Suara.com - Sampai awal Maret 2016, Planetarium Jakarta di kawasan Taman Ismail Marzuki nomor 73, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, masih ditutup untuk pengunjung.
"Proyektornya rusak, jadi mesti didatangkan alatnya dari Jerman," kata Nurdiansyah dari Himpunan Astronomi Amatir Jakarta kepada Suara.com di Planetarium Jakarta, Minggu (28/2/2016).
Saat ditemui Suara.com, Nurdiansyah tengah menunjukkan simulasi menggunakan peralatan untuk memantau benda-benda di luar angkasa.
Nurdiansyah menjelaskan kerusakan proyektor di ruang simulasi langit Planetarium Jakarta terjadi sejak tahun 2015.
Dalam waktu dekat, kata Nurdiansyah, akan datang ahli dari Jerman untuk memperbaikinya proyektor tersebut agar masyarakat dapat kembali menikmati simulai benda-benda luar angkasa lagi.
Di ruang simulasi Planetarium Jakarta memiliki tempat duduk sebanyak 330. Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah tempat duduk planetarium di Moskow yang mencapai 770 tempat duduk.
Planetarium di Moskow merupakan planetarium terbesar dan di sana didukung proyektor Tipe 9 atau yang paling canggih, sedangkan di Planetarium Jakarta proyektornya Tipe 8.
Planetarium Jakarta merupakan wahana simulasi langit tertua di Indonesia. Tempat ini berdiri sejak tahun 1964, diprakarsai Presiden Soekarno. Gedung tersebut kemudian diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1969.
Selain di Jakarta, planetarium lain juga ada di Kutai, Kalimantan Timur, dan Surabaya (Jawa Timur).
Planetarium biasanya penuh pengunjung tiap akhir pekan. Umumnya, pengunjungnya anak-anak sekolah.
Selain ruang simulasi langit, Planetarium Jakarta juga menyediakan ruang pameran benda- benda luar angkasa, foto, bentuk-bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi serta pengenalan tokoh-tokoh di balik munculnya teori.
Pengunjung di ruang pameran juga dapat mengamati baju antariksa. Masyarakat pun dapat melihat alat-alat antariksa.
Di sana juga terdapat sarana dan prasarana observasi benda-benda langit melalui peneropongan secara langsung. (Meg Phillips)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo