Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto meminta masa hari tenang jelang Pilkada serentak tidak boleh ada aksi unjuk rasa. Sebab di saat itu kesempatan bagi masyarakat untuk tenang dan lebih jernih dalam melihat secara lebih jernis calon kepala daerah yang akan dipilih.
"Minggu tenang ini didesain dalam pemilu memang suatu sistem untuk memberikan waktu kepada masyarakat lebih tenang, lebih berkontemplasi supaya dapat memilih siapa sih pemimpin terbaik yang seharusnya mereka pilih. Maka tidak boleh diganggu dengan satu kegiatan-kegiataan yang mempengaruhi, karena kampanye sudah selesai," kata Wiranto saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabau (8/2/2017).
Terkait isu rencana aksi sekelompok ormas yang akan melakukan aksi longmarch dari Monas ke Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Wiranto menyerahkan hal itu kepada aparat kepolisian.
"Longmarch di jalan itu nanti polisi yang menjawab, izinnya kepada polisi," ujar dia.
Wiranto juga enggan menanggapi mengenai ada rencana aksi sekelompok ormas di hari H pencoblosan yakni 15 Februari mendatang yang akan jalan ke sejumlah TPS untuk menyerukan penolakan memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI tertentu.
"Tanya polisi. Bahwa itu mengganggu kepentingan atau tidak, ada aturannya. Kalau demo sampai jam 18.00 WIB itu boleh atau tidak, demo bawa spanduk yang kemudian mengganggu kepentingan orang lain boleh atau tidak, itu diserahkan kepada Polisi," tandas dia.
Diberitakan sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan melarang rencana aksi "112" yang diagendakan akan berlangsung pada Sabtu, 11 Februari 2017.
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI berencana menggelar aksi pada 11 Februari 2017 atau 112. Mereka akan berkumpul di Masjid Istiqlal kemudian berjalan menuju Monas dan berlanjut ke bundaran Hotel Indonesia (HI) kemudian kembali lagi ke Monas untuk membubarkan diri.
Baca Juga: Ada Aksi 112, Rais Aam PBNU Minta Jaga Ketenangan Pilkada
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Koalisi Sipil Kritik Batalnya Pembentukan TGPF Kerusuhan Agustus: Negara Tak Dengarkan Suara Rakyat!
-
Menkeu Purbaya Bahas Status Menteri: Gengsi Gede Tapi Gaji Kecil
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara