, kata Menlu, berkeinginan besar semua negara yang berada dan berkepentingan di Laut Cina Selatan merasa nyaman dan juga aman.
"At least, hal-hal yang sifatnya memerlukan penanganan segera akan dapat dilakukan dan memberikan kontribusi yang sangat besar di dalam 'how to behave in the South China Sea," katanya.
Dalam tiga pertemuan puncak (KTT APEC, KTT ASEAN dan East Asia Summit serta KTT G-20) yang dihadirinya, Presiden Jokowi memaparkan pandangan Indonesia dan langkah pemerintah dalam berbagai bidang khususnya terkait hubungan bilateral dan multilateral selama lima tahun mendatang. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
- Diundang Dolce & Gabbana, Penampilan Anggun Mayang Banjir Pujian: Netizen Bandingkan dengan Fuji
Pilihan
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
Terkini
-
Belum Ada Satupun Tersangka, KPK Usut Aliran Duit 'Panas' Bos Biro Haji ke Pejabat Kemenag
-
Viral Didi Lionrich Nilai Jabatan Jokowi di Bloomberg Tak Penting: Cuma 2-3 Hari Doang
-
KSP Qodari Ungkap 99% Dapur MBG Tanpa SLHS, Cuma 34 dari 8.583 yang Punya Izin Laik Higiene
-
6 Fakta Bloomberg New Economy, Panggung Baru Jokowi Bersama Para Pemimpin Top Dunia
-
2 Kali Diperiksa Kasus DJKA Kemenhub, Sepenting Apa KPK Korek Keterangan Bupati Pati Sudewo?
-
Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
-
Komitmen Indonesia untuk Perdamaian Dunia Sangat Kuat
-
Efek Domino Korupsi Haji, KPK Ancam 'Sikat' Biro Travel di Luar Jawa
-
Dasco Terima 9 Tuntutan Kaum Tani soal Redistribusi Tanah yang Berkeadilan
-
Jemaah Antre Puluhan Tahun, Kuota Haji Ternyata Bisa Dibeli Tanpa Izin?