Suara.com - Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini menyebutkan bahwa sekelompok astronom telah mengkonfirmasi adanya sepasang awan debu yang berjarak sekitar 400.000 kilometer.
Dilansir dari Science Alert, awan debu tersebut merupakan gumpalan debu yang dikenal sebagai Awan Kordylewski. Namanya sendiri diambil dari nama astronom Polandia yang pertama kali mengidentifikasikannya pada tahun 1961, bernama Kazimierz Kordylewski.
Awan Kordylewski ini disebutkan berkumpul pada sebuah titik di orbit Bumi yang dikenal sebagai titik Lagrange, di mana gaya gravitasi antara Bumi dan Bulan mempu mempertahankan posisi relatif objek apapun yang berada di sana. Sayangnya, awan debu tersebut sangat redup sehingga keberadaannya pada saat itu dipertanyakan. Walaupun Kordylewski sempat berhasil mengamati dua awan debu tersebut pada tahun 1961, tetapi awan debu tersebut tidak selalu dapat diamati.
Lalu pada awal tahun 2018, tim astronom asal Hungaria yang dipimpin oleh Gábor Horváth dari Eötvös Loránd University memodelkan Awan Kordylewski untuk meneliti bagaimana awan tersebut terbentuk dan dapat dideteksi. Horváth dan timnya berteori bahwa awan bisa muncul atau dapat diamati jika mereka mengamatinya menggunakan filter berpolarisasi untuk memantulkan cahaya dari awan debu tersebut.
Dengan sistem filter polarisasi linier yang melekat pada lensa kamera dan deketor CCD di observatorium milik astronom lain, yaitu Judit Slíz-Balogh di Hungaria, Horváth dan timnya mampu mengambil cahaya terpolarisasi yang dipantulkan dari awan debu tersebut.
"Karena awan debu ini diterangi sinar Matahari langsung, cahaya redup yang tersebar dari partikel debu dapat diamati dan difoto dari permukaan Bumi dengan detektor dan pancaran cahaya yang tepat. Kami menyimpulkan bahwa untuk pertama kalinya kami telah mengamati dan mendaftarkan secara polarimetrik Awan Kordylewski di sekitar titik Lagrange," ucap Slíz-Balogh.
Para astronom masih melanjutkan studi ini karena stabilitasnya, titik Lagrange sering disebut-sebut sebagai lokasi potensial untuk menempatkan sebuah stasiun ruang angkasa yang akan menjadi basis manusia sebelum melakukan perjalanan ke Mars atau ke tempat yang lebih jauh lagi. [Sciencealert/Ras]
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Update HyperOS 3 Global Dimulai, Xiaomi 15T Series Dapat Giliran Pertama
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
5 Cara Mengembalikan Foto Lama yang Terhapus di HP Android
-
HP Flagship 'Murah' yang Laris, iQOO 15 Punya Kekurangan di Sektor Optik
-
Cara Convert Pulsa ke DANA dengan Mudah, Praktis untuk Belanja
-
Video Viral Dalam Gerbong Detik-Detik KA Purwojaya Anjlok, Netizen Ikut Tegang
-
Xiaomi 17 Ultra Diprediksi Hadir tanpa Layar Sekunder di Belakang
-
Pembuat Final Fantasy 7 Rebirth Ungkap Karya Manusia Lebih Baik dari AI
-
X Bikin Marketplace, Tapi Cuma untuk Jual Beli Akun Langka
-
57 Kode Redeem FF Terbaru 27 Oktober 2025: Ada Skin Crimson dan SG2 OPM