Suara.com - Sembari menggendong anak bungsunya menggunakan satu tangan dan menopang istrinya memakai tangan lainnya, Salvador Manrique berupaya menyeberang sungai bersama empat anaknya yang lain di tengah banjir.
Keluarga tersebut sudah tahu angin topan akan datang, tapi lahar yang dipicu angin dan hujan deras membuat mereka terkejut.
"Mereka semua memeluk saya," kata Manrique kepada BBC. "Air mengalir begitu deras. Arusnya kuat. Kami semua tersapu arus," tambahnya.
Petani kubis dan padi berusia 49 tahun itu selamat dari Angin Topan Goni yang menerjang Filipina pada 1 November, sehari setelah umat Katolik di Filipina memperingati Hari Arwah.
Namun, putra bungsunya yang berusia lima tahun, Samuel, hanyut terbawa lahar. Tubuhnya ditemukan pada hari itu sejauh 19 kilometer dari rumah.
Istri dan anak sulungnya masih hilang.
- Waspadai dampak letusan Gunung Taal di Filipina, Kemlu siap evakuasi 170 WNI
- Badai Kammuri terjang Filipina, ribuan mengungsi dan beberapa laga SEA Games ditangguhkan
- Istri terduga teroris asal Indonesia disebut pemerintah Filipina rencanakan bom bunuh diri
Duduk di sebelah peti jenazah putranya, Manrique mengaku tidak menduga banjir bandang akan menerjang desanya, San Francisco, di Pulau Luzon.
"Kami diminta mengungsi, tapi kami tidak pergi. Saya tenang karena kami tinggal di daerah yang tinggi. Sungai tidak pernah meluap," tuturnya.
Namun ketika sungai meluap disertai batuan besar di luar gubuk bambu mereka, Manrique dan istrinya memutuskan mencari tempat aman.
Baca Juga: Rumah Hancur Kena Angin Topan, Keluarga Senapati 2,5 Tahun Hidup di Toilet
Manrique menggendong putra bungsunya, Samuel, 5, dengan tangan kiri. Istrinya, Elvie, memegangi tangan kanannya. Empat anaknya yang lain, Michaela, 18, Maria Luisa, 15, Hannah, 10, dan Emmanuel, 8 memeluk punggungnya.
Mereka sudah mencapai setengah jalan di sungai yang meluap ketika arus kuat menceraiberaikan keluarga itu.
"Saya hampir kehilangan kesadaran setelah saya hanyut. Namun saya mencari keluarga saya dan melihat tiga anak saya berpegangan pada batu."
Ayah dan anak-anaknya itu terpisah 30 meter, namun perlu tiga jam menyelamatkan mereka dari arus deras.
Ketiga anak tersebut selamat dengan luka dan memar.
Mereka sempat berlindung di rumah kerabat di desa terdekat sebelum kemudian Manrique mencari istri dan dua anaknya yang lain.
Namun, sore itu, tim Palang Merah Filipina, menginformasikan kepadanya bahwa seorang anaknya meninggal akibat tenggelam.
Tubuhnya ditemukan di Kota Oas, 19 kilometer dari rumah. Seorang teman Samuel adalah yang pertama kali mengenali jenazahnya, kata Manrique.
Keluarga tersebut kini ditampung di sebuah kapel di desa mereka, karena gubuk yang sebelumnya mereka tinggali ikut hanyut terbawa banjir.
Goni adalah angin topan terkuat yang menerjang Filipina sejak Angin Topan Haiyan menewaskan lebih dari 6.000 orang pada 2013.
Sejauh ini Angin Topan Goni menyebabkan 18 orang tewas dan sekitar 112.000 orang mengungsi.
Enam hari setelah bencana terjadi, Manrique masih mencari istri dan anak sulungnya, Michaela, yang berusia 18 tahun.
"Ini saat yang sulit bagi kami. Saya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan hidup. Saya hanya ingin tubuh mereka ditemukan," kata Manrique.
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah