Suara.com - Bank sentral di Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) menjadi dua di antara institusi perbankan yang harus menerima gelombang serangan peretas (hacker) baru-baru ini. Hal ini terjadi setelah bulan lalu kelompok peretas Anonymous menyatakan bahwa mereka menargetkan bank-bank di seluruh dunia.
Sebagaimana antara lain dilansir Reuters, Selasa (21/6/2016), berdasarkan keterangan pejabat Bank Indonesia (BI) maupun Bank of Korea, untungnya tidak ada dana yang diambil atau aliran dana yang berhasil diakses para peretas. Serangan yang dilakukan oleh pihak yang belum disampaikan namanya itu disebut rata-rata hanya berupa DDoS (Distributed Denial of Service).
Menurut Deputi Gubernur BI, Ronald Waas, demi merespons serangan itu, pihak BI sendiri telah memblokir pengakses dari tak kurang 149 kawasan yang tidak lazim mengakses situsnya. Termasuk di antaranya adalah dari beberapa negara kecil Afrika.
Ronald juga menyampaikan bahwa beberapa bank mengalami serangan serupa, dan mereka pun telah saling berbagi alamat-alamat IP dari para peretas. Kerja sama itu pun disebutnya sebagai salah satu kunci keberhasilan mengatasi dampak buruk aksi peretasan yang terjadi.
"Ada kerja sama regional antara bank-bank sentral. Bank-bank yang mengalami serangan pun saling berbagi pengalaman mereka," ungkapnya.
Bank-bank sentral di kawasan ini terutama waspada setelah Bank Sentral Bangladesh mengalami serangan pada Februari lalu, di mana peretas sempat berupaya menransfer dana sebesar USD81 juta dari bank itu. Pada Mei lalu, Anonymous yang dikenal kerap menggunakan DDoS, merilis video bahwa mereka akan menjalankan 30 hari "Operasi Icarus" yang menargetkan situs bank-bank sentral.
Pada Mei itu pula, pihak Bank of Korea mengakui setidaknya mengalami satu serangan DDoS. Namun mereka mengaku tidak ada kerugian signifikan dari serangan tersebut. Sementara pihak BI pun mengakui banyaknya serangan pada Mei lalu.
"Pada Mei, kami mengalami banyak sekali gangguan," kata Benny Sadwiko, penanggung jawab keamanan siber BI.
"Mereka coba menyerang reputasi bank-bank ini. Jadi, kami memblokir IP address dari negara-negara yang tidak biasanya mengakses situs kami," ungkapnya lagi.
Dilaporkan pihak BI, setidaknya separuh hari kemarin, Senin (20/6), juga terdeteksi tak kurang dari 273 virus dan 67.000 email spam yang masuk ke server email dan situsnya.
Awal Mei lalu, Bank Sentral Yunani juga sempat mengalami kelumpuhan akibat serangan Anonymous selama beberapa menit, sebelum akhirnya tim IT mereka berhasil mengatasinya. Hal sama pada bulan lalu juga sempat dialami oleh Bank Sentral Siprus. [Reuters]
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
32 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Desember: Klaim Henry, Fabregas 114, dan Gems
-
Tiruan Game Horizon Ditarik dari Steam: Babak Akhir Pertarungan Sony vs Tencent?
-
60 Kode Redeem FF Aktif 21 Desember 2025: Garena Bagi Diamond Gratis dan Bundle Spesial
-
Bocoran Harga Redmi Note 15 5G di Pasar Asia Beredar, Diprediksi Lebih Mahal
-
HP Murah HMD Vibe 2 Siap Debut: Desain Mirip iPhone, Harga Diprediksi Sejutaan
-
Xiaomi Home Screen 11 Muncul di Toko Online, Pusat Kontrol Lebih Premium
-
Honor Win Segera Rilis: Usung Baterai 10.000 mAh, Skor AnTuTu 4,4 Juta Poin
-
10 Prompt Gemini AI Edit Foto Bersama Ibu, Siap Pakai untuk Rayakan Hari Ibu Besok
-
5 Smartwatch GPS dengan Baterai Tahan Lama, Aman Dipakai setiap Hari
-
6 HP Snapdragon 256 GB Termurah Mulai Rp2 Jutaan, Cocok untuk Gaming Ringan