Suara.com - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Nisa Rizkiah menilai penambahan 400 personel kepolisian ke Pulau Rempang, Kepulauan Riau, untuk mengawal jalannya mediasi warga tidak diperlukan.
Nisa mengatakan, pengerahan ratusan aparat itu justru membuat warga terintimidasi. Terlebih, aparat kepolisian sebelumnya menggunakan cara-cara kekerasan saat membubarkan aksi warga menolak PSN Rempang Eco-City.
"Rasanya penambahan aparat itu sangat tidak diperlukan, jika memang yang akan dilakukan adalah mediasi karena jika ada penambahan aparat justru warga pada akhirnya merasa terintimidasi," kata Nisa di kantor ICW, Jakarta Selatan, Kamis (14/9/2023).
Nisa juga mewanti-wanti agar pemerintah tidak mengadakan mediasi sekedar formalitas. Dia menyebut pemerintah harus mencarikan jalan keluar dengan mempertimbangkan nasib warga Rempang.
Menurutnya, jangan sampai mediasi justru digunakan pemerintah secara tidak langsung untuk memaksa warga setuju terhadap relokasi.
"Jangan karena kemarin terjadi belum ada kesepakatan kemudian bentrok, 'yaudah kita mediasi'. Tapi dimediasi hanya sekedar formalitas atau hanya misalnya memaksakan kehendak kepada warga hingga warga pada akhirnya mau menerima," imbuhnya.
Polri Kirim 400 Anggota Tambahan
Sebelumnya, Polri mengirim empat kompi atau 400 personel pengamanan ke Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
Penambahan personel diklaim untuk membantu proses sosialisasi ke warga hingga mengantisipasi terjadinya bentrokan.
Baca Juga: Pemaksaan Relokasi Tak Produktif, Fraksi PAN Desak Pemerintah Hentikan Rencana Pembangunan Rempang
"Kekuatan personel saat ini terus kita tambah ada kurang lebih 4 SSK sampai hari ini yang kita tambahkan dan ini akan terus kita tambah disesuaikan dengan eskalasi ancaman yang terjadi," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (14/9/2023).
Mantan Kabareskrim Polri tersebut menjelaskan bentrokan yang sempat terjadi di Pulau Rempang dipicu adanya kesalahan komunikasi saat proses pengukuran dan pemasangan patok terkait proyek Rempang Eco City. Meski sebelum dilakukan proses pemasangan patok, Listyo mengklaim telah dilakukan sosialisasi terlebih dahulu.
"Kejadian beberapa waktu yang lalu sebenarnya sudah ada sosialisasi mungkin masyarakat masih belum semuanya memahami,” katanya.
Adapun penembakan gas air mata pada Kamis (7/8/2023) dilakukan karena menurutnya ada beberapa massa melakukan tindakan anarkis saat menggelar aksi penolakan PSN. Beberapa warga Rempang ditangkap pasca insdien kericuhan.
“Sehingga kemudian mau tidak mau dilontarkan gas air mata untuk membubarkan. Memang ada beberapa isu di lapangan. Namun saat itu semuanya kemudian bisa kita tindaklanjuti sehingga kemudian situasi termasuk masyarakat juga kemudian bisa kita atasi dengan baik,” tuturnya.
Pada Senin (11/9/2023), sejumlah massa juga sempat melakukan aksi di sekitar Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam. Dalam aksi tersebut beberapa massa kembali melakukan penyerangan dengan batu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
Gus Yasin 'Sentil' Balik Kubu Mardiono: Aturan AD/ART Sudah Diubah di Muktamar!
-
Cucu Mahfud MD Jadi Korban, Pakar Sebut Keracunan MBG Bukti Kegagalan Sistemik Total
-
Motif Sejoli Tega Buang Bayi di Palmerah, Malu Nikah Siri Tak Direstui
-
PPP Memanas! Kubu Mardiono Klaim Duluan Daftar, Agus Suparmanto Tidak Sah Jadi Ketum?
-
Penganiayaan Jurnalis di Jaktim Berakhir Damai, Pelaku Meminta Maaf dan Tempuh Restorative Justice
-
Eks Dirut PGN Hendi Prio Santoso Ditahan KPK, Diduga Terima Duit Panas Jual Beli Gas
-
Asosiasi Sopir Logistik Curhat ke DPR: Jam Kerja Tak Manusiawi Bikin Penggunaan Doping dan Narkoba
-
Usai Muktamar Ricuh, Kubu Agus Suparmanto Ajak Mardiono Bergabung Demi Lolos Parlemen 2029
-
Viral Wali Kota Gorontalo Ngamuk Proyek Kampung Nelayan Disetop Ormas GRIB, Nyaris Adu Jotos!
-
Wartawan Dianiaya oleh Petugas SPPG di Jaktim, Kepala BGN Minta Maaf: Kekerasan Tidak Boleh