Suara.com - Aborsi dilegalkan di Amerika Serikat setelah muncul putusan hukum pada tahun 1973, yang sering disebut sebagai kasus Roe vs Wade.
Namun, sebuah dokumen yang bocor mengklaim bahwa Mahkamah Agung AS - badan hukum tertinggi di negara itu - kini mendukung untuk membatalkan hak aborsi.
Jika itu terjadi, aborsi bisa langsung dinyatakan praktik ilegal di 22 negara bagian AS. Keputusan final diperkirakan akan muncul dari Mahkamah Agung akhir Juni atau awal Juli 2022.
Apa itu keputusan Roe vs Wade?
Pada 1969, seorang perempuan lajang berusia 25 tahun, Norma McCorvey, dengan nama samaran "Jane Roe", menentang larangan aborsi di Texas. Negara bagian itu menggolongkan aborsi sebagai tindakan inkonstitusional, kecuali dalam kasus di mana nyawa sang ibu dalam bahaya.
Yang mempertahankan aturan anti-aborsi itu adalah Henry Wade - jaksa wilayah di Dallas County - karenanya disebut kasus Roe vs Wade.
Baca juga:
- Bocoran dokumen Mahkamah Agung AS ungkap akan dicabutnya hak aborsi
- Negara di mana setiap hari enam orang anak jalani aborsi
- Dilarang aborsi, bocah 10 tahun korban perkosaan lahirkan bayi
McCorvey sedang hamil anaknya yang ketiga ketika dia mengajukan kasus tersebut, dan mengklaim bahwa dia telah diperkosa. Namun kasusnya ditolak dan dia terpaksa melahirkan.
Pada 1973, upaya bandingnya sampai ke Mahkamah Agung AS. Kala itu, kasus Roe disidangkan bersama dengan seorang perempuan berusia 20 tahun, Sandra Bensing.
Baca Juga: Aborsi di AS: Bocoran Dokumen MA Ungkap akan Diakhirinya Putusan Penting
Para hakim berpendapat bahwa aturan larangan aborsi di Texas dan Georgia bertentangan dengan Konstitusi AS karena melanggar hak privasi perempuan.
Dengan perbandingan suara tujuh banding dua, para hakim MA saat itu memutuskan bahwa pemerintah tidak memiliki kekuatan untuk melarang aborsi.
Mereka menilai bahwa hak perempuan untuk mengakhiri kehamilannya dilindungi oleh konstitusi AS.
Bagaimana kasus itu mengubah hak-hak perempuan?
Kasus tersebut menciptakan sistem 'trimester' yaitu:
- memberi perempuan Amerika hak mutlak untuk melakukan aborsi dalam tiga bulan pertama (trimester) kehamilan
- memungkinkan pembuatan peraturan pemerintah untuk trimester kedua kehamilan.
- menyatakan bahwa pemerintah dapat membatasi atau melarang aborsi pada trimester terakhir karena janin mendekati titik di mana ia dapat hidup di luar rahim.
Roe vs Wade juga menetapkan bahwa pada trimester terakhir, seorang wanita dapat melakukan aborsi meskipun ada larangan hukum hanya jika dokter menyatakan perlu untuk menyelamatkan hidup atau kesehatannya.
Pembatasan aborsi apa saja yang telah diberlakukan sejak itu?
Dalam 49 tahun sejak keputusan Roe v Wade, para juru kampanye anti-aborsi mendapatkan kembali landasan argumen mereka.
Pada 1980 Mahkamah Agung AS mendukung undang-undang yang melarang penggunaan dana federal untuk aborsi kecuali bila diperlukan untuk menyelamatkan hidup seorang wanita.
Kemudian pada tahun 1989 MA menyetujui lebih banyak pembatasan, termasuk mengizinkan pemerintah negarda bagian untuk melarang aborsi di klinik negara bagian atau oleh pegawai negara bagian.
Dampak terbesar datang dari putusan MA dalam kasus Planned Parenthood v Casey pada tahun 1992.
Walau tetap menjunjung tinggi keputusan Roe v Wade, MA juga menetapkan bahwa pemerintah negara bagian dapat membatasi aborsi bahkan pada trimester pertama untuk alasan non-medis.
