Suara.com - Nick Haslam, pakar psikologi dari University of Melbourne, Australia membeberkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bagaimana memanggil manusia dengan nama binatang, seperti yang terjadi pada mahasiswa Papua di Jawa Timur, memiliki makna merendahkan dan menimbulkan rasa jijik.
Membandingkan manusia dengan hewan itu problematik tapi sulit untuk tidak dilakukan. Kita memang hewan, tapi kita hewan yang yakin bahwa kita bukan sekadar hewan.
Saat kita menyamakan orang dengan makhluk lain akan muncul masalah, misalnya saat fans olahraga menyebut makian rasis, atau Donald Trump menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad seekor binatang, atau saat mahasiswa Papua diduga disebut monyet di Surabaya, Jawa Timur, belum lama ini.
Orang mengggunakan perbandingan dengan hewan untuk berbagai ekspresi, banyak di antaranya yang positif. Hewan yang imut dan kecil, misalnya, dipakai sebagai nama kesayangan untuk anak-anak atau kekasih.
Sementara itu, hewan yang memiliki nilai tertentu dijadikan simbol sifat manusia: orang yang berani disebut berhati singa; orang yang mahir menilai sesuatu disebut bermata elang. Orang-orang mengidentifikasikan diri dengan hewan yang menjadi lambang atau maskot klub-klub sepakbola.
Metafora hewan lainnya lebih netral dan menjadi cara mudah menggambarkan karakter manusia. Menyebut orang domba artinya menyebut mereka gampang patuh; menyebut orang ayam atau tikus artinya menyebut mereka penakut atau malas. Menyebut orang sapi atau kodok berarti menyamakan bentuk fisik mereka—alih-alih sifat psikologis—mirip dengan hewan itu.
Perbandingan-perbandingan ini berbeda-beda dalam setiap budaya dan bahasa. Di Barat, burung hantu itu bijak, tapi di India burung hantu itu bodoh. Dalam bahasa Inggris, hiu digunakan untuk orang yang suka bohong dan rakus, tapi dalam bahasa Persia artinya laki-laki yang tidak punya atau hanya punya sedikit jenggot.
Banyak metafora hewan yang terang-terangan menghina—alih-alih menyamakan sifat tertentu. Menyebut orang babi, tikus, kera, monyet, anjing, belatung, atau lintah memiliki makna derogatif serta tudingan emosional dan moral yang keras.
Metafora yang menghina
Baca Juga: Bantah Mau Pulangkan Mahasiswa Papua, Wakil Wali Kota Malang Minta Maaf
Dalam sebuah penelitian, saya dan kolega saya menyelidiki makna yang disampaikan lewat rupa-rupa metafora hewan dan mempelajari apa yang menyebabkan metafora ini menjadi hinaan. Kami menemukan dua sebab yang cukup kuat.
Yang pertama, dan mungkin tidak mengejutkan, hewan-hewan yang dibenci seperti ular, lintah, dan tikus adalah metafor yang lebih mengandung unsur hinaan. Orang menggunakan metafor semacam ini pada orang lain bukan untuk menyebut bahwa orang tersebut mirip dengan hewan-hewan ini.
Akan tetapi, sebutan ini digunakan untuk menyampaikan rasa jijik terhadap hewan itu kepada orang yang dimaksud.
Kedua, kami menemukan bahwa orang sangat tidak terima dengan metafor hewan karena perbandingan itu memandang rendah mereka. Saat orang menyebut orang lain kera, monyet, atau anjing, mereka bukannya menyamakan orang tersebut dengan hewan yang dibenci seperti tikus atau ular.
Akan tetapi, sebutan ini menyampaikan makna bahwa orang tersebut dianggap lebih rendah derajatnya.
Singkatnya, metafor binatang yang menghina ada yang merendahkan dan ada juga yang menjijikkan.
Berita Terkait
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Mengintip Museum Papua yang Dikunjungi Anies Baswedan di Jerman, Punya Ratusan Artefak
-
Geger Mamberamo! Polisi Diserang Massa Pakai Parang dan Linggis, Tokoh Masyarakat Jadi Dalang?
-
Papua Memanas! Mapolres Mamberamo Raya Diserang Massa, Banyak Polisi jadi Korban, Apa Pemicunya?
-
Pembakaran Mahkota Cenderawasih Picu Kemarahan, Desak Aturan Khusus Meski Menhut Sudah Minta Maaf
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Gubernurnya Tertangkap KPK, Riau Masuk Provinsi Terkorup di Indonesia
-
Moto G67 Power Muncul di Toko Online: Bawa Baterai 7.000 mAh dan Snapdragon 7s Gen 2
-
Tips Bikin PIN ATM Agar Tidak Mudah Ditebak, Kombinasi Kuat, dan Aman dari Pembobolan
-
iQOO Z10R vs Realme 15T: Harga Mepet, Mending Mana Buat Gamer?
-
24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
-
24 Kode Redeem FF Hari Ini 4 November: Dapatkan Bundle Flame Arena & Evo Gun Gratis!
-
10 HP Flagship Terkencang Oktober 2025 Versi AnTuTu, Cocok Buat Gamer Kelas Berat
-
Aplikasi Edit Video Gratis Paling Hits: Ini Cara Menggunakan CapCut dengan Efektif dan Mudah
-
Mengapa Angka 67 Dinobatkan Jadi Word of the Year 2025
-
Cara Menambahkan Alamat di Google Maps, Beguna Menaikkan Visibilitas Bisnis Lokal Anda!