Suara.com - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengungkapkan fenomena awan panas letusan Gunung Merapi pada Sabtu (9/11/2019) pagi.
Terungkap awan panas kembali dipicu tekanan akumulasi gas vulkanik dari dalam gunung, sama dengan letusan pada 14 Oktober 2019.
"Masih sama penyebabnya, adanya akumulasi gas," kata Hanik di Yogyakarta, lansiran laman Antara.
Meski demikian, menurut Hanik, tekanan akumulasi gas yang memicu awan panas letusan setinggi 1.500 meter pada Sabtu lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Pada 14 Oktober, awan panas letusan Merapi memiliki tinggi kolom 3.000 meter.
Sebelumnya, Hanik menjelaskan bahwa tekanan akumulasi gas muncul seiring berlangsungnya suplai magma Gunung Merapi yang diproduksi secara kontinu. Gas yang terakumulasi di bawah kubah lava dan terlepas secara tiba-tiba, mendobrak kubah lava sehingga runtuh menjadi awan panas.
Diketahui, pascakejadian 14 Oktober lalu, volume kubah lava susut hingga 397 meter kubik dari 483 meter kubik. Artinya, berkurang hingga 90 meter kubik.
Terkait adanya perubahan morfologi maupun deformasi akibat awan panas letusan pada Sabtu (9/11) pagi, belum bisa dipastikan. Termasuk perubahan volume kubah lava pasca terjadinya awan panas letusan.
Menurut Hanik, proses pendataan pascaawan panas letusan masih dilakukan oleh BPPTKG.
"Kalau baru meletus begini, kita tidak bisa secara eksak memberi info. Yang jelas itu letusan kecil yang kemungkinan tidak berpengaruh terhadap volume," kata dia.
Baca Juga: Kini Ada Cara Halus Tolak Masuk Ajakan Grup WhatsApp Lho!
Sebelumnya, BPPTKG menyebutkan Gunung Merapi mengeluarkan satu kali awan panas letusan dengan tinggi kolom 1.500 meter pada Sabtu (9/11) pagi. Awan panas letusan yang terekam di seismogram pada pukul 06.21 WIB itu memiliki durasi 160 detik dengan amplitudo 65 mm.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan menyebutkan awan panas letusan tersebut belum sampai menimbulkan hujan abu di wilayah Kabupaten Sleman.
"Arah angin ke Barat, tidak ada hujan abu di wilayah Kabupaten Sleman, katanya.
Berita Terkait
-
Pasca-letusan, Wisata Merapi Dinyatakan Masih Aman
-
Merapi Meletus, BPPTKG Keluarkan VONA untuk Penerbangan
-
Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Setinggi 1.500 Meter
-
Embuskan Awan Panas Sabtu Pagi, Gunung Merapi Jadi Trending Topic Teratas
-
Merapi Lontarkan Awan Panas, Tinggi Kolom Asap Sampai 1.500 Meter
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
5 Tablet Murah untuk Edit Video: Spek Dewa, Memori Besar, Harga Mulai Rp2 Jutaan
-
Dua Tablet Murah POCO Siap Masuk ke Indonesia, Usung Chip Kencang Snapdragon
-
26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 November: Ada Pemain 110-115 dan Ratusan Rank Up
-
5 Tablet dengan RAM 12 GB Plus Baterai Jumbo, Multitasking untuk Pekerjaan Berat
-
Spesifikasi RedMagic 11 Pro: Calon HP Gaming Gahar di Indonesia, Chip Super Kencang
-
HP Murah Oppo Misterius Lolos Sertifikasi, Usung Baterai 7.000 mAh
-
5 Smartwatch Anti Air yang Bisa Dipakai Berenang, Aman hingga Kedalaman 50 Meter
-
7 HP Murah Rp 900 Ribuan Terbaik November 2025: Cocok Buat Orangtua, UI Ringan
-
Acer Luncurkan Predator Triton 14 AI, Laptop Gaming Paling Tipis Bertenaga AI
-
7 Rekomendasi Tablet dengan Stylus Pen Murah Cocok untuk Guru