Suara.com - Kasus baru Covid-19 pada Selasa kemarin, bertambah 57.049 kasus. Walaupun kasus meningkat, pemerintah belum memutuskan menarik tuas rem darurat penanganan Covid-19.
Sebab, kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit secara nasional masih di angka 30 persen.
“Meski angka kasus masih meningkat, namun angka keterisian RS yang masih terkendali sehingga pemerintah belum memutuskan menarik rem darurat," kata Abraham kepada Suara.com, Rabu (16/2/2022).
Abraham menyebut lima daerah yang jumlah keterisian rumah sakitnya tertinggi. Jakarta sebanyak 54 persen, Bali 48 persen, Banten 45 persen, Jawa Barat 44 persen dan Sumatera Selatan sebanyak 30 persen.
"Semua angka ini menunjukkan situasi masih lebih terkendali jika dibanding saat kita menghadapi Delta," kata dia.
Abraham juga menyebutkan 65 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit tanpa gejala dan bergejala ringan. Atas kondisi tersebut, Abraham berharap ada prioritas bagi pasien yang memang membutuhkan perawatan rumah sakit.
"Baik pihak RS maupun masyarakat harus memprioritaskan bagi mereka yang lansia, komorbid, sakit berat, dan kritis," ujarnya.
BOR RS merangkak naik
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate di rumah sakit terus merangkak naik akibat lonjakan pandemi varian Omicron yang sudah mencetak rekor penambahan kasus harian 57.049 kasus kemarin.
Baca Juga: Kasus Baru Menurun Tapi Kematian Meningkat, Epidemiolog Ingatkan Pemerintah Agar Tidak Kecolongan!
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito membeberkan BOR RS Covid-19 secara nasional saat ini sudah mencapai 32,58 persen.
"Meskipun, angkanya masih lebih rendah dibanding lonjakan kedua. Saat ini persentase nasional 32,85 persen. Sementara rekor tertinggi lonjakan kedua adalah 77, 32 persen," kata Wiku dalam jumpa pers, Selasa (15/2/2022).
Meski masih di bawah standar aman WHO yakni 60 persen, Wiku meminta masyarakat tetap mengikuti aturan Covid-19 yang berlaku saat ini agar rumah sakit tidak kolaps seperti lonjakan kedua pertengahan tahun lalu.
"Penting diingat bahwa kapasitas kesehatan memiliki batasan. Terlebih banyak tenaga kesehatan yang sudah tertular," katanya.
Pemerintah menjamin ketersediaan tempat tidur termasuk upaya konversi bed akan dilakukan jika kasus terus melonjak seperti yang telah dilakukan di beberapa provinsi.
Wiku menyebut meski pasien yang harus dirawat di rumah sakit tidak terlalu tinggi, masyarakat diminta untuk tetap waspada dengan penularan Covid-19 sebab rumah sakit juga memiliki keterbatasan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
8 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025, Baterai Awet Kamera Bening
-
Harga Emas Naik Terus! Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak di Atas 2 Juta!
-
Tutorial Dapat Phoenix dari Enchanted Chest di Grow a Garden Roblox
Terkini
-
King Nassar Diminta Penonton Panjat Panggung di Penutupan Pestapora
-
8 Fakta Mengejutkan Tragedi Maulid Nabi di Ciomas, dari Teras Maut Hingga Jumlah Korban
-
CEK FAKTA: Presiden Prabowo Bekukan Sementara MPR/DPR
-
Fathian Pujakesuma Ogah Gibran Naik Jadi Presiden Jika Prabowo Lengser
-
Bupati Bogor: Total Korban Majelis Ambruk 80 Orang Lebih
-
Fakta dan Mitos Gerhana Bulan yang Masih Hidup di Masyarakat Indonesia
-
Langit Maluku Utara Akan Menyala! Saksikan Gerhana Bulan Total Malam Ini
-
6 Fakta Menteri Kehutanan Main Domino Bareng Tersangka Perusakan Hutan
-
Link Live Streaming Gerhana Bulan dan Tata Cara Salat Gerhana
-
CEK FAKTA: Benarkah Jepang Gelar Aksi Demo untuk Dukung Indonesia?