Suara.com - Kiamat sudah pernah terjadi setidaknya lima kali dalam sejarah Bumi. Kiamat di sini menjelaskan peristiwa kepunahan massal yang memusnahkan sebagaian besar mahluk hidup di Bumi.
Kepunahan massal terakhir terjadi di Periode Crataceous-Tertiary, sekitar 65 juta tahun silam. Pada masa ini dinosaurus punah dan mamalia mulai menguasai Bumi.
Kini, seorang ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat meramalkan bahwa Bumi akan mengalami kepunahan massal keenam pada 2100 mendatang. Jika kiamat-kiamat sebelumnya dipicu oleh fenomena alam, maka kiamat keenam akan disebabkan oleh aktivitas manusia.
Ramalan ini diutarakan Daniel Rothman, pakar geofisika pada MIT, setelah dia meneliti perubahan siklus karbon menjelang terjadinya lima kepunahan massal sebelumnya di Bumi.
Siklus Karbon
Lima kiamat yang pernah terjadi di Bumi, menurut dia, bisa dilacak dengan meneliti karbon. Sebagian besar binatang di Bumi bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Sementara tumbuhan berfotosintesis dengan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.
Bumi secara alamiah memproses karbon dengan menyimpannya di lautan dan atmosfer dalam sebuah siklus. Tetapi gangguan terhadap siklus alam ini bisa memicu perubahan ekstrem terhadap iklim Bumi. Ini bisa terjadi jika jumlah karbon yang dilepaskan bertambah secara drastis dalam waktu yang sangat cepat.
Pelepasan karbon dalam jumlah besar bisa dipicu oleh beragam faktor. Pada kiamat di periode Permian, sekitar 250 juta tahun silam, pelepasan karbon dipicu salah satunya oleh letusan gunung yang sangat besar, yang turut melepaskan karbon dalam jumlah sangat besar ke atmosfer.
Sementara dalam kepunahan massal Crataceous-Tertiary, pelepasan karbon dipicu oleh hantaman asteroid besar yang menyebabkan letusan gunung berapi serta kebakaran besar di hampir seluruh permukaan Bumi.
Tetapi penting diingat bahwa kiamat-kiamat kecil ini terjadi dalam sebuah proses yang memakan waktu ribuan tahun.
Lalu bagaimana dengan ramalan Rothman? Bagaimana hanya dalam tempo sekitar 80 tahun karbon dalam jumlah besar dilepaskan ke atmosfer dan memicu kiamat?
Ambang Batas
Rothman mengembangkan sebuah rumus matematika yang di dalamnya terdapat faktor-faktor seperti kecepatan dan jumlah karbon yang bisa memicu perubahan drastis pada siklus karbon. Dari situ, ia menemukan bahwa ada dua ambang batas yang jika dilewati akan memicu kepunahan massal.
Ambang batas pertama berlaku untuk perubahan yang memakan waktu panjang. Di sini perubahan siklus drastis bisa dipicu jika karbon dilepaskan ke atmosfer terlalu dini, sehingga ekosistem Bumi tak memiliki waktu yang cukup untuk beradaptasi. Sementara dalam jangka pendek, perubahan siklus karbon bisa terjadi jika terlalu banyak karbon yang dilepaskan ke atsmofer.
Rothman lalu mengaplikasikan dua ambang batas itu data-data historis untuk menguji apakah modelnya itu bisa secara akurat memprediksi kepunahan massal di Bumi.
Hasilnya ia berhasil menemukan 31 kali perubahan besar dalam siklus karbon dalam 542 juta tahun terakhir, termasuk di dalamnya ketika terjadi lima kepunahan massal di Bumi. Ia juga mempelajari kecepatan dan jumlah karbon yang terlibat dalam perubahan-perubahan itu.
Dari data-data itu ia kemudian menemukan sebuah ambang batas yang bisa dijadikan sebagai patokan untuk memprediksi kiamat. Garis batas itu sendiri pernah empat kali dilewati, yakni ketika terjadi empat dari lima kepunahan massal di Bumi.
Berdasarkan ambang batas itu dan temuan bahwa siklus karbon di bawah laut bisa mengoreksi diri sendiri kembali ke kondisi normal dalam 10.000 tahun setelah mengalami gangguan, Rothman menghitung berapa banyak karbon yang diperlukan agar ambang batas itu dilewati pada saat ini.
Berdasarkan hitungannya, siklus karbon akan terganggu dan melewati ambang batas jika manusia menghasilkan 310 gigaton karbon.
"Ini bukan berarti bencana akan terjadi besok. Tetapi, jika tidak diawasi maka siklus karbon akan menjadi tak stabil dan perilakunya tak lagi bisa diprediksi. Pada masa lalu, perilaku ini berhubungan dengan kepunahan massal," kata Rothman.
Angka 310 gigaton mungkin terlihat sangat banyak di mata orang awam, tetapi manusia dengan segala aktivitas hariannya punya kemampuan untuk mencapai dan bahkan melewati angka itu dalam waktu dekat.
Menurut laporan terbaru Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), sebuah lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, manusia akan melepas karbon dioksida sebanyak 300 gigaton ke lautan pada 2100. Dalam skenario yang lebih buruk, jumlah karbon yang dilepas dalam jangka waktu bisa menembus angka 500 gigaton.
"Tentu harus ada cara untuk mencegahnya," kata Rothman, "Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa kita harus hati-hati dan pentingnya kita mempelajari masa lalu, agar bisa memberikan informasi yang tepat untuk masa depan."
Penelitian Rothman ini diterbitkan dalam jurnal Science Advances. (New Atlas)
Berita Terkait
-
Soal Isu Kemerdekaan Palestina dan Tanda Kiamat, Begini Penjelasannya dalam Islam
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan
-
Terbuai Ramalan Kiamat Seorang Pastor, Ratusan Warga Rela ke Hutan Tinggalkan Segalanya
-
Lokasi Sungai Eufrat Ada di Mana? Tempat Lahirnya Peradaban hingga Disebut Muncul Tanda Kiamat
-
Fakta Mengejutkan Sungai Eufrat: Dari Emas Palsu Hingga Tanda Kiamat
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Bocoran Xiaomi 17 Ultra, HP Premium dengan Kamera 200MP!
-
Qualcomm Resmi Rilis Snapdragon 6s Gen 4, Dukung Fitur Gaming hingga Kamera 200MP
-
Setelah Samsung, Giliran Oppo Gandeng Google buat Teknologi AI
-
Riset Indosat: Jika Indonesia Serius Adopsi AI, PDB Bisa Tembus Rp 2.326 Triliun di 2030
-
41 Kode Redeem FF Terupdate 27 Oktober 2025, Ada Skin Evo Gun Populer Bisa Didapatkan Gratis
-
Daftar Lengkap 17 Kode Redeem FC Mobile 27 Oktober 2025, Dapatkan 500 Token FootyVerse
-
Film Horor Ternyata Bisa Jadi Terapi untuk Mengatasi Kecemasan
-
Komdigi Akui Kualitas Internet Indonesia Kalah Jauh dari Malaysia
-
5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
-
The Simpsons Bakal Hadir di Fortnite, Ini Bocoran Event-nya