Otomotif / Mobil
Senin, 17 November 2025 | 11:55 WIB
Ilustrasi - Mobil Dinas Kepresidenan RI.
Baca 10 detik
  • Mobil dinas Presiden Soeharto pernah diisi bensin oplosan.
  • SPBU yang bersalah keesokan harinya langsung ditutup.
  • Seorang teknisi sigap mencegah mobil presiden mogok di jalan.

Tanpa membuang waktu untuk panik, Jongkie dan timnya bergerak cepat.

Ia segera membuka tangki dari bagian bawah, menguras habis seluruh bahan bakar oplosan tersebut hingga tetes terakhir.

Setelah itu, ia bergegas membeli bensin murni—yang pada zaman itu masih populer dengan sebutan “Super”—dan mengisi kembali tangki mobil kepresidenan.

Insiden ini ditangani dengan sangat serius. Buktinya, keesokan harinya, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kawasan Kalikuning, Jakarta Timur, yang menjadi lokasi pengisian bensin mobil presiden, langsung ditutup.

Tidak pernah ada penjelasan resmi apakah insiden tersebut murni kelalaian, kesalahan prosedur, atau bahkan sabotase.

Namun, tindakan tegas penutupan SPBU menjadi sinyal bahwa peristiwa ini dianggap sebagai ancaman serius.

Kepanikan dan kekhawatiran sempat menyelimuti tim pengamanan, khususnya Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Seorang anggota Paspampres bahkan sempat melontarkan pertanyaan retoris yang menggambarkan betapa gentingnya situasi saat itu kepada Jongkie.

“Kalau bensin campur minyak tanah ini tidak ketahuan, kira-kira mobil bapak mogok di mana? Semanggi? Cawang? Atau malah di Halim waktu Presiden dan tamu negara ada di dalamnya?"

Baca Juga: Koalisi Sipil Tolak Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Sebut Pemerintah Abaikan Korban Pelanggaran HAM

Pertanyaan itu bukan sekadar basa-basi. Itu adalah gambaran skenario terburuk yang bisa terjadi.

Sebuah mobil kepresidenan yang mogok di tengah jalan, disaksikan publik dan delegasi negara sahabat, adalah sebuah aib nasional dan mimpi buruk dari sisi keamanan.

Berkat kejelian dan respons cepat Jongkie, martabat bangsa di hadapan tamu negara berhasil diselamatkan.

Load More