Aturan baru itu tidak boleh menempatkan "beban yang tidak semestinya" pada perempuan yang mencari layanan aborsi. Namun, perempuan yang bersangkutanlah dan bukan pihak berwenang yang harus membuktikan bahwa peraturan itu benar-benar merugikan.
Akibatnya banyak pemerintah negara bagian kini memiliki batasan seperti persyaratan bahwa wanita yang hamil muda harus melibatkan orang tua mereka atau hakim dalam membuat keputusan aborsi. Juga ada aturan lain yang memberlakukan masa tunggu antara saat seorang wanita pertama kali mengunjungi klinik aborsi hingga saat menjalani tindakan.
Dampak dari pembatasan-pembatasan itu adalah banyak perempuan harus melakukan perjalanan lebih jauh untuk melakukan aborsi, seringkali ke negara bagian yang lain, dan harus membayar biaya lebih besar. Menurut gerakan pro-aborsi, perempuan miskin paling dirugikan oleh pengetatan aturan itu.
Apa tantangan terkini putusan Roe vs Wade?
Mahkamah Agung tengah mempertimbangkan sebuah kasus yang menantang larangan aborsi di Mississippi setelah 15 minggu.
Jika keputusan MA mendukung larangan Mississippi tersebut, maka akan secara efektif mengakhiri hak konstitusional warga untuk melakukan aborsi, dan membuat keputusan legal tidaknya hak aborsi akan diserahkan kepada pemerintah negara bagian masing-masing.
Ada sembilan hakim di Mahkamah Agung, enam di antaranya diangkat oleh presiden dari Partai Republik.
Sebuah draf opini dari salah satu anggota MA - Hakim Samuel Alito - telah bocor, dan berisi komentar bahwa keputusan Roe v Wade "sangat salah".
Jika Mahkamah Agung membatalkan keputusan tahun 1973 itu, maka aborsi dapat dilarang di hampir separuh negara bagian AS.
Siapa saja kelompok perempuan yang paling terdampak?
Membatasi akses aborsi secara tidak proporsional akan berdampak pada wanita yang lebih muda, wanita miskin dan wanita Afrika-Amerika, karena kelompok-kelompok ini lebih cenderung mencari layanan aborsi, menurut data resmi.
Mayoritas perempuan yang melakukan aborsi di AS berusia 20-an tahun.
Sekitar 57% dari aborsi yang dilaporkan pada tahun 2019 dilakukan pada wanita berusia antara 20 hingga 29 tahun.
Mayoritas negara bagian melaporkan data aborsi ke Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), tetapi beberapa lainnya tidak.
Rachel Jones, seorang peneliti senior di Institut Guttmacher, kelompok penelitian pro-aborsi mengatakan kepada BBC: "Pasien aborsi pada umumnya berusia 20-an tahun, tidak memiliki banyak uang dan memiliki satu atau lebih anak."
Penelitian lembaga tersebut menunjukkan bahwa 75% perempuan di AS yang melakukan aborsi diklasifikasikan sebagai berpenghasilan rendah atau miskin (berdasarkan definisi kemiskinan resmi AS).
Dr Antonia Biggs, seorang peneliti di Bixby Center for Global Reproductive Health mengatakan: "Ketidaksetaraan struktural - termasuk hidup dengan pendapatan rendah dan akses terbatas ke asuransi kesehatan - semuanya berkontribusi pada tingkat aborsi yang lebih tinggi di antara orang-orang kulit berwarna."
Orang kulit hitam menyumbang 13% dari total populasi AS, tetapi perempuan kulit hitam mewakili lebih dari sepertiga praktik aborsi yang tercatat di AS dan wanita Hispanik sekitar seperlimanya.
Selama sepuluh tahun terakhir, lebih sedikit perempuan yang melakukan aborsi di seluruh AS, menurut statistik terbaru dari CDC.
Jumlah aborsi yang dilaporkan turun hampir 18% antara 2010 hingga 2019.
Pada 2019, ada sekitar 630.000 aborsi yang dilaporkan di AS, dibandingkan dengan lebih dari 765.000 pada 2010.
Berita Terkait
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Jamie Carragher Tiba-tiba Melunak, Bujuk Mo Salah Balik Lagi ke Liverpool
-
Bongkar Taktik Aston Villa, Bikin Panik Arsenal dan Man City di Perebutan Gelar Premier League
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Pep Guardiola Pastikan James Trafford Tetap di Manchester City, Chelsea Gigit Jari
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar