Para ilmuwan khawatir, keputusan untuk mengurangi separuh waktu isolasi untuk pasien tanpa gejala bukan didorong oleh argumentasi kesehatan masyarakat.
"Ini jelas bukan pedoman kesehatan masyarakat - ini lebih ke arah (perlu) untuk memastikan bahwa kita dapat menjaga segala sesuatunya berjalan cukup banyak, jadi ini lebih merupakan pedoman ekonomi," kata Tobias Kurth, seorang profesor kesehatan masyarakat dan epidemiologi di Rumah Sakit Charitas Berlin.
"Di beberapa daerah, mungkin perlu untuk sedikit melonggarkan aturan, tetapi bukan sebagai rekomendasi umum," kata Kurth.
Hyde juga mengemukakan pendapat senada Kurth. "Saya khawatir bahwa politiklah yang mendorong keputusan ini, bukan sains."
Sementara Hodcroft mengatakan solusi nyata untuk kekurangan staf di tempat kerja adalah dengan menurunkan jumlah kasus.
"Dengan mengizinkan mereka yang masih bisa menularkan (virus) kembali ke lingkungan kerja, Anda dapat mengaktifkan penularan, membiarkan lebih banyak orang terinfeksi, dan berpotensi melanggengkan masalah," tegasnya.
Tekanan berat pada rumah sakit Kekhawatiran lain adalah bagaimana rumah sakit akan mengurus pasien, jika tingkat infeksi meningkat lebih tinggi, sebagai akibat dari orang tanpa gejala yang tidak diisolasi cukup lama dan tes negatif tidak diperlukan.
Kurth memperingatkan, di negara-negara yang menghadapi gelombang yang dipicu oleh varian Omicron - seperti Inggris, Prancis, AS, dan Jerman - sejumlah besar kasus akan menyebabkan sistem perawatan kesehatan ambruk.
"Ini sepertinya saat yang buruk untuk melonggarkan pembatasan di saat varian Omicron menyebar begitu cepat, saya tidak bisa melihat bagaimana sistem rumah sakit akan mengatasi ini," kata Hyde.
Baca Juga: Gubernur Bali Larang Warga Positif Covid Isolasi Mandiri di Rumah, Agar Tak Tularkan Virus
Keputusan CDC muncul, ketika negara-negara lain mulai membahas perubahan aturan isolasi untuk orang-orang dengan tingkat vaksinasi yang berbeda.
Jerman saat ini sedang mempertimbangkan perubahan aturan isolasi untuk orang yang pernah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi, jika mereka tidak memiliki gejala. Namun, tidak seperti dalam rekomendasi AS untuk kasus tanpa gejala, tes COVID-19 negatif masih diperlukan. Ed: rap/as
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
Terkini
-
Berawal dari Rumah Gus Yaqut, KPK Temukan Jejak Aliran Dana 'Janggal' ke Wasekjen Ansor
-
KPK Kecolongan, Apa yang Dibocorkan Ustaz Khalid Basalamah Terkait Korupsi Kuota Haji?
-
Bukan Program, Ini Arahan Pertama Presiden Prabowo untuk Menko Polkam Barunya
-
Tongkat Estafet Tokoh Menko Polkam: Ada SBY, Mahfud MD, Wiranto, hingga Djamari Chaniago
-
Surat Pemakzulan Gibran Tidak Mendapat Respons, Soenarko Curigai Demo Rusuh Upaya Pengalihan Isu
-
Respons Viral Setop 'Tot Tot Wuk Wuk', Gubernur Pramono: 'Saya Hampir Nggak Pernah Tat Tot Tat Tot'
-
Minta Daerah Juga Tingkatkan Kualitas SDM, Mendagri Tito: Jangan Hanya Andalkan Kekayaan Alam
-
Fakta atau Hoaks? Beredar Video Tuding Dedi Mulyadi Korupsi Bareng Menteri PKP
-
Terungkap! Ini Alasan KPK Masih Rahasiakan Jumlah Uang yang Dikembalikan Khalid Basalamah
-
Gantikan Posisi Noel, Afriansyah Noor Lebih Kaya, Punya Harta Rp 23,9 Miliar