Suara.com - Ilmuwan mengungkap bahwa gempa Nepal pada Sabtu (25/4) kemarin merupakan bagian dari sebuah pola gempa besar. Pola yang sama dengan dua gempa besar yang terjadi lebih 700 tahun lalu dan sebagai hasil efek domino tekanan pergeseran patahan.
Pola ini pula yang membuat para ahli gempa menyatakan sudah menunggu gempa ini terjadi. Dengan kata lain, gempa besar ini sudah diprediksi. Bahkan, sebuah tim peneliti sudah memberi peringatan beberapa pekan lalu bahwa gempa akan terjadi di lokasi yang sama.
Para peneliti menemukan kemungkinan keberadaan pengaruh ganda hanya dalam beberapa minggu terakhir saat melakukan penelitian lapangan di kawasan.
Laurent Bollinger dari lembaga penelitian CEA di Prancis dan rekan-rekannya menemukan pola bersejarah gempa saat meneliti di Nepal bulan lalu.
Tim Bollinger menggali di sepanjang patahan gempa utama negara itu, sepanjang lebih 1.000 km dari barat ke timur, di tempat di mana patahan bertemu permukaan bumi.
Naskah kuno menyebutkan sejumlah gempa besar, tapi tetap sangat sulit menemukan lokasinya di lapangan. Namun tim penelitian Bollinger dapat memperlihatkan bahwa bagian patahan ini sudah sejak lama tidak bergerak.
"Kami memperlihatkan patahan ini tidak menyebabkan gempa besar tahun 1505 dan 1833, dan terakhir kali fault ini berpindah kemungkinan besar pada tahun 1344," kata Bollinger dua pekan lalu.
"Kami dapat melihat baik Kathmandu dan Pokhara sekarang akan mengalami gempa yang mengubah patahan utama, kemungkinan besar terjadi terakhir kali pada tahun 1344 di antara kedua kota," jelas peneliti lain, Paul Tapponnier.
"Perhitungan pendahuluan mengisyaratkan gempa Sabtu dengan kekuatan 7,8 kemungkinan tidak cukup besar untuk mengangkat pecahan sampai ke permukaan bumi, jadi masih ada kemungkinan lebih banyak gaya yang tersimpan," ujar Bollinger.
"Kemungkinan akan mengalami gempa besar lagi ke arah barat dan timur dari gempa yang sekarang dalam puluhan tahun ke depan," kata Bollinger.(Huffington Post/BBC)
Berita Terkait
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 27 Oktober 2025: Hujan Lebat Merata di Indonesia
-
Prediksi Borussia Monchengladbach vs Bayern Munich: Kevin Diks Lawan Harry Kane
-
Prediksi Chelsea vs Sunderland: The Blues Pesta Gol Lagi?
-
Prediksi Brentford vs Liverpool: The Reds Dihantui Rekor Buruk ke London
-
Prediksi Manchester United vs Brighton: Misi Balas Dendam Setan Merah
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Xiaomi 17 Ultra Diprediksi Hadir tanpa Layar Sekunder di Belakang
-
Pembuat Final Fantasy 7 Rebirth Ungkap Karya Manusia Lebih Baik dari AI
-
X Bikin Marketplace, Tapi Cuma untuk Jual Beli Akun Langka
-
57 Kode Redeem FF Terbaru 27 Oktober 2025: Ada Skin Crimson dan SG2 OPM
-
25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 Oktober: Ada Icon 111-113 dan 200 Rank Up
-
Ambisi Besar Warner Bros: Film Minecraft Didorong Menangkan Piala Oscar!
-
6 Rekomendasi Smartwatch dengan GPS, Harga Murah di Bawah Rp1 juta
-
Jadwal Susulan TKA 2025 Jenjang SMA SMK Disiapkan
-
Gladi Bersih TKA SMA SMK Resmi Hari Ini, Cek Fakta Nilai dan Manfaat Masuk PTN
-
Bos Xiaomi Blak-blakan Ungkap Kenapa Harga HP Makin Mahal