Suara.com - Siti Saidah (21), korban yang dimutilasi suaminya, Muhamad Kholili (23) dianggap jarang bersosialiasi dengan warga RT 3, RW 2, di Dusun Sukamulya, Desa Pinayungan, Teluk Jambe Timur, Karawang.Bahkan, menurut warga bernama Syuri, Kholili kerap diminta istrinya ke warung dekat rumah hanya untuk membeli barang-barang yang diperlukan korban.
"Kalau di rumah juga enggak pernah keluar. Misalnya mau jajan nih nyuruh suaminya. Bahkan, softex (pembalut wanita) aja suruh lakinya yang beliin," kata Syuri saat ditemui Suara.com, Jumat (15/12/2017).
Ia juga mengaku masih bertanya-tanya perihal aksi sadis Kholili terhadap sang istri. Sebab menurut Syuri, tersangka dikenal warga saat sayang terhadap keluarga.
Sebelum putranya AAL (berusia 13 bulan) dititipkan ke keluarga, justru Kholili, kata Syuri, mengurus segala kebutuhan istrinya dari memasak hingga menyuci pakaian.
"Meski kerja juga, dia sering nyuci masak. Bahkan ngurusin anaknya juga sebelum dititipin keluarga di Bogor," tambah istri Syuri bernama Mira (40).
Ia pun membeberkan istri pelaku juga pernah memintanya agar dicarikan pengasuh anak. Hal itu disampaikan saat korban mulai mendapatkan pekerjaan.
"Minta dicariin pembantu di sini, enggak dapet. Akhirnya di bawa ke sana (keluarga Kholili)," imbuh Mira.
Warga lain bernama Eliana (40) tak menampik jika korban kerap memarah-marahi tersangka tanpa sebab. Bahkan, ia mengaku sering mendengar suara rengekan Siti ketika sang suami berada di rumah.
"Marah-marah mulu, kasihan suaminya. Kadang nangis kaya anak kecil," ungkap Eliana.
Dia bahkan mengaku pernah menasehati korban agar tak merengek-rengek kepada Kholili untuk bisa membelikan sebuah mobil.
"Gini aku bilang daripada beli mobil mending beli rumah. Dia bilang, enggak ah, pengen mobil aja. Kan ada rumah di Jawa," kata Eliana menirukan perkataan yang disampaikan korban.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO