Suara.com - Matematika yang selama ini dianggap pelajaran tersulit ternyata bisa membantu para siswa dalam menghadapi tantangan di masa mendatang.
Guru Besar Matematika dari Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. ret. nat. Widodo. M.S, mengatakan, pada 2020 keahlian yang dibutuhkan seseorang untuk unggul dalam persaingan global antara lain kemampuan dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis.
Kedua hal ini, lanjut dia, bisa diasah melalui penguasaan matematika yang didapat di bangku sekolah dan dengan pengaplikasian sehari-hari.
"Supaya anak mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, maka anak harus belajar mengeksplorasi. Nah, di matematika, seseorang tak hanya dituntut untuk menguasai hitung-menghitung, tapi juga mengeksplorasi agar mendapatkan jawabannya," ujar Prof. Widodo pada temu media 'Casio for Education' di Jakarta.
Keahlian dalam mengeksplorasi soal, tambah dia, bisa didukung dengan penggunaan kalkulator ilmiah. Prof Widodo mengatakan bahwa seiring dengan perkembangan teknologi, kalkulator tak hanya berfungsi sebagai alat hitung tapi juga alat untuk mengeksplorasi soal matematika.
"Eksplorasi itulah yang membuat orang kritis. Pada gilirannya ketika sering mengeksplorasi soal maka kemampuan menyelesaikan masalah juga dapat dikuasai," jelas Prof. Widodo.
Ia pun tak setuju jika kalkulator dianggap sebagai jalan cepat untuk menemukan jawaban. Pasalnya, pada materi pelajaran sekolah tingkat menengah atas (SMA), bentuk soal matematika cenderung lebih kompleks sehingga membutuhkan bantuan kalkulator ilmiah untuk menghemat waktu penyelesaian.
"Kalau untuk hitung-hitungan saya nggak sarankan kalkulator digunakan untuk anak sekolah dasar. Tapi untuk murid SMA atau SMP, ada beberapa materi yang membutuhkan kalkulator untuk menganalisa soal. Jadi akan tepat guna jika difungsikan sesuai kebutuhan," lanjut Prof. Widodo.
Ia juga menyayangkan banyak murid yang terlanjur menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Padahal, jika memahami peranan matematika dalam kehidupan, maka siapapun akan berusaha untuk menguasai ilmu pengetahuan ini.
"Kalau nggak suka matematika, maka coba kaitkan matematika dengan konteks yang disukai. Misalnya suka musik, jangan kira musisi terkenal seperti Mozart dan Beethoven nggak pakai hitung-hitungan dalam membuat irama yang enak. Semua lini kehidupan bisa dikaitkan dengan matematika," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
4 HP Harga Rp2 Jutaan Terbaik 2025 dengan Spek Tinggi: Kamera 108 MP, Chipset Ngebut!
-
5 Cara Download Video FB yang Diprivasi Lewat HP, Praktis Tanpa Aplikasi
-
3 Tablet dengan SIM Card Paling Murah, Harga Mulai Rp1 Jutaan Bisa Telepon dan Internetan Lancar
-
TikTok Rilis Daftar Musik Terpopuler 2025, Stecu Stecu Masuk 10 Besar
-
5 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Terbaik, Nyaman untuk Multitasking Harian
-
53 Kode Redeem FF 11 Desember 2025: Klaim Skin Salju Gratis dan Bocoran Faded Wheel
-
One UI 8.5 Beta Rilis, HP Samsung Apa Saja yang Kebagian? Ini Plus Minusnya
-
25 Kode Redeem FC Mobile 11 Desember 2025: Sikat Buffon 115 dan Gems Record Breaker
-
5 Rekomendasi HP Android Mirip iPhone Air Rilisan 2025, Mulai Rp 1 Jutaan
-
Dari Excel ke Android: Cara Cerdas Mengimpor Kontak dalam Hitungan Menit!