Suara.com - Kelompok oposisi Myanmar yang tergabung dalam Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG) mengumumkan gencatan senjata sebagai respons atas gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang negara tersebut pada Jumat (28/3).
Keputusan ini diambil untuk memungkinkan operasi penyelamatan korban berjalan tanpa hambatan, mengingat dampak gempa yang begitu luas menghancurkan pemukiman, infrastruktur, serta menyebabkan korban jiwa dan luka-luka dalam jumlah yang masih terus bertambah.
Gencatan senjata ini akan mulai berlaku pada 30 Maret dan berlangsung selama dua pekan ke depan, memberi ruang bagi tim penyelamat untuk mengevakuasi korban serta menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah-wilayah terdampak.
Pengumuman gencatan senjata ini menandai langkah langka dalam konflik berkepanjangan antara NUG dan rezim militer yang telah berlangsung sejak kudeta 2021.
Meski situasi politik di Myanmar masih dipenuhi ketegangan, dampak bencana alam ini mendorong oposisi untuk mengesampingkan perbedaan dan mengutamakan kepentingan kemanusiaan.
Sejumlah kelompok etnis bersenjata yang beraliansi dengan NUG juga dikabarkan akan menghormati gencatan senjata ini dan turut serta dalam upaya penyelamatan serta distribusi bantuan.
Namun, di tengah langkah ini, masih menjadi tanda tanya apakah junta militer Myanmar akan mengambil langkah serupa atau justru tetap melanjutkan operasinya di berbagai wilayah konflik.
Sementara itu, organisasi kemanusiaan dan badan PBB menyerukan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan guna mencegah semakin parahnya krisis pascagempa.
Ribuan warga yang kehilangan tempat tinggal kini menghadapi kesulitan besar, terutama di daerah pedesaan yang terpencil dan sulit dijangkau.
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Jadi 1.700, Pusat Kremasi di Mandalay Sampai Kewalahan
Dengan adanya gencatan senjata ini, diharapkan bantuan dapat segera tersalurkan kepada mereka yang membutuhkan, serta mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar di Myanmar.
Menurut laporan media Myanmar Now pada Ahad (30/3), NUG, yang dibentuk oleh anggota legislatif yang tersingkir akibat kudeta militer pada Februari 2021 tersebut, akan mengirimkan personel Gerakan Pembangkangan Sipil untuk membantu operasi penyelamatan di daerah-daerah di bawah kendali junta.
Gerakan sipil itu beranggotakan pegawai negeri dan individu profesional pro-demokrasi yang menjadi bagian penting dalam perlawanan terhadap rezim militer Myanmar.
Namun, NUG memberi syarat supaya pihak militer memastikan keselamatan personel tersebut dan tidak melakukan penahanan.
Junta Myanmar masih belum merespons seruan dari NUG.
Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar telah menelan korban jiwa dalam jumlah besar.
Menurut laporan media setempat, sedikitnya 1.700 orang tewas, sementara 3.408 lainnya mengalami luka-luka akibat reruntuhan bangunan dan guncangan kuat yang merusak berbagai wilayah.
Otoritas setempat memperingatkan bahwa angka ini kemungkinan masih akan bertambah, mengingat puluhan korban lainnya masih dinyatakan hilang dan tim penyelamat masih berupaya menjangkau daerah-daerah terdampak yang sulit diakses.
Dengan infrastruktur yang rusak parah, banyak warga yang terjebak di bawah puing-puing tanpa akses cepat terhadap bantuan medis dan penyelamatan.
Di tengah situasi darurat ini, Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG) mengumumkan bahwa mereka telah mengalokasikan dana hingga 1 juta dolar AS (sekitar Rp16,5 miliar) untuk mendukung operasi penyelamatan dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Dana ini akan digunakan untuk menyediakan kebutuhan mendesak seperti obat-obatan, makanan, air bersih, dan tempat penampungan bagi para korban yang kehilangan tempat tinggal.
Namun, upaya bantuan di Myanmar menghadapi tantangan besar, mengingat negara ini telah dilanda konflik berkepanjangan sejak kudeta militer pada Februari 2021.
Ketegangan politik dan konflik bersenjata yang terus berlanjut antara militer Myanmar, Tatmadaw, dan kelompok oposisi, termasuk kelompok etnis bersenjata serta Angkatan Pertahanan Rakyat (sayap militer NUG), semakin memperumit upaya kemanusiaan.
Di banyak wilayah, akses bantuan masih terbatas akibat blokade militer dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Meskipun NUG telah mengumumkan gencatan senjata selama dua pekan guna memungkinkan operasi penyelamatan berjalan lancar, belum ada kepastian apakah junta militer akan mengambil langkah serupa atau tetap melanjutkan operasi militernya di berbagai wilayah konflik.
Di tengah bencana yang melanda, Myanmar kini menghadapi ujian berat untuk menyeimbangkan upaya penyelamatan korban gempa dan pergolakan politik yang masih membara di seluruh negeri.
Tag
Berita Terkait
-
Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Jadi 1.700, Pusat Kremasi di Mandalay Sampai Kewalahan
-
Lisa BLACKPINK Kirim Doa Usai Thailand Turut Diguncang Gempa Myanmar
-
Indonesia Gerak Cepat, Kirim Tim SAR dan Bantuan Medis ke Myanmar Pasca Gempa Dahsyat
-
Korban Gempa Myanmar Sentuh 1000 Jiwa Lebih, Kondisi Memprihatinkan
-
Gempa Myanmar, Korban Tewas Lebih dari 1.000 Orang, 2.300 Lainnya Luka-luka
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
-
Harga Emas Antam Stagnan, Hari Ini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Poin-poin Utama UU BUMN: Resmi Disahkan DPR RI, Selamat Tinggal Kementerian BUMN
Terkini
-
TNI Jelaskan soal Bendera Merah Putih Robek saat Gladi HUT TNI di Monas, Apa Katanya?
-
Rocky Gerung: Isu Ijazah Palsu Jokowi Akan Terus Dibahas Sampai 2029
-
Korban Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk Jadi 11 Orang, 54 Lainnya Masih Dicari
-
Sebut Tak Ada Lagi Tanda Kehidupan di Reruntuhan Musala Al Khoziny, Tim SAR Beralih ke Alat Berat
-
Revisi UU BUMN, KPK Tegaskan: Direksi dan Dewan Pengawas Wajib Lapor LHKPN
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Cek Daftar Lengkap Kereta Jarak Jauh yang Berhenti di Stasiun Jatinegara Selama HUT ke-80 TNI
-
Santai, Menkum Tak Masalah SK PPP Kubu Mardiono Digugat Kubu Supratmanto, Mengapa?
-
Jenderal Bintang 2 Pengawal Pasukan Perdamaian, Ini Sosok Mayjen TNI Taufik Budi Santoso
-
Soal Tangkap dan Adili Jokowi, Rocky Gerung: Harus Ada Proses, Dimulai di DPR atau Meja Pengadilan