Suara.com - Para ahli memperingatkan bahwa tidak ada jaminan bahwa ilmuwan akan dapat menemukan vaksin Covid-19 yang bisa menyembuhkan penyakit menular ini.
Profesor Sarah Gilbert dari University of Oxford yang memimpin tim pengembangan vaksin Covid-19 mengakui bahwa tidak ada ilmuwan yang meyakini bahwa vaksin yang mereka buat ampuh melawan virus corona
"Itulah sebabnya kita harus melakukan uji coba untuk mengetahuinya. Prospeknya (vaksin Covid-19) sangat bagus, tetapi jelas (hasilnya) tidak sepenuhnya pasti," kata profesor di bidang vaksinasi tersebut kepada BBC, seperti dilansir laman Independent, Senin (20/4/2020).
Saat ini, Gilbert beserta tim yang dipimpinnya sedang menunggu tes keselamatan akhir dan persetujuan akhir untuk uji klinis guna memulai menggunakan vaksin Covid-19 kepada manusia.
Di saat bersamaan, Gilbert juga menerangkan bahwa pihaknya sudah mendapatkan izin untuk merekrut sukarelawan, melakukan tes darah, menjelaskan prosesnya dan memeriksa status kesehatan mereka dalam uji coba vaksin Covid-19.
"Ketika kita memiliki semua persetujuan untuk mlakukan vaksinasi, kita harus memiliki kumpulan sukarelawan agar kita bisa bergerak cepat menguji vaksin ini," imbuhnya.
Meski begitu, Gilbert mengaku kesulitan untuk memastikan kapan vaksin Covid-19 siap untuk digunakan secara massal, karena ada banyak tahap kompleks dalam pengembangan vaksin.
Gilbert menjelaskan, proses uji coba vaksin akan dimulai dengan mengimunisasi anak sehat berusia 18 hingga 55 tahun, sebelum pindah ke kelompok usia yang lebih tua, dengan memperhatikan keamanan dan respons imun terhadap vaksin.
"Itu penting karena itu adalah populasi yang lebih tua yang kita benar-benar perlu lindungi dengan vaksin," jelasnya.
Baca Juga: Lagi-lagi Tulisan Lockdown di Jalan Masuk Ini Bikin Ngakak
“Tetapi dengan vaksin pada umumnya, Anda mendapatkan respons imun yang tidak begitu baik seiring dengan bertambahnya usia sistem kekebalan tubuh, jadi kita perlu mencari tahu dengan vaksin ini seberapa baik kelihatannya pada orang yang lebih tua dibandingkan dengan orang yang lebih muda, hanya dengan mengukur respons kekebalan tubuh terhadap vaksinasi."
Nantinya, setengah dari semua sukarelawan uji coba ini akan menerima vaksin virus corona terbaru dan setengah lainnya akan mendapatkan vaksin berlisensi untuk melindungi terhadap meningitis. Namun, pemberian jenis vaksin ini diberikan secara acak, sehingga relawan tidak akan tahu apa yang diberikan kepada mereka.
“Seiring waktu, ketika orang menjadi terinfeksi, atau memiliki gejala virus corona, mereka akan datang kepada kami untuk dites, dan kami akan mengatur agar mereka dites dengan sangat cepat; dan ketika cukup banyak orang menjadi positif untuk coronavirus, para ahli statistik akan melihat pada kelompok mana orang-orang itu berada untuk mencari tahu, apakah mereka dalam kelompok yang memiliki vaksin coronavirus atau apakah mereka semua dalam kelompok yang memiliki vaksin meningitis?," lanjutnya.
"Jelas kami berharap infeksi hanya terjadi pada kelompok vaksin meningitis. Dan jika itu masalahnya, kami kemudian dapat mengatakan bahwa vaksin ini berfungsi, setidaknya dalam rentang usia yang telah kami vaksinasi," sebut Gilbert.
Pada awal bulan ini, Gilbert juga sempat mengatakan bahwa tidak ada yang bisa membuat jaminan keberhasilan atas vaksin yang mereka buat.
Pendapat Gilbert juga didukung oleh seorang utusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengurusi virus corona yang memperingatkan tidak ada kepastian apakah akan ada vaksin Covid-19 yang benar-benar bisa memusnahkan virus tersebut.
"Anda tidak perlu mengembangkan vaksin yang aman dan efektif terhadap setiap virus," terang David Nabarro, seorang profesor kesehatan global di Imperial College London.
"Ada beberapa virus yang sangat sulit dilawan dengan pengembangan vaksin. Jadi untuk masa yang akan datang, kita harus menemukan cara untuk menjalani hidup kita dengan virus ini sebagai ancaman konstan," pungkasnya kepada The Observer.
Berita Terkait
-
6 Fakta June Almeida, Sang Penemu Virus Corona
-
Ilmuwan Ungkap Kehidupan Satu-satunya Tempat Bebas Virus Corona di Dunia
-
China Laporkan Kasus Covid-19 Tanpa Gejala, Dokter Jual Obat Corona Palsu
-
Vaksin Virus Corona Covid-19 Ditargetkan Selesai Pertengahan Agustus Ini
-
Alhamdulillah, Ilmuwan Turki Selesaikan Fase 1 Vaksin Covid-19
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
Terkini
-
Fitur dan Harga Football Manager 26 Terungkap: FM26 Bakal Debut November 2025
-
Far Cry 7 Bakal Bawa Perubahan Besar, Utamakan Multiplayer
-
Samsung Perkenalkan Universal Gesture: Kontrol TV Tanpa Remote Cukup dengan Gerakan Tangan
-
5 Rekomendasi HP yang Bisa Pakai eSIM Mulai Rp3 Jutaan: Praktis, Spesifikasi Canggih
-
Samsung Galaxy Tab S10 Lite Masuk Indonesia, Tablet Kaya Fitur AI Harga Rp 4 Jutaan
-
XLSMART Gandeng Telkom Hadirkan 3 Inovasi Layanan Ini Siap Mengubah Pengalaman Pengguna
-
Satelit Nusantara Lima Sukses Diluncurkan, Siap Perkuat Internet di Indonesia
-
Tutorial Lengkap Foto Geser Bersambung: Bikin Instagram-mu Jadi Galeri Seni Bergerak
-
Kumpulan Prompt Gemini AI Edit Foto Poster MotoGP dan F1 yang Super Keren
-
4 Rekomendasi HP Infinix Performa Tinggi, Harga Murah di September 2025