Otomotif / Mobil
Jum'at, 12 September 2025 | 14:09 WIB
Ilustrasi penjualan mobil yang menurun. (Gemini AI)

Suara.com - Pasar otomotif Indonesia sedang menghadapi tantangan berat. Data terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa penjualan mobil ritel (retail sales) pada periode Januari–Juli 2025 hanya mencapai 453.278 unit.

Angka ini turun 54.763 unit atau sekitar 10,8% dibanding periode yang sama tahun 2024 yang membukukan 508.041 unit.

Jika dibandingkan dengan 2023 pada periode yang sama, penurunan ini terasa semakin tajam.

Dua tahun lalu, penjualan mobil ritel di periode yang sama mencapai 578.891 unit, artinya pasar telah kehilangan lebih dari 125 ribu unit dalam kurun dua tahun.

Penjualan Bulanan yang Fluktuatif

Sepanjang tujuh bulan pertama 2025, penjualan mobil bergerak fluktuatif. Januari mencatat 64.029 unit, naik di Februari menjadi 69.872 unit, lalu kembali meningkat di Maret dengan 76.582 unit—puncak tertinggi tahun ini sejauh ini.

Namun, April mengalami penurunan signifikan ke 57.031 unit, diikuti Mei (61.307 unit) dan Juni (61.687 unit). Juli sedikit membaik dengan 62.770 unit, meski masih jauh di bawah capaian Juli 2024.

Tren ini menunjukkan bahwa meski ada momen kenaikan, pasar belum mampu kembali ke level penjualan sebelum 2024.

Faktor eksternal seperti pelemahan daya beli, ketidakpastian ekonomi, dan persaingan ketat di segmen kendaraan baru menjadi tantangan utama.

Baca Juga: 5 Tipe Mobil Bekas Toyota Avanza yang Masih Jadi Incaran Karena Harga Stabil Dan Irit

Toyota Masih Perkasa di Puncak

Toyota Avanza (instagram.com/toyotaid)

Meski pasar lesu, peta persaingan merek tidak banyak berubah. Toyota tetap menjadi penguasa dengan penjualan 147.078 unit atau menguasai 32,4% pangsa pasar.

Di posisi kedua ada Daihatsu dengan 77.936 unit (17,2%), diikuti Honda dengan 44.196 unit (9,8%).

Mitsubishi Motors menempati posisi keempat dengan 37.260 unit (8,2%), sementara Suzuki melengkapi lima besar dengan 33.273 unit (7,3%).

Dominasi Toyota dan Daihatsu menunjukkan kekuatan jaringan distribusi dan portofolio produk yang luas, mulai dari mobil penumpang hingga kendaraan komersial ringan.

Namun, merek-merek lain juga mulai mengincar celah, terutama di segmen SUV kompak dan kendaraan elektrifikasi.

Tantangan dan Peluang

Penurunan penjualan ini menjadi sinyal bagi industri otomotif untuk beradaptasi. Konsumen kini lebih selektif, mempertimbangkan efisiensi bahan bakar, harga terjangkau, dan biaya kepemilikan jangka panjang sebelum memutuskan membeli mobil baru.

Pameran otomotif seperti GIIAS dan IIMS masih menjadi momen penting untuk mendongkrak penjualan, namun efeknya cenderung bersifat jangka pendek.

Produsen perlu memikirkan strategi pemasaran yang lebih agresif, termasuk penawaran pembiayaan ringan, program trade-in, dan promosi kendaraan ramah lingkungan.

Dengan penurunan lebih dari 54 ribu unit dibanding tahun lalu, pasar mobil Indonesia di 2025 menghadapi situasi yang tidak mudah.

Meski Toyota dan Daihatsu masih memimpin, semua merek harus bersiap menghadapi persaingan yang semakin ketat di tengah daya beli yang tertekan.

Jika tren ini berlanjut tanpa terobosan signifikan, target penjualan tahunan bisa meleset cukup jauh.

Namun, bagi produsen yang mampu membaca kebutuhan pasar dan menawarkan solusi tepat, kondisi ini justru bisa menjadi peluang untuk merebut hati konsumen yang sedang mencari nilai lebih dari setiap rupiah yang mereka keluarkan.

Load More