Suara.com - Myanmar tidak siap untuk pemulangan pengungsi Rohingya. Pernyataan ini dikemukakan oleh pejabat tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengunjungi negara itu pada tahun ini.
Sebelumnya, Myanmar dituduh memicu pembersihan suku dan mengusir hampir 700.000 warga Muslim tersebut ke Bangladesh.
"Dari yang saya lihat dan dengar dari orang, tidak ada layanan kesehatan, kekhawatiran akan perlindungan, keberlanjutan pengusiran, yang menjadikan keadaan tidak memungkinkan untuk kembali," kata Ursula Mueller, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan bangsa-Bangsa untuk Urusan Kemanusiaan, setelah berkunjung enam hari ke Myanmar, Minggu (8/4/2018).
Pemerintah Myanmar berjanji melakukan yang terbaik untuk memastikan pemulangan berdasarkan atas perjanjian, yang ditandatangani dengan Bangladesh pada November, berjalan "adil, bermartabat dan aman".
Myanmar telah memastikan beberapa ratus pengungsi Rohingya dapat kembali. Kelompok itu akan menjadi "gelombang pertama" pengungsi dan dapat kembali ke Myanmar "ketika mereka nyaman", kata pejabat Myanmar pada bulan lalu.
Mueller diberikan kesempatan langka di Myanmar, diizinkan mengunjungi daerah paling terdampak di negara bagian Rakhine, dan bertemu dengan menteri pertahanan dan urusan perbatasan, yang dikuasai tentara, juga pemimpin Aung San Suu Kyi serta pejabat lain.
Pengungsian warga Rohingya terjadi sesudah tindakan keras tentara pada 25 Agustus di negara bagian Rakhine, Myanmar barat laut. Pengungsi Rohingya melaporkan pembunuhan, pembakaran, penjarahan dan perkosaan dalam tanggapan terhadap serangan pejuang terhadap pasukan keamanan.
"Saya minta pejabat Myanmar mengakhiri kekerasan dan kepulangan pengungsi dari Cox's Bazar harus sukarela, dengan cara bermartabat, ketika penyelesaian langgeng," kata Mueller kepada Reuters dalam wawancara di kota terbesar Myanmar, Yangon.
Myanmar menyatakan pasukannya terlibat secara sah dalam melawan "teroris" Rohingya.
Pejabat Bangladesh sebelumnya menyatakan meragukan kemauan Myanmar mengambil kembali pengungsi Rohingya.
Myanmar dan Bangladesh pada Januari 2018 sepakat menyelesaikan pemulangan sukarela pengungsi dalam dua tahun. Myanmar membangun dua pusat penerimaan dan yang dikatakannya kampung sementara di dekat perbatasan di Rakhine untuk menerima kedatangan pertama.
"Kami sekarang di perbatasan siap menerima, jika pihak Bangladesh membawa mereka ke pihak kami," kata Kyaw Tin, menteri kerja sama antarbangsa Myanmar, kepada wartawan pada Januari.
Banyak di Myanmar, yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha, menganggap Rohingya pendatang gelap dari Bangladesh. Perserikatan bangsa-Bangsa menggambarkan serangan balasan Myanmar sebagai pembersihan suku, yang ditolak Myanmar.
Ketika ditanya apakah ia mempercayai jaminan pemerintah bahwa Rohingya akan diizinkan kembali ke rumah mereka setelah tinggal sementara di kampung itu, Mueller mengatakan, "Saya sangat prihatin pada keadaannya." Sebagian masalahnya adalah, kata pengamat hak asasi Human Rights Watch, yang bermarkas di New York, Myanmar sudah merata-tanahkan sedikit-dikitnya 55 desa, yang dikosongkan selama kekerasan itu.
"Saya menyaksikan daerah tempat desa dibakar dan digusur. Saya tidak melihat atau mendengar ada persiapan bagi orang untuk pergi ke tempat asal mereka," kata Mueller.
Berita Terkait
-
Pemprov Aceh Minta Bantuan PBB, Nasir Djamil: Bukan Berarti Pusat Tak Sanggup, Ini Misi Kemanusiaan
-
Timnas Voli Indonesia Bidik Juara Grup B, Siap Lawan Siapa Pun di Semifinal SEA Games 2025
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri
-
Timnas Futsal Indonesia Bantai Myanmar di Laga Perdana SEA Games 2025
-
Timnas Voli Indonesia Hajar Myanmar 3-0, Lolos ke Semifinal SEA Games 2025
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah