Suara.com - Mobil listrik Xiaomi SU7 dilaporkan kembali mengalami masalah yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya terluka.
Kecelakaan yang melibatkan Xiaomi SU7 ini terjadi di China belum lama ini.
Dilansir dari Autopro, Senin (10/6/2024), dalam kecelakaan tersebut, Xiaomi SU7 tiba-tiba kehilangan kendali, memasuki jalur sepeda motor dan pejalan kaki, sehingga menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya.
Masalah yang terjadi pada mobil listrik Xiaomi SU7 bukanlah kali pertama terjadi. Sebelumnya pada 28 Maret 2024, kecelakaan yang melibatkan Xiaomi SU7 juga terjadi.
Mobil menabrak pembatas jalan dan membuat kerusakan di bagian depan dan sisi kiri mobil.
Media Carscoops menduga banyak dari warga China yang nekat membeli mobil listrik itu tanpa dibekali dengan kemampuan mengemudikan mobil listrik yang baik.
Alhasil mereka kesulitan mengendalikan tenaga mobil listrik yang sangat berbeda dengan mobil konvensional.
Selain mengalami kecelakaan, Xiaomi SU7 juga dilaporkan tiba-tiba mogok setelah menempuh jarak 39 kilometer dan tidak dapat diperbaiki, sehingga harus dikirim kembali ke pabrik untuk dianalisis.
Spesifikasi Xiaomi SU7
Baca Juga: Riset Yamaha E01 di Indonesia Rampung, Bakal Diproduksi Massal?
Xiaomi SU7 tersedia dalam tiga varian, yakni model entry level, SU7 Pro, dan SU7 Max di kelas tertinggi.
Xiaomi SU7 versi terbawah menggunakan baterai 73,6 kWh, yang diklaim bisa membawa mobil menempuh jarak 700 km jika terisi penuh. Sementara SU7 Pro menggunakan baterai 94,3 kWh, yang bisa menempuh jarak 830 km.
SU7 Max, di tingkat tertinggi, hadir dengan baterai berkapasitas 101 kW. Jarak tempuh maksimalnya adalah 800 km. Mobil ini diklaim punya tenaga di atas sedan Porsche, karena hanya butuh 2,78 detik untuk melesat dari posisi diam ke kecepatan 100 km/jam.
Di China, harga Xiaomi SU7 dibanderol di angka 215.900 yuan sampai 299.900 yuan, atau sekitar Rp 474 juta - Rp 650 juta. Belum diketahui apakah mobil ini akan juga diboyong ke Indonesia seperti ponsel-ponsel Xiaomi.
Berita Terkait
-
Volkswagen Injak Rem Investasi Mobil Listrik? Kok Bisa?
-
Karyawan Xiaomi Tersenyum Lebar, Dapat Kenaikan Gaji Hingga Rp 22 Juta, Efek Mobil Listrik Laris Manis?
-
Ogah Pakai Suara Palsu, Begini Siasat Lamborghini untuk Atasi Kesenyapan Mobil Listrik
-
Wuling Beri Penawaran Khusus untuk BinguoEV, Ada Gratis Charging...
-
Tak Butuh Waktu Lama, Mobil BYD Ini Sudah Dipesan Ribuan Unit dalam Kurun Waktu 3 Hari
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Dari Puncak JI ke Pangkuan Ibu Pertiwi: Kisah Abu Rusydan dan Komitmen Deradikalisasi Negara
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
-
Harga Emas Antam Stagnan, Hari Ini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Poin-poin Utama UU BUMN: Resmi Disahkan DPR RI, Selamat Tinggal Kementerian BUMN
Terkini
-
6 Rekomendasi Motor Listrik dengan Jarak Tempuh Terjauh hingga 125 Km
-
Jaecoo Fokus Pasar PHEV untuk Pasar Indonesia
-
Terpopuler: Swasta Ogah Beli BBM Pertamina, Bioetanol Jadi Momok
-
Geger Skutik Adventure! Kove ADX 180 Datang, Jegal Honda ADV160 dengan Harga Miring?
-
Polytron G3 vs G3+: Mana Mobil Listrik yang Lebih Worth It? Spesifikasi Lengkap dan Harga Terbaru!
-
Panduan Lengkap Motor Listrik Polytron: Pilih FOX-S, FOX-R, Evo, atau Trex? Cek Harga dan Spek!
-
Naksir Access 125? Intip Dulu Harga Motor Suzuki Oktober 2025
-
Apa Saja Mobil Deddy Corbuzier? Ini Isi Garasinya
-
Apa Itu Bio Etanol? Bahan Bakar yang Diklaim Bisa Bikin Pertalite Naik Kasta Jadi Pertamax
-
Penjualan BYD Merosot untuk Pertama Kali di Tengah Gempuran Perang Harga