Suara.com - Melihat kecelakaan yang dialami pesawat Lion Air Boeing 737 Max 8, ada beberapa hal yang tetap harus dijadikan perhatian. Seperti larangan membiarkan perangkat elektronik dalam kondisi menyala, salah satunya ponsel.
Larangan tersebut bukan tanpa sebab, menurut Aviaton Safety Reporting System, ponsel memiliki kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan.
Ponsel dapat bekerja dengan cara yang sama di pesawat terbang, di mana ratusan sistem berbasis elektronik, yang dikenal sebagai avionik digunakan untuk navigasi dan melakukan komunikasi. Beberapa melibatkan sensor yang mengkomunikasikan informasi ke instrumen kokpit.
Hal ini tak hanya berlaku pada ponsel, tetapi semua perangkat elektronik yang memancarkan gelombang radio. Jika perangkat tersebut berada pada frekuensi yang dekat dengan avionik, maka sinyal dan pembacaan radar bisa rusak.
Tak hanya mengirim dan menerima gelombang radio, ponsel juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station), sebuah infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara piranti komunikasi dan jaringan operator. Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggain 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada di bawahnya.
Hal ini dibuktikan oleh sebuah laporan yang merangkum 50 kasus masalah keamanan yang diduga disebabkan oleh ponsel. Diantara kasus yang terkenal adalah pesawat Crossair dengan nomor penerbangan 498 yang menempuh rute Zurich, Swiss, ke Dresden, Jerman, yang jauh dua menit setelah lepas landas pada 10 Januari 2000. Tujuh penumpang dan tiga awak pesawat dilaporkan tewas, sementara itu penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.
Masalah yang bisa ditimbulkan akibat ponsel di dalam pesawat antara lain gangguan sistem navigasi, gangguan frekuensi komunikasi, gangguan indikator bahan bakar, gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver), gangguan indikator HSI (Horizontal Situation Indicator), dan gangguan sistem kemudi otomatis. Sementara itu, masalah yang bisa ditimbulkan oleh perangkat elektronik lain adalah gangguan arah kompas komputer dan gangguan indikator CDI (Course Deviation Incicator). [Livescience/BBC]
Berita Terkait
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
Terkini
-
Spesifikasi iPhone 14 hingga 12: Masih Layak Dibeli Bahkan Setelah Peluncuran iPhone 17
-
Terungkap! 66 Persen Orang Dewasa di Indonesia Jadi Korban Scam, Kerugian Setahun Rp 49 Triliun
-
Batam Kini Punya Fasilitas Data Center Super Cepat untuk Bisnis Modern
-
Tablet Xiaomi Redmi Pad 2 Pro Masuk Indonesia 7 November, Intip Bocoran Spesifikasinya
-
19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 31 Oktober 2025, Banjir Pemain OVR 111-113 dan Gems Gratis
-
Nothing CMF Watch 3 Pro dan CMF Headphone Pro Resmi Masuk Indonesia, Ini Harganya
-
Intip Keunggulan Redmi 15: HP Murah Xiaomi Punya Baterai 7.000 mAh
-
Lazada Siapkan 5 Teknologi AI Sekaligus Jelang Harbolnas 11.11, Secanggih Apa?
-
Update Harga Xiaomi TV A 32, Ketahui Kelebihan dan Kekurangan Smart TV Rp1 Jutaan Ini
-
Usai Debut di China, Realme GT 8 Pro Bersiap ke Pasar Internasional