Suara.com - Para konservasionis mulai menggunakan citra satelit untuk menghitung gajah dari luar angkasa. Sebuah metode baru yang diharapkan para ilmuwan Inggris akan membantu melindungi populasi gajah terancam di Afrika.
Para peneliti di Universitas Oxford dan Universitas Bath mengatakan, penggunaan algoritme, pembelajaran mesin, dan teknologi satelit dapat menggantikan teknik tradisional saat ini yang digunakan untuk menghitung gajah.
Menurut para ilmuwan Oxford, populasi gajah Afrika telah anjlok selama satu abad terakhir karena perburuan, pembunuhan balasan dari perampokan tanaman, dan fragmentasi habitat.
"Untuk melestarikannya membutuhkan pengetahuan tentang di mana gajah-gajah itu berada dan berapa jumlahnya. Pemantauan yang akurat sangat penting," ujar mereka.
Saat ini, teknik yang paling umum digunakan untuk menyurvei populasi gajah di lingkungan sabana adalah penghitungan udara dari pesawat berawak.
Para akademisi mengatakan surveyor udara bisa kelelahan dan terkadang terhalang oleh jarak pandang yang buruk.
"Pemantauan satelit adalah teknik yang tidak berisiko terganggu oleh keadaan di darat, tidak mengganggu spesies, ataupun kekhawatiran terhadap keselamatan manusia selama pengumpulan data," tambah para ahli, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (27/1/2021).
Proses pemindaian yang sebelumnya membutuhkan waktu berbulan-bulan, kini dapat diselesaikan dalam hitungan jam.
Para ilmuwan pertama kali mengembangkan teknik tersebut di Taman Nasional Gajah Addo Afrika Selatan.
Baca Juga: Tragis! Wanita Muda Tewas Diinjak Gajah Saat Berlibur
Gambar dari satelit yang mengorbit 600 kilometer di atas Bumi dapat menyurvei lebih dari 5.000 kilometer persegi tanah dalam satu lintasan dengan hitungan menit.
Para ahli melatih algoritme tersebut untuk mengenali hanya orang dewasa di antara kumpulan data 1.000 gajah di taman dan menemukan bahwa algoritme tersebut juga dapat mengidentifikasi anak sapi.
Tim berharap teknologi konservasi seperti itu akan diterapkan sebagai hal yang mendesak untuk melindungi keanekaragaman hayati dunia.
Berita Terkait
-
Sadis, Seekor Gajah Dibakar Hidup-Hidup dan Mati, Luka Parah di Kepala
-
Bikin Warga Trauma, Gajah Ngamuk Rusak Rumah dan Kebun
-
Penting! Perhatikan 15 Gejala Virus Corona, Termasuk Covid Tongue
-
Viral Video Kawanan Gajah Masuk ke Sekolah, Warga Berhamburan
-
Angin Puting Beliung di Wonogiri Karena Ada Sirkulasi Siklonik
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
Pilihan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
-
Drama Sidang Haji Alim: Datang dengan Ambulans & Oksigen, Ratusan Pendukung Padati Pengadilan
Terkini
-
58 Kode Redeem FF Terbaru 4 Desember 2025: Ada Bundle DreamSpace dan Gloo Wall Swag
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
22 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Desember: Raih 1.000 Rank Up dan Glorious 110-115
-
Tutorial Mendesain Brosur yang Menawan: Begini Trik Sederhana Pakai Microsoft Word
-
Update FC Mobile Desember 2025: Ada Glorious Era Munchen dan Champion League
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
-
Rp3 Jutaan Bisa Dapat iPhone Apa di Desember 2025? Ini Seri yang Masih Worth It Dibeli
-
6 Cara Menghasilkan Uang dari Meta Facebook, Bisa Cuan Jutaan per Bulan
-
5 Rekomendasi Tablet RAM 12 GB untuk Desain Grafis Tanpa Ngelag
-
5 Syarat agar Spotify Wrapped 2025 Muncul di Aplikasi, Pengguna Tertentu Tak Dapat