Suara.com - Para astronom di The University of Texas, Austin, berkolaborasi dengan Google menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengungkap dua planet tersembunyi di arsip teleskop ruang angkasa Kepler. Penggunaan AI ini dalam menemukan planet baru mengungkapkan metode lain mengidentifikasi banyak planet.
Planet-planet yang ditemukan kali ini berasal dari misi Kepler yang disebut K2. Untuk menemukan planet-planet tersebut, tim yang dipimpin oleh Anne Dattilo menciptakan algoritma yang menyaring data yang sebelumnya telah diambil Kepler. Dalam proses tersebut, para astronom menemukan lebih banyak planet yang tak terdeteksi sebelumnya di data Kepler.
Penemuan ini kemudian dipublikasikan dalam The Astronomical Journal. Tim tersebut juga berisi anggota NASA di Universitas Texas Austin Andrew Vanderburg dan insinyur Google Christopher Shallue. Anne Dattilo menjelaskan bahwa proyek ini memerlukan algoritma baru karena data yang diambil selama misi Kepler K2 berbeda secara signifikan dari yang dikumpulkan selama misi asli teleskop tersebut.
"AI akan membantu kami mencari kumpulan data secara seragam. Bahkan jika setiap bintang memiliki planet seukuran Bumi di sekitarnya, ketika kita melihat dengan Kepler, kita tidak akan menemukan semua planet itu. Itu karena beberapa data terlalu kacau atau kadang-kadang planet tidak selaras. Jadi kita harus mengoreksi yang kita lewatkan," ucap Vanderburg, seperti yang dikutip dari phys.org.
Kedua planet baru tersebut dinamakan K2-293b dan K2-294b, di mana keduanya mengorbit sebuah bintang di konstelasi Aquarius. Setelah tim menggunakan algoritme untuk menemukan planet-planet tersebut, para astronom menindaklanjuti dengan mempelajari bintang-bintang induknya menggunakan teleskop di Bumi untuk mengkonfirmasi bahwa planet itu nyata. Pengamatan ini dilakukan dengan teleskop 1,5 meter di Smithsonian Institution's Whipple Observatory di Arizona dan Gillett Telescope di Gemini Observatory, Hawaii.
Lebih lanjut, penggunaan AI ini diterapkan pada seluruh data K2 yag mencakup 300.000 bintang. Metode ini diharapkan dapat digunakan untuk misi TESS.
Tag
Berita Terkait
-
Pantau Penggunaan AI yang Tidak Etis, Google Bentuk Dewan Penasihat
-
Google Beri Perlindungan Khusus untuk Situs Penting Jelang Pilpres 2019
-
Hal Ini yang Akan Muncul Jika Ketik Kata Kunci 'Negara Bodoh' di Google
-
Hampir Seluruh Fungsi IFTTT Gmail Akan Dihapus Minggu Ini
-
Hore, Kamera Xiaomi Sudah Terintegrasi dengan Google Lens
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
EA FC 26 Sudah Bisa Dimainkan: Daftar Ikon Terungkap, Gameplay Tuai Pujian
-
Render Vivo V60 Lite 4G Beredar: Desain Mirip iPhone 17, Harga Lebih Murah
-
4 Rekomendasi iPhone Bekas Terbaik, Lengkap dengan Harganya di September 2025
-
Redmi 15C 5G Resmi, HP Murah Xiaomi dengan Kamera 50MP dan Baterai 6.000 mAh
-
Samsung Galaxy A17 4G Masuk Indonesia, HP Rp 2 Jutaan dengan Kamera 50MP
-
Meta Ray-Ban Display: Kacamata Pintar Calon Pengganti Smartphone, Cukup Kontrol dari Tangan
-
Ray-Ban Meta 2 Resmi Dirilis, Kacamata Pintar Bisa Rekam Video 3K
-
Oppo Siapkan ColorOS 16, Kapan Tanggal Rilis Resminya?
-
53 Kode Redeem FF Hari Ini 18 September 2025, Klaim Evo Gun hingga Skin Scar Megalodon
-
Redmi K90 Kantongi Sertifikasi Anyar, Ungkap Teknologi Pengisian Daya Ini