Suara.com - Ketika gempa dahsyat berkekuatan 8,7 magnitudo mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, dunia menahan napas. Ingatan akan tsunami monster di Aceh pada 2004 dan Jepang pada 2011 sontak membayangi, memicu kekhawatiran akan datangnya gelombang raksasa yang meluluhlantakkan pesisir Pasifik.
Namun, meski gempa tersebut tergolong 'megathrust' yang sangat kuat dan memicu tsunami setinggi empat meter di beberapa wilayah Rusia, kedahsyatannya tidak sebanding dengan kekuatan gempanya. Tsunami yang datang bukanlah 'monster' yang dikhawatirkan. Lalu, mengapa demikian?
Kekuatan Gempa Bukan Satu-satunya Penentu
Melansir laman BBC News Indonsia, Kamis (31/7/2025) Gempa di Kamchatka terjadi di "Cincin Api Pasifik", zona tumbukan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Gempa sebesar ini terjadi ketika lempeng samudra yang padat tersangkut saat menyusup ke bawah lempeng benua, lalu melepaskan energi yang terakumulasi selama ribuan tahun hanya dalam beberapa menit.
"Ketika kita berpikir tentang gempa bumi, kita biasanya membayangkan pusat gempa sebagai sebuah titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi yang begitu besar, patahannya akan pecah dalam jarak ratusan kilometer," jelas Dr Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London.
Pergeseran dasar laut inilah yang mendorong volume air raksasa dan menciptakan tsunami. Namun, besarnya pergeseran tidak serta merta menjamin datangnya tsunami yang menghancurkan. Ada faktor-faktor lain yang menjadi kunci.
Bentuk Dasar Laut dan 'Misteri' Kedalaman Gempa
Salah satu faktor penentu yang paling krusial adalah topografi atau bentuk dasar laut dan daratan itu sendiri. Bentuk pesisir yang landai atau curam, serta ada tidaknya palung di dekat pantai, sangat memengaruhi bagaimana energi tsunami akan dilepaskan.
"Ketinggian gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk dasar laut di dekat pantai dan [bentuk] daratan tempat gelombang tsunami tiba," kata Prof Lisa McNeill, profesor bidang tektonik di University of Southampton.
Baca Juga: Waspada Tsunami Rusia, Daerah Indonesia Bagian Mana Saja yang Berdekatan dengan Samudera Pasifik?
Faktor kedua yang mungkin menjadi jawaban adalah 'misteri' kedalaman pusat gempa. Laporan awal menyebut gempa terjadi di kedalaman yang cukup dangkal, sekitar 20,7 km, yang secara teori seharusnya memicu tsunami besar. Namun, para ahli menduga ada kemungkinan lain.
"Salah satu kemungkinannya adalah bahwa permodelan tsunami [yang dibuat lembaga survei dan badan geofisika] mengambil perkiraan kedalaman gempa yang konservatif," kata Dr Hicks kepada BBC News.
Menurutnya, jika model tersebut diubah dengan asumsi gempa terjadi 20 kilometer lebih dalam dari perkiraan awal, hasilnya akan sangat berbeda. Pergeseran kecil dalam data kedalaman ini bisa secara signifikan mengurangi kekuatan gelombang tsunami yang terbentuk.
Selain itu, dunia kini memiliki sistem peringatan dini yang jauh lebih baik dibandingkan saat tragedi Aceh 2004. Keberadaan pusat-pusat pemantau tsunami di negara-negara Pasifik memungkinkan peringatan disebar lebih cepat, memberikan waktu berharga bagi warga untuk melakukan evakuasi.
Berita Terkait
-
Waspada Tsunami Rusia, Daerah Indonesia Bagian Mana Saja yang Berdekatan dengan Samudera Pasifik?
-
10 Tsunami Paling Dahsyat di Dunia, Tinggi Gelombang sampai 85 Meter
-
Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Ada Peringatan Tsunami? Ini 10 Cara Menyelamatkan Diri
-
Menyikapi Potensi Gempa Megathrust sebagai Kesiapsiagaan, Bukan Malapetaka
-
Gegara Peringatan Tsunami, Update Elden Ring Nightreign Mode 2 Pemain Ditunda
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka
-
Si Jago Merah Mengamuk di Kemanggisan, Warung Gado-Gado Ludes Terbakar