Suara.com - Setiap kali skandal video syur meledak, sebuah pola perilaku ironis dari netizen Indonesia selalu terulang, dan kasus Lisa Mariana menunjukkannya dengan sangat jelas.
Di satu sisi, ada hujatan dan penghakiman moral yang deras.
Di sisi lain, ada perburuan masif terhadap link video tersebut. Fenomena ini mengungkap standar ganda yang mengakar kuat di budaya digital kita.
Ketika kasus ini mencuat dan viral di media sosial, linimasa pun dipenuhi kontradiksi yang mencolok namun ironisnya kerap dimainkan oleh figur-figur yang sama.
Di satu sisi, mereka tampil sebagai "Polisi Moral", menghakimi keras Lisa dengan label seperti “wanita tak bermoral,” “perusak generasi,” hingga “aib bangsa.”
Kalimat-kalimat itu dilontarkan seolah mereka adalah penjaga gerbang etika yang tak bercela. Namun di sisi lain, tangan yang sama sibuk mengetik: “link-nya ada?”, “DM videonya dong”, atau “ada yang punya full version?”—menjadikan mereka “Pemburu Link” yang haus sensasi.
Fenomena ini menunjukkan betapa wajah ganda netizen: menghakimi dengan lantang, tapi diam-diam ikut menikmati. Sebuah ironi digital yang merefleksikan hipokrisi massal di era klik dan trending.
Ironisnya, permintaan terhadap konten pornografi inilah yang menciptakan "pasar" dan mendorong penyebarannya.
Para polisi moral yang menghujat di siang hari, bisa jadi adalah pemburu link yang sama di malam hari. Mereka menghukum sang pemeran, tetapi secara aktif menjadi konsumen dari produk yang mereka hujat.
Standar Ganda Berbasis Gender
Dalam banyak kasus, standar ganda ini sangat bias gender. Pemeran wanita seringkali menerima porsi hujatan dan stigma sosial yang jauh lebih besar dibandingkan pemeran pria.
Ketika seorang wanita terseret dalam skandal seksual, publik bereaksi seolah ia telah "merusak harga diri.
Sebaliknya, pria—meski terlibat dalam tindakan yang sama—seringkali luput dari sorotan tajam. Seperti dalam kasus ini, sosok pria bertato yang sudah mengaku sebagai pemeran justru kerap dianggap hanya sedang melakukan "kenakalan biasa".
Hujatan yang menimpanya tak sebanding, bahkan nyaris nihil. Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa dalam banyak ruang publik, moralitas masih bersifat selektif dan patriarkal.
Pernahkah kamu melihat standar ganda ini terjadi di sekitarmu? Bagaimana cara kita mengubahnya?
Berita Terkait
-
Praktisi Hukum Yakin Lisa Mariana Bakal Tersangka dan Dipenjara Kasus Video Asusila, Ini Alasannya
-
Link Video Syur Lisa Mariana Diburu Usai Akui Dirinya Jadi Pemeran di Dalamnya
-
Terungkap! Jejak Bisnis Gelap di Balik Video Porno Lisa Mariana yang Dijual di Situs Asing
-
Siapa Sosok Pria di Balik Video Syur Lisa Mariana? Ini Fakta Terbarunya
-
7 Fakta Terbaru Pengakuan Lisa Mariana soal Video Syur: dari Kronologi hingga Klaim Korban
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Prabowo Ingatkan Anak Muda: Kuasai Ekonomi Sebelum Jadi Pemimpin Politik
-
Jakarta Bersih-Bersih: Halte Transjakarta BNN dan Tiang Monorel Masuk Daftar Pembongkaran
-
DPR Akan Panggil Trans7, Cucun: Jangan Demi Rating Malah Memecah Belah Bangsa
-
Sidang Praperadilan Ditolak, Nadiem Makarim Tulis Surat Menyentuh dari Balik Jeruji
-
BPI Danantara dan Pemprov DKI Siap Wujudkan Proyek Energi Sampah November Ini
-
Wapres Gibran Bingung Ditanya CPNS Optimalisasi? Respon Singkatnya Jadi Sorotan!
-
Surya Paloh dan Sjafrie Gelar Pertemuan Tertutup di Kantor Menhan, Ada Sinyal Politik Apa?
-
Komnas Perempuan: Kekerasan Seksual Mei 1998 Tidak Boleh Dihapus dari Sejarah
-
'Sakit Hati' Lama Terbongkar di Pengadilan, Jusuf Hamka: Saya Dizalimi Hary Tanoe
-
Survei: 83,5% Publik Puas Kinerja Prabowo, Program Energi Bahlil Bikin Hemat Triliunan