Suara.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkuat sistem peringatan dini tsunami Indonesia atau InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) dengan menggunakan teknologi Tsunami Buoy (InaBuoy) dan teknologi kabel optik bawah laut (InaCBT).
"Kita bisa mendeteksi tsunami dengan menggunakan sensor di dasar laut dan peletakannya bisa di mana saja," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Teknologi Elektronika Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi Michael Andreas Purwoadi dalam Webinar Talk to Scientists: Riset dan Inovasi untuk Indonesia Tangguh Bencana di Jakarta, Kamis (7/10/2021).
Michael menuturkan pada InaBuoy, sensor-sensor tekanan diletakkan di dasar laut di kedalaman lebih dari 600 meter. Posisi sensor itu harus bisa menangkap gelombang tsunami kira-kira 60 kilometer dari sumbernya supaya bisa terdeteksi kurang dari 5 menit, tetapi tidak boleh juga terlalu dekat dengan patahan agar tidak membahayakan sensor itu sendiri.
Pertama kali yang dideteksi sensor tersebut adalah gelombang gempa yang terjadi di permukaan dasar laut. Kemudian, jika ada potensi tsunami, sensor akan menangkap gelombang tsunami setelah gempa tersebut. Sesuai kesepakatan nasional, peringatan dini tsunami diberikan maksimum 5 menit setelah gempa terjadi.
Pada konsep buoy, sensor diletakkan di dasar laut, yang disebut OBU. Algoritma deteksi tsunami diletakkan di sensor. Ketika ada gelombang tsunami, sensor akan menangkapnya, lalu mengirimkan sinyal peringatan ke buoy yang ada di permukaan air laut.
Kemudian, buoy mengirimkan peringatan tsunami (alert tsunami) ke stasiun di darat yang disebut Read Down Station (RDS). Selanjutnya, dengan menggunakan satelit, peringatan itu dikirim ke pusat data Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang terintegrasi dengan pusat data milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memantau tsunami.
Sensor bekerja menggunakan baterai sehingga umur pakai hanya berkisar dua tahun.
Sementara pada konsep InaCBT atau teknologi kabel optik bawah laut (Indonesia-Cable Based Tsunameter), sensor-sensor yang terletak di dasar laut dihubungkan dengan kabel optik.
Melalui kabel itu, juga dapat disalurkan listrik dari stasiun (landing station) di pantai menuju sensor-sensor yang ada di dasar laut tersebut.
Baca Juga: Hentikan Pembangunan di Utara Ibu Kota untuk Cegah Jakarta Tenggelam
Sensor-sensor menangkap gelombang tsunami lalu mengirimkannya ke landing station melalui kabel optik. Selanjutnya, sinyal itu dikirimkan ke RDS melalui kabel optik atau satelit.
Sensor terpasang bisa lebih banyak, dan menggunakan listrik dari daratan sehingga umur pakai lebih lama yakni lebih dari 10 tahun.
Konsep buoy memiliki lebar pita atau bandwidth sangat kecil sehingga data yang dikirim terkait deteksi gelombang tsunami memang sangat terbatas. Sementara pada kabel optik, transmisi data bisa sangat banyak, dan berbagai macam sensor bisa digabungkan dalam satu alat tersebut.
Selain itu, umur pakai kabel optik lebih panjang karena menggunakan energi listrik yang berasal dari landing station di daratan. Sementara, InaBuoy menggunakan energi dari baterai. [Antara]
Berita Terkait
-
Polisi Sebut Gas Air Mata Terbawa Angin ke Unisba, Ilmuwan BRIN Ungkap Fakta Sebaliknya
-
BRIN dan IOCAS Mulai Riset Laut Jangka Panjang, Soroti Polusi Plastik dan Arus Global
-
Heboh Kabar Dewan Plesiran ke Luar Negeri saat Rakyat Protes, Peneliti BRIN Sindir DPR Nirempati
-
BRIN Dorong Kolaborasi Global untuk Percepat Inovasi Nanoteknologi
-
Pemkot Gandeng BRIN Siapkan Kebun Raya Mangrove Surabaya Jadi Pusat Perpustakaan Bakau Dunia
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Baterai iPhone 17 Ternyata Masih Kalah dari HP Murah Samsung
-
4 Rekomendasi HP Infinix Murah untuk Pelajar yang Hobi Fotografi
-
Apple Watch SE 3 Resmi: Debut Jam Tangan 'Murah' Setelah 3 Tahun Absen
-
3 HP Huawei Terbaik Punya Performa Andal dengan Kamera Jernih
-
Dari Meja Kerja ke Medan Tempur: Cara Bikin Miniatur AI Edisi Perang yang Epik
-
Apple Watch Ultra 3: Jam Tangan Seharga iPhone dengan Konektivitas Satelit dan 5G
-
Hasil Miniatur AI Jelek? Jangan Salahkan AI-nya! Kunci Utamanya Ada di Foto Pilihanmu
-
iPhone 17 Dipastikan Masuk Indonesia Bulan Depan
-
Huawei Pura 80 Ultra Harga Berapa? Kameranya Bikin iPhone Insecure
-
Siap Debut di Indonesia, Huawei Pura 80 Diklaim Jadi HP dengan Kamera Terbaik Versi DXOMARK