Suara.com - Publik Ambon, Maluku selama pekan ini dihebohkan penemuan bangkai-bangkai ikan dan mahluk laut lainnya di pesisir Pantai Ambon, mulai dari pesisir Kecamatan Leitimur Selatan, Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Baguala, dan Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Kematian massal ikan dasar laut itu telah memantik sejumlah rumor, mulai dari adanya ledakan di bawah air, wabah penyakit, hingga akan datangnya bencana gempa bumi serta tsunami.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama sejumlah peneliti dari lembaga lain termasuk BMKG dan universitas di Maluku menggelar penelitian untuk mengungkap penyebab kematian massal ikan tersebut selama dan mengumumkan temuan awal pada Kamis (19/9/2019).
Bukan karena ledakan
LIPI, yang diwakili oleh Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) mengungkapkan bahwa kematian massal ikan di beberapa kawasan pesisir Ambon tidak disebabkan oleh ledakan di bawah laut.
"Kalau ledakan di bawah laut, hasil penelitian kita tidak melihat ada bukti ledakan. Kalau pun ada efek belerang dan segala macam kita tidak melihat bukti di ikannya atau di dasar laut," kata Kepala P2LD-LIPI Nugroho D. Hananto.
Ia mengatakan ada hipotesa yang muncul kalau kematian massal ikan di sejumlah kawasan pesisir Pulau Ambon disebabkan oleh aktivitas vulkanik di bawah laut belum bisa dibuktikan, karena sejauh ini tidak ditemukan bukti-bukti terkait hal tersebut.
P2LD, kata Nugroho, telah melakukan sejumlah analisis data oseanografi, kimia, fisika dan biologi, termasuk menguji sejumlah sampel ikan mati.
Hasil penelitian sementara menunjukan kematian massal ikan bukan disebabkan oleh anomali yang terjadi di laut, seperti keracunan akibat fenomena ledakan alga beracun, aktivitas pengeboman ikan maupun kandungan logam berat.
Baca Juga: LIPI Segera Ungkap Pemicu Kematian Massal Ikan Laut Dalam di Ambon
"Dari LIPI sendiri kita tidak melihat adanya efek pengeboman di ikan, adanya ikan yang keracunan blooming algae, yang kita lihat memang ada ikan yang ada parasit di insangnya, tapi cuma sedikit, tidak signifikan. Masyarakat boleh mengonsumsi ikan-ikan yang mati itu selama kondisinya masih segar," kata Nugroho seperti dilansir Antara.
Dikatakanya bahwa hasil riset awal P2LD-LIPI akan dikomparasi dengan berbagai data, hasil penelitian, observasi maupun hipotesa dari berbagai lembaga perikanan dan instasi terkait untuk dilaporkan kepada Pemerintah Kota Ambon, agar bisa diumumkan kepada publik dan mengurangi lebih banyak spekulasi yang beredar di masyarakat.
"Semuanya kan ada tahapannya, hasil yang ada sekarang adalah penelitian awal yang dilakukan berdasarkan uji sampel yang didapatkan setelah kejadian, kita perlu melihat yang sebelumnya dan penelitiannya lagi jalan, dalam proses," demikian Nugroho D. Hananto.
Pergerakan air laut
Diduga peristiwa kematian massal ikan yang terjadi dalam rentang waktu berbeda-beda disebabkan oleh adanya pergerakan masa air atau upwelling, fenomena naiknya air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya.
Irma Kesaulya, peneliti dari FPIK Universitas Pattimura dalam laporannya bahwa hasil analisa lambung sampel ikan mati dan sampel air laut dari Leahari menunjukan kematian ikan dipengaruhi oleh rendahnya temperatur air laut dan hipoksia atau kurangnya pasokan oksigen.
Berita Terkait
-
Waspada! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem: Hujan Deras, Angin Kencang, Banjir Rob Ancam RI Hari Ini
-
Riau Potensi Kebakaran Hutan, BMKG Mulai Modifikasi Cuaca Sepekan
-
Jakarta Kendalikan Hujan dengan Teknologi Canggih, Ini Hasilnya!
-
6 Nama Makanan Indonesia yang Bikin Bingung, Ada Nasi Kucing hingga Bika Ambon
-
Analisis BMKG: Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat Jadi Pemicu Gempa Dangkal di Bekasi
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
Terkini
-
Viral! Gudang Garam PHK Massal, Isak Tangis Karyawan Menggema
-
Fenomena Miniatur AI: Ketika Foto Anda Disulap Menjadi 'Mainan' Koleksi yang Viral
-
Update Roblox: Lindungi Anak-anak, Verifikasi Usia dan Akses Komunikasi Lebih Ketat
-
Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
-
WiFi 8 Akan Hadir 2028, Apa Bedanya dengan WiFi 7 Saat Ini?
-
Datascrip Luncurkan Prima: Chatbot AI 24/7 untuk Layanan Pelanggan Kilat di WhatsApp
-
Wujudkan Mimpi Masa Kecil! Ini Cara Cepat Ubah Fotomu Jadi LEGO Minifigure Pakai AI
-
Lenovo Innovation World 2025: PC Gaming, Tablet Kreatif, hingga Smartphone Bertenaga AI
-
Dari Angkot ke Warteg: Kumpulan Prompt AI 'Sakti' Edisi Kearifan Lokal, Bikin Ngakak!
-
25 Prompt Populer dan Terlengkap Bikin Miniatur AI Viral, Gampang Banget!