Suara.com - Sebenarnya apa sih ekowisata itu? Ekowisata adalah pariwisata yang diarahkan pada lingkungan alam yang eksotis dengan maksud mendukung upaya konservasi dan alam dan satwa liar.
Mengapa sangat penting bagi kita untuk mulai lebih memperhatikan dan menerapkan ecotourism di setiap perjalanan?
Industri Pariwisata
Tourism atau pariwisata adalah industri dengan pemasukan terbesar di Indonesia, dan pertumbuhan nya semakin pesat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, dampak yang dihasilkan sangatlah besar, baik itu dampak positif maupun negatif.
Pemasukan pemerintah dari pariwisata sendiri mencapai Rp 229,5 triliun di tahun 2018. Berdasarkan Kemenparekraf, penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata mencapai 12,7 juta orang atau sekitar 10 persen dari total penduduk Indonesia yang bekerja.
Kerusakan lingkungan
Mass tourism atau pariwisata masal yang tidak teratur dengan baik, akan sangat merusak lingkungan dan berdampak kepada kepunahan hewan yang terlindungi. Contoh- contoh kerusakan lingkungan akibat periwisata:
• Pembuangan sampah sembarangan akan menyebabkan kerusakan ekosistem laut maupun daratan;
• Penggunaan sunscreen yang tidak alami juga akan mengganggu pencemaran laut;
• Overtourism, atau kelebihan kapasitas seperti yang terjadi di Koh Thachai Thailand, dilaporkan adanya kerusakan laut sehingga pemerintah harus menutup destinasi tersebut.
Kesenjangan sosial dan ekonomi antara agen wisata dan desa wisata para usahawan pariwisata yang melakukan tur ke tempat-tempat terpencil mendapatkan hasil dari wiasatawan. Tiket pembelian dari destinasi oleh wisatawan tidak tersalurkan secara langsung untuk pembangunan desa wisata. Ini menyebabkan kecemburuan sosial.
Baca Juga: 4 Hal yang Bisa Dilakukan di Tangkahan, Surga Ekowisata di Sumatra Utara
Edukasi ecowisata yang kurang
Banyak komunitas desa tidak mengetahui pentingnya lingkungan untuk kelangsungan hidup dan ekonomi mereka. Pemboman ikan masal masih terjadi di desa-desa. Penebangan pohon secara illegal juga menghasilkan kekeringan air. Untuk itu edukasi ecowisata sangat penting diterapkan baik untuk agen wisata, para wisatawan, maupun penduduk desa.
Kepunahan budaya
Para wisatawan seringnya tidak menghormati adat yang ada. Seperti yang terjadi pada suku Baduy. Mereka baru saja meminta kepada pemerintah untuk menutup pariwisatanya secaara permanen. Menurut sumber, adanya pembangunan warung liar menyebabkan banyaknya sampah yang berkeliaran.
Bagaimana cara liburan bijak agar tidak merusak lingkungan?
Memilih agen wisata yang ramah lingkungan
Jika kamu membeli tur dari agen pariwisata pastikan agen kamu menerapkan ekowisata di paketnya. Misalnya, dengan tidak memprint itinerary, menerapkan bebas plastik selama tur, menggunakan bahan alami atau berkelanjutan, dan lainnya.
Memilih destinasi yang menerapkan ekowisata
Kamu siap berangkat? Lakukan riset terlebih dahulu. Apakah akomodasi
yang kamu pilih ramah lingkungan? Apakah mempunyai kegiatan dengan
komunitas desa?
Contohnya seperti sebuah pulau terpencil di Sulawesi, Togo Eang Ecolodge, di Taman Nasional Kepulauan Togean misalnya, menggunakan tema berkelanjutan pada bangunannya dan juga menggunakan listrik dari tenaga surya dan air yang dikoleksi dari air hujan.
Semua tur yang ditawarkan juga mengajak desa untuk mengikuti aktifitas ekowisata. Contohnya eksplorasi hewan endemic Togean Tarsier yang dapat ditemukan di habitat alami nya.
Mentaati peraturan dan adat setempat
Pastikan kamu mengetahui peraturan setempat dan bersikap sopan ketika berkunjung ke tempat wisata. Apalagi jika tempat wisata tersebut juga ditempati oleh penduduk di kawasan tersebut.
Menjaga alam dan mengikuti kegiatan konservasi alam dan hewan
Tidak membuang sampah sembarangan, ini adalah yang terpenting untuk menjaga alam. Banyak trip perjalanan yang berkomitmen kepada konservasi, seperti contohnya sebumi, mengadakan perjalanan dengan tema Zero Waste Journey. Jadi tidak hanya liburan tapi juga ikut menjaga alam dari kerusakan akibat industri pariwisata.
Berita Terkait
-
Dokter Erlina Beberkan Pemicu Kasus Corona RI Melesat di Atas China
-
Jokowi Ingin Pelacakan Penderita TBC Bersamaan dengan Tes Covid-19
-
Jokowi: Penderita TBC di Indonesia Ketiga Tertinggi di Dunia
-
Positif Corona di Indonesia Salip China, Begini Kata Pakar Epidemiologi
-
7.008 Anak Indonesia Positif Corona, 1,6 Persen di Antaranya Meninggal
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Mengenal Inovasi dan Manfaat Lelang bagi Perekonomian Nasional
-
Rakhano Rilis "Sempat Tak Sempat", Lagu Galau yang Bikin Susah Move On
-
Paramount Land Gelar Pesta Rakyat 'Sinergi dalam Satu Harmoni'
-
Edukasi dan Promosi Kelestarian Hutan, FSC Forest Week di Indonesia Resmi Diluncurkan
-
Pastry Chef Audrey Tampi Gelar Demo Masak Eksklusif di Jakarta
-
Custom Desain Cincin Pernikahan Jadi Tren, Buat Cinta Makin Jadi Lebih Bermakna
-
Meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79 dengan Tingkatkan Nasionalisme dan Eratkan Kebersamaan antar Karyawan
-
Rayakan HUT RI, Pergikuliner Festival Ruang Rasa Hadirkan Ragam Kuliner Indonesia di Central Park
-
Rayakan Hari Kemerdekaan Bersama Lebih dari 6000 Siswa dengan Berbagi Es Krim Gratis di Seluruh Indonesia
-
Terinspirasi HUT RI di IKN, The House of Arwuda Luncurkan Parfum Independence