Suara.com - Bakteri tanpa mulut dan paru-paru, memiliki pernapasan yang sedikit lebih rumit daripada manusia. Geobacter, genus bakteri yang ada di air tanah menelan sampah organik dan "menghembuskan" elektron, menghasilkan arus listrik kecil dalam prosesnya.
Elektron limbah tersebut biasanya selalu pergi ke mineral bawah tanah yang berlimpah, seperti oksida besi.
"Geobacter bernapas melalui sebuah snorkel raksasa yang ukurannya ratusan kali dari tubuhnya," kata Nikhil Malvankar, asisten profesor di Microbial Science Institute Yale University, seperti dikutip Science Alert, Selasa (29/9/2020).
Snorkel itu disebut kawat nano. Meskipun filamen kecil dan konduktif ini 100.000 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia, filamen ini mampu memindahkan elektron ratusan hingga ribuan kali panjang tubuh mikroba Geobacker.
Berkat adaptasi ini, Geobacter memiliki respirator paling mengesankan di Bumi. Pada waktu tertentu, miliaran bakteri berdengung dengan listrik di bawah dasar laut.
Sekarang, dalam penelitian baru yang diterbitkan pada 17 Agustus di jurnal Nature Chemical Biology, Malvankar dan timnya telah menemukan cara menggabungkan energi itu menjadi jaringan listrik mikroba yang kuat. Dengan menggunakan teknik mikroskop tingkat lanjut, para ilmuwan telah menemukan "molekul rahasia" yang memungkinkan Geobacter bernapas dalam jarak yang sangat jauh.
Tim ahli juga menemukan bahwa dengan merangsang koloni Geobacter dengan medan listrik, mikroba menghantarkan listrik 1.000 kali lebih efisien daripada yang dilakukan di lingkungan alami. Menurut para ahli, memahami adaptasi listrik bawaan ini bisa menjadi langkah penting dalam mengubah koloni Geobacter menjadi "baterai bernapas yang hidup".
"Kami yakin penemuan ini dapat digunakan untuk membuat elektronik dari bakteri," tambah Malvankar.
Geobacter dapat bertahan hidup di lingkungan yang keras, yang hanya bisa dilakukan oleh beberapa mikroba lain. Kawat nano, yang memungkinkan mikroba itu bernapas saat tidak ada oksigen, sangat penting untuk menjaga Geobacter tetap hidup di tanah yang kaya akan oksida besi.
Baca Juga: Terungkap! Tragedi Titanic, Akibat Cuaca di Luar Angkasa
Namun, koloni Geobacter yang tumbuh di laboratorium tidak selalu memiliki kemewahan hidup di dekat mineral yang melimpah. Dalam penelitian sebelumnya, Malvankar dan rekannya menemukan bahwa mikroba Geobacter sulfurreducens yang dikembangkan di laboratorium menunjukkan trik bertahan hidup pintar saat terkena elektroda kecil atau piringan yang menghantarkan listrik.
Dirangsang oleh medan listrik, mikroba berkumpul menjadi biofilm padat dan memindahkan elektron melalui satu jaringan bersama.
"Mereka bertumpuk seperti apartemen tingkat tinggi dan mereka semua dapat berbagi jaringan listrik yang sama, terus-menerus membuang elektron," ucap Malvankar.
Temuan ini membuat Malvankar dan rekannya bertanya-tanya bagaimana mikroba mampu menembakkan elektron sampai ke dasar tumpukan. Lalu keluar lewat kawat nano yang secara efektif menghembuskan elektron pada jarak ribuan kali panjang tubuh mikroba asli.
Jarak seperti itu belum pernah ditemukan dalam respirasi mikroba dan para ahli menekankan betapa uniknya Geobacter dalam hal bertahan hidup di lingkungan yang keras.
Untuk menemukan rahasia kawat nano, penulis penelitian baru menganalisis budaya Geobacter yang dikembangkan di laboratorium menggunakan dua teknik mikroskop mutakhir.
Berita Terkait
-
Gawat! Laboratorium Bocor, 3.000 Orang di China Terinfeksi Bakteri Menular
-
Meski Butuh Waktu Lama, Penelitian Vaksin Covid-19 Harus Berbasis Sains
-
Penilitian Terbaru: Orang Berkacamata, 5 Kali Lebih Kecil Tertular Covid-19
-
Di Tengah Pandemi Corona, Ribuan Warga China Terinfeksi Bakteri Brucellosis
-
Mencuci Hidung dengan Antiseptik Bisa Melindungi dari Covid-19?
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Samsung Galaxy Buds 3 FE Hadir ke Indonesia, TWS Premium Harga Lebih Murah
-
Huawei Pura 80 Masuk Indonesia Bulan Depan, Versi Murah dari Pro dan Ultra
-
Pascamerger, Smartfren Terus Ekspansi Jaringan dan Targetkan Pelanggan Baru
-
54 Kode Redeem FF Terbaru 17 September 2025, Klaim MP40 Evo hingga Skin AWM Gratis
-
13 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 September 2025, Ada Beckham OVR 104!
-
Siapa Rizky Irmansyah? Ia Turun Tangan di Kasus Viral Wali Kota Prabumulih
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp1 Jutaan dengan Baterai Awet dan Kapasitas RAM Besar, Mana Pilihanmu?
-
Xiaomi Pad 8 Diprediksi Debut Bersama Xiaomi 17, Pakai Chip Snapdragon
-
Bikin Foto Keluarga Studio Makin Keren dengan 8 Prompt Gemini AI Ini
-
MediaTek dan TSMC Kembangkan Chipset 2nm Pertama, Siap Produksi 2026