Suara.com - Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, sekitar 23 kilometer dari pusat Kota Subang terdapat kampung adat bernama Kampung Adat Banceuy. Kampung Banceuy nan asri itu kini dikembangkan sebagai desa wisata berbasis budaya setempat dan konservasi alam.
Di sini, para pengunjung selain dapat menikmati alam nan asri, berjalan di pematang sawah, menyusuri air terjun, belajar menanam padi dan tanaman-tanaman lain, serta juga dapat memperoleh suguhan kesenian, upacara adat dan atraksi budaya Subang.
“Di Kampung Banceuy, kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah, kelompok tani, penyuluh pertanian, forum homestay, dan masyarakat setempat melakukan pengembangan ekowisata, yaitu pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial, budaya, ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan Pendidikan berdasarkan pada nilai-nilai lokal,” ujar perwakilan pabrik aqua Subang, Rany Juliani, Senin (18/7/2022).
Suasana pedesaan yang sejuk, damai, dan nyaman ini membuat banyak siswa-siswi SMU dan mahasiswa tertarik berkunjung ke Kampung Banceuy.
“Banyak siswa dan mahasiswa datang dari berbagai kota menghabiskan waktu beberapa hari dengan menginap di rumah-rumah penduduk yang difungsikan menjadi homestay. Mereka belajar menanam padi dan mengembangkan tanaman-tanaman lain terkait dengan tugas di sekolah atau untuk mahasiswa sekaligus melakukan KKN,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Rohana Odang yang akrab disapa Kang Odang.
“Selain dapat menikmati dan beraktivitas di alam terbuka para pengunjung pun dapat menikmati kesenian, updacara adat, dan atraksi budaya khas Kampung Banceuy,” tambah Kang Odang yang merupakan putra asli kelahiran Kampung Banceuy 48 tahun lalu.
Semula, Kampung Banceuy dibiarkan terbengkalai setelah sarana wisata terbakar. Baru pada 2012 - 2013, perusahaan air mineral pegunungan di Subang melakukan kegiatan konservasi berbasis masyarakat dengan pendekatan reforestasi dan agroforestry membuat kawasan Kampung Banceuy kembali asri.
Sejak 2016, perusahaan air minum Subang berkolabarasi dengan masyarakat setempat dan berbagai pihak terkait lainnya melakukan inovasi untuk mengembangkan Kampung Banceuy ini menjadi desa wisata.
“Hingga saat ini, kami bersama masyarakat di Subang Selatan telah melakukan penanaman 248.560 pohon, pembuatan 90 sumur resapan, 5.644 lubang biopori, 1840 rorak, 18 penampung air hujan, rumah bibit, sarana akses wisata, sarana air bersih, saung kelompok, wisata mina padi, dan pembangunan galeri oleh-oleh,” tambah Rany Juliani.
Baca Juga: Warga Kampung Adat Miduana Cianjur Sambut Ramadan dengan Tradisi Kuramasan
Dengan lingkungan semakin terjaga, selain membuat para pengunjung semakin betah berada di Kampung Banceuy, juga dapat mengurangi potensi banjir, potensi longsor, debit air bersih dan kesuburan tanah tetap terjaga.
Keberadaan desa wisata Kampung Banceuy ini secara ekonomi memberikan peningkatan pendapatan untuk masyarakat setempat.
“Mulanya para penduduk malu untuk menjadikan rumah masing-masing sebagai penginapan untuk para pengunjung. Namun setelah diberi penjelasan dari rumah ke rumah akhirnya mereka mau membuka pintu rumah mereka. Kini mereka malah berlomba-lomba menawarkan rumah mereka untuk pengunjung. Dari pengunjung yang menginap mereka memperoleh imbalan layaknya pengunjung menyewa homestay,” kata Kang Odang sambil tersenyum gembira.
Kepala pabrik Aqua Subang, Dwi Nofriyadi mengatakan, kolaborasi antara perusahaan dengan masyarakat Kampung Banceuy memberikan dampak positif dalam hal pelestarian lingkungan, peningkatan pendapatan masyarakat setempat, dan sekaligus dapat terus menjagai kerarifan budaya khas Kampung Banceuy.
“Kolaborasi pihaknya dengan masyarakat di Kampung Banceuy ini merupakan suatu sinergi bagus untuk berkembang bersama. Kami dapat terus berkembang baik, masyarakat pun terus berkembang secara berkelanjutan," katanya.
Berita Terkait
-
Hutan Keramat di Dekat Kota Bandung Ini Tak Bisa Dimasuki Sembarangan, Orang Berbaju Merah Dilarang Masuk
-
Ekowisata Jadi Unique Selling Point Pariwisata Indonesia ke Dunia
-
Lewat Ekowisata Kemenparekraf Berkomitmen Turut Atasi Isu Iklim
-
6 Destinasi Ekowisata Lokal, Hidden Gem yang Jadi Buruan Para Wisatawan
-
Surga Tersembunyi di Selatan Cianjur Ini Siap Jadi Objek Wisata Baru
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
Terkini
-
Mengenal Inovasi dan Manfaat Lelang bagi Perekonomian Nasional
-
Rakhano Rilis "Sempat Tak Sempat", Lagu Galau yang Bikin Susah Move On
-
Paramount Land Gelar Pesta Rakyat 'Sinergi dalam Satu Harmoni'
-
Edukasi dan Promosi Kelestarian Hutan, FSC Forest Week di Indonesia Resmi Diluncurkan
-
Pastry Chef Audrey Tampi Gelar Demo Masak Eksklusif di Jakarta
-
Custom Desain Cincin Pernikahan Jadi Tren, Buat Cinta Makin Jadi Lebih Bermakna
-
Meriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79 dengan Tingkatkan Nasionalisme dan Eratkan Kebersamaan antar Karyawan
-
Rayakan HUT RI, Pergikuliner Festival Ruang Rasa Hadirkan Ragam Kuliner Indonesia di Central Park
-
Rayakan Hari Kemerdekaan Bersama Lebih dari 6000 Siswa dengan Berbagi Es Krim Gratis di Seluruh Indonesia
-
Terinspirasi HUT RI di IKN, The House of Arwuda Luncurkan Parfum Independence