Pramono Anung (jaket hitam). [suara.com/Adrian Mahakam]
Politisi Senior PDI Perjuangan (PDIP) Pramono Anung menegaskan, PDI Perjuangan tengah melakukan regenerasi kepemimpinan di internal partai. Hal itu bisa diketahui dari kepengurusan DPP PDIP periode 2015-2020 yang memasukkan dua nama anak Megawati Soekarnoputri.
"Kita lihat, Bu Mega menempatkan dua putranya, Puan Maharani dan Prananda Prabowo secara bersama, dan mengisyaratkan pada kita semua proses regenerasi di dalam tubuh partai secara perlahan dilakukan," ujar Pramono, di arena Kongres IV PDI Perjuangan, di Sanur, Bali, Jumat (10/4/2015).
Menurut Pramono, dua anak Megawati ini sudah memasuki usia matang dalam berpolitik. Atas dasar itulah, mereka dirasakan mampu untuk diberikan tanggung jawab serta beban partai.
"Ini merupakan proses penggodokan bagi Puan dan Nanda, dan saya yakin lima tahun ini cukup. Siapa pun, tergantung Ibu (Megawati), karena Ibu yang tahu," ujarnya lagi.
Pramono menambahkan, kebutuhan PDIP ke depan sangatlah berat, di mana musyawarah mufakat harus menjadi tradisi pada partai berlambang banteng ini. Musyawarah mufakat, sambungnya lagi, juga penting untuk dibangun, sekaligus guna menghilangkan budaya politik uang.
"Karena kebutuhan partai ke depan sebagai partai ideologis mungkin berbeda dengan kongres lain. Ketua Umum tidak keluar uang sedikit pun (untuk dipilih), karena berlangsung (secara) musyawarah mufakat. Sistem ini dibangun untuk menghilangkan money politics," paparnya.
Lantas, apakah fenomena ini bisa disebut PDIP menjadi semacam "partai keluarga" dengan trah Sukarno sebagai pemimpinnya? Pramono mengelak untuk menyimpulkannya.
"Yang jelas, Ketua Umum 2015-2020 Megawati Soekarnoputri. Selanjutnya kan masih panjang," ujarnya singkat.
Dalam kepengurusan DPP PDIP 2015-2020, terdapat 27 orang yang menjadi pengurus. Nama Puan Maharani masuk dalam kepengurusan sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan, yang kemudian dinonaktifkan lantaran dia menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Sedangkan Prananda menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi Kreatif.
"Kita lihat, Bu Mega menempatkan dua putranya, Puan Maharani dan Prananda Prabowo secara bersama, dan mengisyaratkan pada kita semua proses regenerasi di dalam tubuh partai secara perlahan dilakukan," ujar Pramono, di arena Kongres IV PDI Perjuangan, di Sanur, Bali, Jumat (10/4/2015).
Menurut Pramono, dua anak Megawati ini sudah memasuki usia matang dalam berpolitik. Atas dasar itulah, mereka dirasakan mampu untuk diberikan tanggung jawab serta beban partai.
"Ini merupakan proses penggodokan bagi Puan dan Nanda, dan saya yakin lima tahun ini cukup. Siapa pun, tergantung Ibu (Megawati), karena Ibu yang tahu," ujarnya lagi.
Pramono menambahkan, kebutuhan PDIP ke depan sangatlah berat, di mana musyawarah mufakat harus menjadi tradisi pada partai berlambang banteng ini. Musyawarah mufakat, sambungnya lagi, juga penting untuk dibangun, sekaligus guna menghilangkan budaya politik uang.
"Karena kebutuhan partai ke depan sebagai partai ideologis mungkin berbeda dengan kongres lain. Ketua Umum tidak keluar uang sedikit pun (untuk dipilih), karena berlangsung (secara) musyawarah mufakat. Sistem ini dibangun untuk menghilangkan money politics," paparnya.
Lantas, apakah fenomena ini bisa disebut PDIP menjadi semacam "partai keluarga" dengan trah Sukarno sebagai pemimpinnya? Pramono mengelak untuk menyimpulkannya.
"Yang jelas, Ketua Umum 2015-2020 Megawati Soekarnoputri. Selanjutnya kan masih panjang," ujarnya singkat.
Dalam kepengurusan DPP PDIP 2015-2020, terdapat 27 orang yang menjadi pengurus. Nama Puan Maharani masuk dalam kepengurusan sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan, yang kemudian dinonaktifkan lantaran dia menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Sedangkan Prananda menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi Kreatif.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Cemburu Istri Dituduh Selingkuh, Terkuak Motif Pria di Cakung Bakar Rumah
-
Pemprov Sumut Beri SPP Gratis, Internet Gratis, Pelatihan Tenaga Pengajar
-
Daftar 17 Hari Libur Nasional 2026 Resmi Berdasarkan SKB 3 Menteri
-
Pendidikan Ketua PBNU Gus Fahrur, Sebut Food Tray MBG Mengandung Babi Boleh Dipakai setelah Dicuci
-
Cinta Segitiga Berujung Maut: Pemuda Cilincing Tewas Ditikam Pisau 30 Cm oleh Rival Asmara
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Imbas Pasutri di Cakung Ribut: Rumah Ludes Dibakar, Suami Dipenjara, Istri-Mertua Luka-luka!
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Wahyudin Moridu Ternyata Mabuk saat Ucap 'Mau Rampok Uang Negara', BK DPRD Gorontalo: Langgar Etik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!