Suara.com - Pada Juli 2018, Google Chrome mulai menandai situs URL dengan awalan HTTP dengan tanda “not secure”.
Hal ini dilakukan Google untuk mendorong pemilik website (baik developers, pemilik bisnis, blogger) dalam mengembangkan website yang aman diakses semua orang.
Tanda “s” atau secure pada tautan URL menandakan sebuah website yang terenkripsi. Website yang terenkripsi, memastikan informasi dan komunikasi yang terjalin antara pengunjung dan pemilik website, dapat tersimpan dengan aman dan mengurangi kemungkinan pencurian data oleh hacker.
Ketika bisnis terus berprinsip seperti ini, tidak hanya bisnis yang dirugikan tetapi keamanan data pengunjung website juga menjadi taruhannya.
Menanggapi hal ini, Niagahoster bekerja sama dengan Sectigo dan WebNic secara fokus membahas isu keamanan pada website dalam konferensi website pertamanya di Indonesia.
Konferensi bertajuk WebSight Conference 2020 ini menghadirkan praktisi dan pakar website security dari Niagahoster, Tiket.com, Webnic, dan firma website security ITSEC Asia.
Sementara itu, The Verge pada Februari 2018 sempat menyampaikan bahwa Google ingin HTTPS menjadi web default atau situs standar untuk dikembangkan.
Setelah anjuran ini dikeluarkan, Chrome mencatat sebanyak 81 dari 100 situs teratas telah bermigrasi ke HTTPS.
Salah satu cara sederhana membuat laman website terenkripsi adalah dengan meng-install Security Socket Layer (SSL). Teknologi SSL ini mengamankan transaksi dan data-data di dalam website, seperti nomor kartu kredit, alamat rumah, nomor pons, dan password.
Baca Juga: Mengerikan! NASA Temukan Dua Planet Bertabrakan
Sertifikat SSL adalah teknologi sederhana untuk mengamankan website di lapis pertama. Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan Rhevin Fardhika, Lead Sys Admin Niagahoster. Website dengan SSL lebih baik dari sisi kecepatan.
"Menurut Google, 53 persen pengguna smartphone akan meninggalkan sebuah website bila website tidak tertampil selama lebih dari 3 detik. Penggunaan SSL ini juga dapat mempercepat loading website," kata Rhevin di kawasan Tebet, Sabtu (11/1/2020).
Dalam acara tersebut, para pembicara juga memberikan edukasi untuk pengunjung website, mengingat banyaknya ancaman data yang dapat “terendus” dan bocor ke pihak-pihak lain untuk disalahgunakan.
“Saat ini semua orang bergantung dengan internet. Orang dengan mudah login ke public wifi, tanpa mengetahui kita sedang memberikan data pribadi kita (saat melakukan aktivitas tersebut),” tutup Dwiki Kusuma, IT Security Consultant ITSEC Asia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
7 Tips Memilih Smartwatch yang Tepat untuk Android, iPhone, dan Gaya Hidup
-
Turnamen Internasional Free Fire FFWS Global Finals 2025 Cetak Rekor Dunia
-
Adu HP POCO C85 vs Vivo Y28: Dibekali Baterai 6000 mAh Kamera 50 MP Tapi Harga Beda Jauh?
-
Buriram United Esports Juara Dunia FFWS Global Finals 2025 Free Fire
-
27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 November: Raih 6.000 Gems dan 15 Juta Koin
-
5 CCTV 360 Derajat untuk Jangkauan Luas, Harga Mulai Rp150 Ribuan
-
5 Tablet dengan Fitur NFC Paling Murah, Transaksi Digital Jadi Mudah
-
4 Smartwatch dengan Layar AMOLED Paling Murah, Tetap Jernih di Bawah Sinar Matahari
-
Mengenal Jinlin Crater, Kawah Modern Terbesar di Bumi
-
DiVine Hadirkan Kembali Vine dengan Larangan Konten AI