Suara.com - Tahun 2018 bisa dibilang menjadi tahun penuh berkah bagi Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Di tahun ini, dua pilar utama tunggal putra Indonesia itu sukses merengkuh prestasi yang cukup menggembirakan.
Jojo—sapaan akrab Jonatan—misalnya, sukses meraih medali emas Asian Games 2018. Sementara Anthony sejauh ini telah menjuarai dua ajang, yakni Indonesia Masters 2018 dan yang teranyar Cina Open 2018.
Menurut Pelatih Tunggal Putra PBSI, Hendry Saputra, moncernya penampilan anak asuhnya di 2018 tak sepenuhnya karena andilnya sebagai pelatih.
Faktor lainnya karena Anthony dan Jojo dinilainya dinilai sudah lebih dewasa dan mau belajar dari pengalaman.
"Sebetulnya tidak ada rumus khusus, tapi memang ada kemauan dari atletnya sendiri," kata Hendry dalam keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Rabu (26/9/2018).
"Untuk Anthony, dia belajar dari pengalaman dia kalah, saya lihat awalnya dari Asian Games. Setelah itu kami diskusi, dia pelajari video permainannya," imbuhnya.
Pasca Asian Games 2018, Jojo dan Anthony memang mengalami fase berbeda. Jojo yang merengkuh emas cendrung mengalami penurunan performa.
Sementara Anthony yang meraih perunggu di nomor perorangan Asian Games 2018, mampu meningkatkan performa dengan signifikan.
Gelar Juara Cina Open 2018 tak hanya menandai untuk pertama kalinya Anthony merengkuh gelar di turnamen level BWF World Tour Super 1000.
Baca Juga: Jadwal Wakil Indonesia di Babak Pertama Korea Open Hari Ini
Namun, perjalanan pebulutangkis 22 tahun itu hingga ke babak final memberikan sedikit gambaran bahwa tunggal putra Indonesia punya secercah harapan untuk kembali bangkit, seperti masa Taufik Hidayat dahulu.
Anthony yang tak diunggulkan nyatanya mampu mengalahkan empat juara dunia mulai dari babak pertama hingga final.
Dan yang paling luar biasa tentu saat menundukkan juara dunia 2018 asal Jepang, Kento Momota, di partai final dua game langsung dengan skor, 23-21 dan 21-19.
"Di Cina Open ini permainan Anthony sudah tepat, tapi tetap masih ada kesalahan-kesalahan sendiri yang dilakukan. Kemajuannya sudah ada, dia sudah bisa mengatur fokus, bisa atur tempo main dan bisa merancang apa yang dia mau," ungkap Hendry.
Berita Terkait
-
Panggulnya Kerap Kambuh, Jonatan Christie Berharap Tahun 2026 Bebas Cedera
-
Kurang Sabar Jadi Petaka, Jonatan Christie Ditekuk Kunlavut di BWF World Tour Finals 2025
-
Alwi Farhan Ungkap Kunci Keberhasilan Raih Dua Medali Emas di SEA Games 2025
-
SEA Games 2025: Bulu Tangkis Indonesia Sabet Gelar Maksimal di Tunggal Putra
-
Alwi Farhan dan Ubaidillah, Masa Depan Sektor Tunggal Putra Indonesia
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Persembahkan 3 Medali SEA Games, Ayustina Delia Priatna Kini Bidik Asian Games 2026
-
Pergelangan Kaki Bermasalah, Sabar/Reza Kandas pada Semifinal BWF World Tour Finals 2025
-
Indonesia Lampaui Target Medali di SEA Games 2025, Ulangi Rekor 30 Tahun Silam dengan Gagah
-
Indonesia Cetak Sejarah Baru di SEA Games 2025
-
Pesona Kierana Alexandra, Atlet 17 Tahun Pembawa Bendera Indonesia di Penutupan SEA Games 2025
-
Sejarah Apa yang Diukir Kontingen Indonesia usai Runner-up SEA Games 2025?
-
Kontingen Indonesia Kemas 91 Emas di SEA Games 2025 Sukses Lewati Target Awal
-
Jangan Puas Runner Up di SEA Games 2025, Masih Ada Asian Games 2026 dan Olimpiade 2028
-
Klasemen Akhir SEA Games 2025, Kontingen Indonesia Juara 2
-
Tetes Air Mata SEA Games 2025, Mereka Tak Terlihat Hanya Karena Tak Bawa Pulang Medali