Suara.com - Di sebuah klinik di Tepi Barat, seorang ayah menunjukkan kepada sky news luka mengerikan yang menimpa anaknya, Kareem Sharaab, seorang bocah berusia sembilan tahun. Peluru yang ditembakkan oleh tentara Israel telah memasuki lehernya dan keluar melalui tulang punggungnya, membuatnya lumpuh permanen dari pinggang ke bawah.
Kareem sedang dalam perjalanan membeli bahan makanan ketika insiden tragis itu terjadi di kampung halamannya.
"Tidak ada yang terjadi saat itu, tidak ada bentrokan, tidak ada apa-apa. Anaknya hanya bermain di jalan," kenang sang kakek, Hani, yang segera berlari untuk menyelamatkan cucunya setelah mendengar teriakan bahwa Kareem terluka.
Meski nyawanya berhasil diselamatkan, Kareem harus hidup dengan kelumpuhan yang akan mengubah hidupnya dan keluarganya selamanya. Sang ayah, Shadi, mengungkapkan kesedihannya melihat anak-anaknya yang kini takut akan suara tembakan dan ketakutan saat melihat tentara di pos pemeriksaan.
"Begini, sebelum insiden itu, anak-anak saya menjalani kehidupan yang normal," kata Shadi.
"Sekarang, mereka terkejut mendengar suara-suara dan ketakutan saat melihat tentara di pos pemeriksaan. Mereka tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa tentara akan selalu menembaki Anda." lanjutnya.
Kisah tragis Kareem hanyalah salah satu dari banyak kisah kelam yang dialami keluarga-keluarga di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang menyaksikan anak-anak mereka menjadi korban tembakan militer Israel. Sejak 7 Oktober tahun lalu, jumlah anak-anak Palestina yang tewas dalam serangan Israel telah meningkat dua kali lipat.
Menurut laporan dari DCI Palestina dan Save the Children, hingga akhir November, 170 anak di bawah usia 18 tahun telah kehilangan nyawa mereka, dengan sebagian besar korban berusia 15 tahun atau lebih muda.
Dalam beberapa kasus, Israel mengklaim bahwa anak-anak yang tewas sedang mengancam pasukan dengan senjata atau bom molotov. Namun, banyak saksi mata yang membantah klaim tersebut, menyebut bahwa anak-anak yang ditembak tidak terlibat dalam aktivitas kekerasan.
Baca Juga: Siapa Paling Untung dari Perang? Produsen Senjata Cetak Rekor Penjualan!
Pihak Tentara Pertahanan Israel (IDF) beralasan bahwa pasukan mereka sering terlibat dalam "kerusuhan kekerasan" di mana anak-anak ikut serta dalam kegiatan yang dianggap mengancam. Namun, meski ada aturan ketat yang membatasi penggunaan kekuatan mematikan, banyak pasukan yang tidak pernah dihukum meskipun melanggar prosedur tersebut.
Dalam wawancara dengan keluarga yang sedang berduka di Jenin, kami mendengar kisah pilu dari Reem, ibu dari Rayan Al Sayed, seorang bocah 14 tahun yang tewas pada 14 Oktober lalu setelah ditembak tentara Israel. Reem mengungkapkan betapa ia merindukan anaknya setiap saat dan sering merasakan kehadirannya meskipun Rayan sudah tiada.
Anak-anak Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur hidup dalam ketakutan, dengan banyak dari mereka menjadi korban tembakan yang tak bisa dijelaskan secara jelas. Organisasi Save the Children dan DCI Palestina mengecam penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional terhadap anak-anak, yang melanggar hukum internasional.
Di tengah kekerasan ini, banyak yang meminta agar penyelidikan independen dilakukan dan mereka yang bertanggung jawab dihukum, sementara dunia menyaksikan keluarga-keluarga yang hancur oleh tindakan militer yang menargetkan anak-anak tak bersalah.
Berita Terkait
-
Siapa Paling Untung dari Perang? Produsen Senjata Cetak Rekor Penjualan!
-
Komandan Israel Tewas di Gaza, Korban Militer Terus Berjatuhan
-
"Maniak Genosida": Putra Penulis Palestina Kecam Biden yang Terlihat Membawa Buku Ayahnya
-
Dua Tewas, Sepuluh Terluka Akibat Pelanggaran Gencatan Senjata Israel di Lebanon
-
Paus Fransiskus Dukung Gencatan Senjata Lebanon, Berharap Jadi Inspirasi Perdamaian Dunia
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Riwayat Pendidikan Gibran di KPU Jadi Sorotan, Masa SMA Ditempuh 5 Tahun
-
Korupsi Kuota Haji: KPK Endus Aliran Duit Haram Sampai ke Meja Dirjen, Hilman Latief Dicecar 11 Jam
-
Siswi MTS Cipayung Gantung Diri Akibat Bullying, Menteri PPPA: Anak Butuh Ruang Aman untuk Curhat
-
5 Fakta Dugaan Skandal Panas Irjen Krishna Murti dan Kompol Anggraini Berujung Mutasi Jabatan
-
Ribuan Siswa Keracunan MBG, Warganet Usul Tim BGN Berisi Purnawirawan TNI Diganti Alumni MasterChef
-
Detik-detik Mengerikan Transjakarta Hantam Deretan Kios di Jaktim: Sejumlah Pemotor Ikut Terseret!
-
Serukan Green Policy Lawan Krisis Ekologi, Rocky Gerung: Sejarah Selalu Berpihak ke Kaum Muda
-
Kunto Aji Soroti Kualitas Makanan Bergizi Gratis dari 2 Tempat Berbeda: Kok Timpang Gini?
-
Rekam Jejak Sri Mulyani Keras Kritik BJ Habibie, Kinerjanya Jadi Menteri Tak Sesuai Omongan?
-
Pajak Kendaraan di RI Lebih Mahal dari Malaysia, DPRD DKI Janji Evaluasi Aturan Progresif di Jakarta