Suara.com - Upaya menciptakan langit biru, dengan kadar polusi udara yang rendah adalah target yang dikejar berbagai negara. Terlebih saat diluncurkannya Paris Agreement 2015, hasil Konferensi Perubahan Iklim oleh PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) di ibu kota Perancis. Isinya adalah persetujuan dalam kerangka UNFCCC yang mengawal reduksi atau pengurangan emisi karbon dioksida dan efektif berlaku mulai 2020.
Di kalangan negara-negara tetangga Indonesia sesama bangsa Asia, China tergolong paling tanggap soal pengurangan emisi karbon dioksida. Kondisi efek rumah kaca telah menjadikan langit di ibu kota Beijing dan berbagai kota-kota besarnya cenderung kelabu, mengingat begitu banyaknya ampas sisa pembakaran kendaraan bermotor dilepas ke udara, dipadu jumlah penduduk yang besar.
Jumlah penduduk di Negeri Tirai Bambu, khususnya usia produktif, sangat berpotensi menjadi konsumen pembeli kendaraan, dengan kebutuhan menaik setiap tahun. Tak heran, China pun meraih prestasi sebagai pasar otomotif terbesar di dunia, termasuk di sektor penjualan mobil listrik.
Kini, India pun mencoba menyamakan langkah soal pengadaan dan pemakaian mobil listrik, dengan membangun infrastruktur stasiun pengisian listrik atau recharge station di seantero negeri, serta menyatakan siap tinggal landas menggunakan kendaraan bertenaga listrik mulai 2025.
Lantas, bagaimana dengan produk listrik dari negara kita tercinta, Indonesia?
Pada 2020, diharapkan bahwa pemakaian mobil yang terelektrifikasi sudah mencapai 20 persen. Dan saat ini, Keputusan Presiden (Keppres) mengenai mobil listrik tengah digodok.
Kembali lagi kepada Paris Agreement 2015, upaya untuk menjadikan langit biru kembali dengan mengurangi terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan pembakaran bahan bakar fosil, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak bumi, maka kendaraan listrik adalah tonggak masa depan untuk industri otomotif di Tanah Air, dengan titik tolak pemikiran ramah lingkungan sekaligus efisien dan ekonomis.
Unsur ekonomis di sini meliputi perawatan mobil listrik yang jauh lebih murah dibandingkan kendaraan konvensional. Lewat penggunaan dan pengolahan energi terbarukan (renewable) untuk dipasok pada mobil listrik, maka pengeluaran dari kantong dijamin tak semahal membeli bensin premium atau oktan tertentu—yang masuk golongan energi tak terbarukan (unrenewable). Mungkin pada awalnya, yaitu saat pembelian mobil listrik, harga produk terasa tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, maka cukup mengandalkan pengisian ulang baterai atau sumber daya bagi penggerak si mobil listrik.
Baca Juga: Puasa Hari Ke-24, DI Yogyakarta Hujan Sedang dan Ringan Siang Hari
Dan sudah pasti dari segi ramah lingkungan, unsur pengurangan pembakaran yang mencemari oksigen di udara bakal berkurang. Itulah sebabnya, terkenal sebutan produk zero emission atau nol emisi bagi kendaraan-kendaraan listrik.
Sampai saat ini, dunia otomotif masa depan mengenal tiga macam mobil listrik atau Electric Vehicle (EV), berdasarkan pada banyaknya konsumsi listrik yang dipakai sebagai sumber daya kendaraan. Ketiga macam kendaraan ini adalah: BEV atau semata-mata menggunakan baterai sebagai sumber daya. Ada pula PHEV atau plug-in hybrid, serta HEV atau mobil hybrid alias hibrida. Dari ketiganya, yang bisa diisi ulang dengan metoda fast charging atau Level 3 adalah jenis BEV saja.
Kiranya, seperti apakah produk mobil listrik yang bakal dipopulerkan di Indonesia?
Hingga saat ini, produsen otomotif asal Jepang, PT Toyota Astra Motor (TAM) menjadi pelopor kehadiran mobil listrik di Indonesia. Sekitar 11 produk sudah beredar di pasar Nasional, dengan spesifikasi atau kategori mobil hybrid.
Namun ke depannya, harapan untuk melahirkan EV karya bangsa sendiri tentunya dinantikan. Apalagi, dua institusi pendidikan Indonesia, yaitu Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) dan Universitas Budi Luhur (UBL) telah melakukan kolaborasi membuat dua tunggangan off-road tenaga listrik bernama BLITS dan tenaga hybrid bernama Kasuari. Demikian pula bberapa prototipe mobil listrik yang dibuat berbagai perguruan tinggi di Tanah Air.
Tentu semangat berembus kencang, apalagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pemasok listrik di seluruh negeri telah memfasilitasi recharging station di berbagai kota di Tanah Air. Dan sebuah kabar bagus lagi, Menteri Perindustrian juga meluncurkan wacana akan pembuatan baterai bagi kendaraan listrik, dengan bahan baku material dari negeri sendiri, yaitu Sulawesi Selatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
9 Moge Honda Paling Gagah, Rebel 500 Jadi Termurah Desember 2025
-
Skutik Retro Honda 150cc Mirip Vespa Siap Mengaspal, Tampilan Mahal Harga Masuk Akal
-
Berapa Pajak dan Konsumsi BBM Mobil Bekas KIA Seltos 2020? Harganya Mirip Agya Baru
-
Wajah Baru Honda Scoopy Makin Asyik, Gaya Retro Bikin Melirik
-
7 Motor Tua yang Murah Perawatan untuk Temani Aktivitas Harian
-
Harga Ekuivalen Air EV? Tengok Fakta Menarik Mobil Bekas Toyota Avanza 2022
-
Harga Beda Tipis dari Karimun: Intip 4 Fakta Mobil Bekas Suzuki Grand Vitara Seri 2.0L
-
6 Mobil Bekas Jepang Irit untuk Siasati Ekonomi Sulit Kaum Irit
-
5 Motor Bekas untuk Pekerja: Tembus Macet di Jalan Raya, Touring Tak Manja
-
Intip Perbedaan Avanza 2014 vs 2015, Mana yang Lebih Worth It?