Suara.com - Global Research and Analysis Team (GReAT) dan Kaspersky Lab melakukan sebuah investigasi dan berhasil menemukan adanya sebuah kelompok hacker. Kemungkinan beroperasi dari India, yang telah melakukan aktivitas spionase cyber agresif di kawasan Asia.
Kelompok ini menargetkan beberapa entitas diplomatik dan pemerintahan khususnya berfokus pada Cina serta segala urusan internasional yang berkaitan dengan negara tersebut. Kelompok tersebut berbekal eksploitasi usang dan peralatan yang tidak begitu canggih sebagai persenjataan mereka, mereka juga mencoba untuk melakukan serangan kepada para target berprofil penting di negara-negara barat.
Modus operandi "Dropping Elephant" (juga dikenal sebagai "Chinastrats") hampir tidak bisa dikatakan canggih. Para penyerang sangat bergantung pada social engineering serta peralatan dan eksploitasi malware berbudget rendah.
Namun, cara ini tampaknya cukup efektif, sehingga membuat kelompok hacker ini menjadi salah satu yang berbahaya. Dari November 2015 hingga Juni 2016, kelompok hacker ini melakukan profiling ratusan hingga ribuan target di seluruh dunia.
Tidak hanya itu, dalam beberapa bulan pertama operasi mereka berhasil mencuri dokumen dari setidaknya beberapa lusin korban yang telah mereka targetkan sebelumnya.
"Meskipun menggunakan alat-alat dan eksploitasi sederhana dengan harga terjangkau, kelompok ini tampaknya mampu mendapatkan informasi intelijen berharga, yang menjadi alasan mengapa kelompok ini semakin besar di bulan Mei 2016. Perluasan ini juga menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengakhiri operasinya dalam waktu dekat," ungkap Vitaly Kamluk, Head of Research Center APAC, GReAT, Kaspersky Lab dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/7/2016).
Dia menuturkan, kabar baiknya adalah kelompok ini belum terlihat menggunakan peralatan yang benar-benar canggih dan sulit terdeteksi. Artinya, aktivitas mereka relatif mudah untuk di identifikasi. Namun, situasi ini tentu saja bisa bperubah setiap saat.
Langkah Dropping Elephant adalah mengirimkan e-mail massal ke sejumlah alamat e-mail yang telah mereka kumpulkan berdasarkan relevansi target terhadap tujuan mereka. E-mail spear-phishing yang dikirim oleh penyerang berisi referensi ke konten yang dikontrok dari jauh.
Secara otomatis mengirimkan pesan yang berisi beberapa informasi dasar tentang penerima seperti alamat IP, jenis browser dan perangkat yang digunakan serta lokasinya. Setelah menggunakan metode sederhana ini untuk menyaring target mana yang paling berharga, para penyerang kemudian melanjutkan dengan langkah selanjutnya, yaitu e-mail spear-phishing yang dikhususkan.
Cara ini menggunakan dokumen Word dengan exploit CVE-2012-015 atau slide PowerPoint dengan exploit untuk kerentanan CVE-2014-6352 pada Microsoft Office. Keduanya merupakan exploit yang umum dan telah dikenal untuk waktu yang lama, tapi masih efektif.
Beberapa korban yang menjadi target mendapat serangan watering hole adalah mereka menerima link ke website yang menyamar sebagai portal berita politik, berfokus pada urusan eksternal Cina. Mayoritas link di website ini mengarah pada konten tambahan dalam bentuk PPS (PowerPoint Slide) dengan payload berbahaya di dalamnya.
Meskipun kerentanan yang digunakan dalam serangan itu telah ditambal oleh Microsoft, para penyerang masih bisa mengandalkan trik social engineering untuk meretas target mereka. Adapun konten dari PPS berbahaya tersebut berisi artikel berita asli yang dipilih dengan cermat, menampilkan topik geopolitik yang banyak dibahas, sehingga membuat dokumen terlihat dapat dipercaya dan cenderung untuk dibuka. Hal ini menyebabkan banyak target menjadi terinfeksi.
Berdasarkan profil target yang dibuat oleh para peneliti Kaspersky Lab, Dropping Elephant memfokuskan diri pada dua jenis utama dari organisasi dan individu, yakni pemerintah Cina serta entitas diplomatik dan setiap individu yang terhubung ke negara tersebut, serta mitra dari organisasi-organisasi ini di negara-negara lainnya.
Secara total, para ahli Kaspersky Lab mampu mengidentifikasi beberapa ratus target di seluruh dunia, yang sebagian besar terletak di Cina, sementara yang lain berasal dari atau terkait dengan Pakistan, Sri-Lanka, Uruguay, Bangladesh, Taiwan, Australia, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Vivo Y50i Debut: HP Murah Ini Bawa RAM 12 GB dan Baterai 6.000 mAh
-
Anti Lemot! Ini 5 Rekomendasi HP Rp1 Jutaan RAM 8 GB Terbaik September 2025
-
Xiaomi Umumkan Jadwal dan Perangkat yang Siap Menerima Update HyperOS 3.0 Stabil
-
Biodata Zeys: Pemain Profesional hingga Pelatih Berprestasi di Esports
-
7 Hewan dengan Kekuatan Superpower Alami yang Luar Biasa
-
Lazada Sebut Fitur AI Mampu Tingkatkan Belanja Online di Tanggal Kembar 9.9
-
Deretan Fitur AI di HP Realme, Lengkap dari Kamera hingga Gaming
-
Infinix GT 30 Masuk Indonesia 24 September, HP Gaming Banyak Fitur AI
-
39 Kode Redeem FF Hari Ini 19 September 2025, Skin SG2 dan Scar Megalodon Menanti
-
Redmi Pad 2 Play Bundle Masuk Indonesia, Tablet Xiaomi Rp 2 Jutaan Cocok untuk Anak