Suara.com - Kepala BRIN atau Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko memandang ekosistem kendaraan listrik di Indonesia saat ini belum matang karena keterbatasan teknologi dan beragam masalah baterai.
Kendala terbesar adalah baterai yang belum mapan dalam menyimpan listrik dan relatif cepat rusak bila dibandingkan usia pakai mobil itu sendiri.
"Masa pengecasan terlalu lama, sehingga untuk saat ini kendaraan listrik masih menjadi opsi bagi segmen tertentu yang memang sudah bisa dan siap dengan kendaraan listrik, misalnya orang-orang yang punya rumah tapak," kata Handoko di Jakarta, Rabu (12/6/2025).
Bagi konsumen yang memiliki rumah tapak, mereka dapat mengisi ulang baterai dengan lebih leluasa kapan saja. Sedangkan, pemilik kendaraan listrik yang menetap di apartemen akan kesulitan dalam mengecas baterai.
Selain itu, kendaraan listrik sejauh ini lebih cenderung dipakai untuk wilayah perkotaan bukan untuk mobilisasi jarak jauh.
Handoko mencontohkan di Amerika Serikat, masalah-masalah itu juga sama terjadi. Penduduk yang berada di sub-area dan harus pulang-pergi menempuh jarak yang cukup jauh belum bisa memaksimalkan kendaraan listrik.
"Praktis (kendaraan listrik) masih di level secondary car," ucapnya.
Lebih lanjut Handoko mengungkapkan masalah kendaraan listrik selanjutnya yang masih belum terpecahkan adalah mekanisme model bisnis kendaraan listrik bekas.
Di luar negeri, orang-orang memakai mobil dengan siklus 10 tahun dan sebagai besar dibuang bila sudah melewati siklus tersebut. Namun, di Indonesia siklus satu dekade umur kendaraan tidak berlaku dan kendaraan bekas masih memiliki nilai yang tinggi.
Baca Juga: Giliran Turki Pasang Tarif Tinggi, Invasi Mobil Listrik China Terganjal?
Dalam kasus kendaraan listrik notabene harga terbesar ada pada baterai. Bila mobil berbahan bakar minyak masih jaya, maka harga kendaraan listrik bekas justru jatuh. Situasi begini dapat menimbulkan berbagai persepsi bagi para pemilik kendaraan listrik tentang harga jual kendaraan listrik mereka.
"Itu akan menimbulkan back fire yang kurang bagus untuk perkembangan mobil listrik. Kita harus cepat menciptakan mekanisme untuk antisipasi karena kendaraan listrik baru beberapa tahun, tahun kedelapan, dan tahun kesepuluh masalah ini pasti muncul," pungkas Handoko.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
7 Fakta Suzuki Satria PRO dan F150 2025: Si 'Ayam Jago' Kini Naik Kelas!
-
Kawasaki Ninja Kalah Murah! Intip Harga Daihatsu Terios Bekas dari Tahun ke Tahun, Mulai Rp90 Jutaan
-
5 SUV Bekas Terbaik 2025 Seharga Motor Matic Yamaha, Bujet Minimalis Cocok untuk Keluarga
-
Liburan Akhir Tahun 2025? Intip Tarif Tol Jogja-Jakarta Plus Cara Isi Saldo Tol Langsung Lewat HP
-
Pemenang Utama IAPVC 2025 Berhasil Bawa Pulang Wuling Air ev Lite
-
7 Rekomendasi Mobil Keluarga 7 Seater Pajak Murah dan Perawatan Mudah
-
Harga Beda Tipis: Mending Daihatsu Rocky Bekas atau Suzuki SX4 Generasi Ketiga?
-
Daftar SUV Bekas di Bawah Rp 160 Juta yang Masih Layak Diburu
-
SUV Listrik Chery J6T Resmi Meluncur, Tampil Lebih Maskulin dan Modern
-
Daftar Mobil Bekas yang Bisa Jadi Pilihan Mobil Pertama dengan Harga Terjangkau