Suara.com - Sejarawan Bonnie Triyana menyinggung soal kebebasan berpolitik dalam era kolonial belanda. Bonnie mengatakan hal ini tidak jauh berbeda dengan rezim Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Bonnie mengatakan saat zaman kolonial tidak ada kebebasan berbicara dan menulis. Bahkan saat zaman kolonialisme, para jurnalis yang melakukan kritik dikenakan dengan pers delik.
“Di bidang politik, tidak ada kebebasan, tidak ada kebebasan untuk bicara. Tidak ada kebebasan untuk menulis, ketika menulis wartawan bisa kena pers delik, bisa dibuang,” kata Bonnie saat diskusi bedah buku Merahnya Ajaran Bung Karno, di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (16/8/2024).
Masyarakat Indonesia kata dia, baru terlibat dalam parlemen bentukan kolonial pada tahun 1918. Keanggotaannya pun dipilih sangat selektif.
Pemilihan tersebut berdasarkan latar belakang golongan sosial, para priayi, para kepala-kepala yang secara tradisional memegang kepemimpinan maka ditunjuk oleh pemerintah kolonial menjadi anggota parlement, anggota perwakilan rakyat, Volksraad waktu itu.
“Namun hanya sebagai tukang stempel, ketuk palu,” kata dia.
Kemiripan soal kolonialisme dengan pemerintahan Jokowi, lanjut Bonnie, juga bisa dilihat dari Undang-undang Agraria. Bahkan, direzim Jokowi dianggap lebih parah ketimbahng zaman kolonial.
Pada tahun 1870, kata Bonnie, pemerintah kolonial mengenalkan sebuah undang-undang Agrarische Wet yang memperbolehkan penguasaan tanah oleh pemerintah kolonial guna kepentingan eksploitasi kapital.
“Agrarische Wet itu bisa 70 tahun kuasai tanah, 70 tahun untuk mengelola tanah tersebut guna kepentingan-kepentingan kapital saat itu, dan hari ini ada orang yang menyewakan HGU (Hak Guna Usaha) 190 tahun,” jelas Bonnie.
Baca Juga: Rel Trem Jaman Belanda Kembali Ditemukan di Proyek MRT Glodok
“Jadi lebih parah dari zaman kolonial, Ini bukan lagi bau kolonial, tapi busuknya praktik kolonial yang diulang lagi, dan orang yang melakukan itu Presiden Jokowi,” katanya menambahkan.
Berita Terkait
-
Jokowi Diminta Kembali Belajar Sejarah, Imbas Sebut Istana di Jakarta dan Bogor Bau Kolonial
-
Cerita Sejarah Tugu Peninggalan Kolonial Belanda di Aceh yang Terbengkalai
-
Rel Trem Jaman Belanda Kembali Ditemukan di Proyek MRT Glodok
-
Melihat Benteng Pertahanan Peninggalan Belanda di Muara Tembesi yang Terbengkalai
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
Terkini
-
Orang yang Memecatnya Kini Diangkat Menko Polkam, Bukti Prabowo Tak Dendam ke Djamari Chaniago?
-
Dampingi Wapres Gibran ke Papua, Wamendagri Ribka Akan Segera Tindak Lanjuti Hasil Kunjungan
-
Menteri HAM Sebut Mudah Temukan 3 Mahasiswa Hilang dengan CCTV, DPR: Kalau Gampang Laksanakan Dong!
-
Update Orang Hilang Peristiwa Agustus: Satu Telah Ditemukan, Dua Belum Kembali!
-
Sebut Geng Solo Virus di Kabinet, Soenarko : Keluarkan Menteri Diduga Korupsi dan Orang Jokowi
-
Mendesak Reformasi Polri, Peluang Anak Buah Prabowo Naik Pangkat Terbuka? Ini Kata Pengamat!
-
DPRD DKI Ungkap Parkir Ilegal Bisa Rugikan PAD Rp 700 Miliar per Tahun, 50 Operator Diduga Nakal
-
Parung Panjang Memanas! Warga Adang Truk, Dishub Dituding Lakukan Pembiaran
-
Hitung Mundur Dimulai? Analis Sebut Kapolri Diganti Usai Hari TNI, Ini Sinyalnya
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor