Suara.com - Kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin penting dilakukan untuk membuktikan profil risiko yang dimiliki oleh produk tersebut. Hasil kajian ilmiah tersebut juga dapat dijadikan landasan untuk pemanfaatan produk tembakau alternatif sebagai salah satu opsi untuk mengatasi masalah rokok di Indonesia.
Akademisi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Amaliya, menjelaskan produk tembakau alternatif memiliki peran potensial dalam membantu pengurangan risiko dari kebiasaan merokok. Hal ini berdasarkan kajian ilmiah seperti Effectiveness and Safety Profile of Alternative Tobacco and Nicotine Products for Smoking Reduction and Cessation: A Systematic Review (2021) dan Cochrane Review Electronic Cigarettes for Smoking Cessation (2021).
“Studi lebih lanjut harus fokus pada penyelidikan hasil jangka panjang, keamanan, dan efektivitas produk tembakau alternatif sebagai salah satu pilihan untuk mengurangi kebiasaan merokok,” kata Amaliya, Kamis (2/3/2023).
Amaliya melanjutkan, produk tembakau alternatif memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok karena tidak melalui proses pembakaran, melainkan pemanasan. Oleh karena itu, produk ini dapat mengurangi risiko hingga 90-95 persen lebih rendah daripada rokok. Bukti ini berdasarkan kajian ilmiah yang dilakukan Public Health England, atau lembaga yang saat ini bernama UK Health Security Agency, pada tahun 2018 yang berjudul “Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2018”.
“Produk tembakau alternatif mengeliminasi proses pembakaran, sehingga yang dihasilkan adalah uap, bukan asap. Karena tidak ada asap yang mengandung berbagai zat kimia berbahaya, maka produk ini memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok,” terang Amaliya.
Dengan hasil profil risiko tersebut, Amaliya juga mendukung dilakukannya kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan atau pihak yang terkait, mulai dari pemerintah, akademisi, asosiasi, hingga konsumen untuk memperoleh informasi menengai produk tersebut secara komprehensif.
“Kajian secara komprehensif yang dapat dilakukan terdiri dari balancing potential risk and benefit atau mempertimbangkan risiko dan manfaat meliputi risk assessment, population impact assessment, non-clinical studies, clinical studies hingga systematic review untuk mendukung penyusunan regulasi produk tembakau alternatif yang berdasarkan scientific evidence based. Systematic review atau kajian sistematik perlu dilakukan guna meringkas bukti-bukti ilmiah mengenai produk tembakau alternatif dan standar tertinggi dalam penelitian,” jelasnya.
Hasil kajian ilmiah juga bermanfaat bagi konsumen sebagai sumber informasi akurat terhadap profil risiko produk tembakau alternatif. Sedangkan bagi industri, hasil kajian ilmiah dapat menjadi referensi untuk standar mutu, keamanan produk, mendorong pengembangan produk yang lebih tepat sasaran.
Di kesempatan berbeda, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) telah melakukan kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif bertajuk Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur.
Baca Juga: Melaney Ricardo 12 Tahun Berhenti Merokok, Ini Cara Ampuh Mengatasi Kecanduan Nikotin
Anggota tim peneliti, Rahmana Emran Kartasasmita, mengungkapkan produk tembakau yang dipanaskan yang merupakan salah satu produk tembakau alternatif, memiliki paparan zat berbahaya dan berpotensi berbahaya yang lebih rendah daripada rokok.
Lebih lanjut, Emran mengajak pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk turut mengkaji produk tembakau alternatif seperti para akademisi, pelaku industri, asosiasi, hingga konsumen. Hasil dari kajian tersebut akan sangat membantu dalam meluruskan disinformasi terhadap produk ini. Pada akhirnya, kajian akan mendorong efektivitas produk alternatif sebagai solusi atas masalah merokok di Indonesia.
“Nantinya, kajian ilmiah bisa menjadi informasi komprehensif bagi publik, terutama perokok dewasa, untuk menurunkan prevalensi merokok sehingga kesehatan masyarakat semakin baik,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Hasil Riset: Produk Tembakau Alternatif Terbukti Lebih Rendah Risiko Daripada Rokok
-
Kapal Penumpang di Batam Kedapatan Bawa 102.400 Batang Rokok Ilegal
-
Viral, Momen Copet di Masjid Al Jabbar Tertangkap Masih Santai Merokok
-
Merokok Saat Naik Motor Itu Tujuannya Apa, sih?
-
Makin Panas! Venna Melinda Bakal Gugat Balik Ferry Irawan, Minta Kembalikan Uang Rokok hingga Utang Online
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 7 Sabun Muka Mengandung Kolagen untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Tetap Kencang
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
Pilihan
-
Polemik RS dr AK Gani 7 Lantai di BKB, Ahli Cagar Budaya: Pembangunan Bisa Saja Dihentikan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
Terkini
-
Antrean Bansos Mengular, Gus Ipul 'Semprot' PT Pos: Lansia-Disabilitas Jangan Ikut Berdesakan
-
Prabowo Jawab Desakan Status Bencana Nasional: Kita Monitor Terus, Bantuan Tak Akan Putus
-
Rajiv Desak Polisi Bongkar Dalang Perusakan Kebun Teh Pangalengan: Jangan Cuma Pelaku Lapangan
-
KPK Akui Lakukan Eksekusi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Sesaat Sebelum Dibebaskan
-
Dongkrak Pengembangan UMKM, Kebijakan Memakai Sarung Batik di Pemprov Jateng Menuai Apresiasi
-
Gerak Cepat Athari Gauthi Ardi Terobos Banjir Sumbar, Ribuan Bantuan Disiapkan
-
Prabowo Murka Lihat Siswa Seberangi Sungai, Bentuk Satgas Darurat dan Colek Menkeu
-
Krisis Air Bersih di Pesisir Jakarta, Benarkah Pipa PAM Jaya Jadi Solusi?
-
Panas Kisruh Elite PBNU, Benarkah Soal Bohir Tambang?
-
Gus Ipul Bantah Siap Jadi Plh Ketum PBNU, Sebut Banyak yang Lebih Layak