Suara.com - Fenomena alam Gerhana Matahari Cincin (GMC) menjadi perbincangan hangat pada Kamis (26/12/2019). Banyak warga yang menanti kemunculan GMC di sejumlah wilayah Indonesia.
Bukan tanpa sebab, fenomena gerhana matahari kali menjadi yang ketiga sekaligus yang terakhir di tahun 2019.
Bahkan, diklaim sebagai gerhana paling bahaya karena mengancam penglihatan manusia.
Meski gerhana matahari menjadi perbincangan hangat di Tanah Air, banyak yang belum mengetahui manusia pertama yang mampu memprediksi gerhana matahari di masa lampau.
Penemu fenomena tersebut ternyata seorang filsuf Barat bernama Thales dari Miletus. Thales lahir di Kota Miletos, Asia Kecil, sekitar tahun 630 Sebelum Masehi.
Ia menjadi pencetus yang berhasil mengubah cara pandang mitologis di zaman Yunani menjadi lebih rasional.
Hal itu tak lepas dari masa mudanya yang hobi menimba ilmu ukur di Mesir dan Babilonia sehingga menguasai bidang astronomi dan geometri.
Segala pemikiran Thales mengacu pada penjelasan ilmiah. Bahkan, oleh filsuf Yunani arkais Aristoteles, Thales dijuluki sebagai orang pertama yang berhasil mengungkap asal mula pembentukan alam semesta.
Salah satu temuan Thales yang paling bersejarah yakni prediksinya mengenai fenomena gerhana matahari pada masa lampau.
Baca Juga: Dilarang Terbang, Bukti Cyndyana Lorens Adik Kriss Hatta Bukan Selir Garuda
Menurut Herodotos, pemikiran tersebut tercetus tahun 28 Mei 585 SM hingga berhasil mengakhiri perang antara Persia dan Lydia.
Semenjak saat itu, gerhana matahari diakui kebenarannya sebagai fenomena alam. Selain itu, Thales juga menjadi orang pertama yang membenarkan bentuk bumi itu bulat dan bulan memantulkan cahaya matahari.
Ia juga berhasil mengukur bayangan piramida dan jauhnya kapal laut dari pantai. Selain itu, ia menyebutkan air adalah prinsip dasar alam semesta.
Tak hanya pandai mendedah fenomena alam, Thales juga dikenal memiliki pandangan tentang jiwa, pandangan politik dan menjadi pencetus teorema Thales di bidang geometri.
Pemikiran Thales bersama dua muridnya yakni Anaximandos dan Anaximenes kemudian disebut sebagai Mazhab Miletos.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan